Jakarta (ANTARA) - Pameran fesyen milik Desainer Merdi Sihombing yang digelar di Museum Nasional (Munas) menekankan tentang konsep fesyen yang berkelanjutan sekaligus merayakan dedikasi Merdi selama 25 tahun dalam melestarikan budaya lokal.

“Saya sering menampilkan karya saya dalam fashion show di berbagai negara yang digelar di museum-museum ternama. Saya pun memimpikan hal yang sama, agar suatu saat koleksi saya dapat ditampilkan pada fashion show dalam museum di negeri sendiri, dan kini harapan saya terwujud berkat dukungan banyak pihak,” kata Desainer Merdi Sihombing dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Dalam penutupan pameran bertajuk "The Flying Cloth 25 Years Journey of Merdi Sihombing" yang diselenggarakan pada tanggal Senin (25/11), Merdi mempertegas posisinya sebagai pelopor fesyen berkelanjutan, yang mengangkat identitas nusantara dan kisah-kisah perempuan yang gigih menjaga tradisi ke panggung dunia.

Koleksi yang ditampilkan sebagian besar terbuat dari kain ulos yang diolah dengan sentuhan desain modern menjadi pakaian siap pakai yang memukau. Desain yang menjadi sorotan antara lain outerwear berpotongan longgar.

Baca juga: Peragaan busana tandai 75 tahun persahabatan Indonesia-Filipina

Baca juga: Desainer Merdi Sihombing siap pamerkan karya fesyennya di Jakarta


Misalnya seperti jaket, blazer, dan long coat, yang dipadukan dengan celana atau rok berpotongan lebar, menciptakan siluet yang anggun sekaligus nyaman untuk dikenakan sehari-hari.

Koleksi itu membuktikan bahwa kain tradisional seperti ulos dapat bertransformasi menjadi busana modern tanpa kehilangan jiwa tradisionalnya.

Dengan palet warna yang kaya, mulai dari warna khas Batak seperti merah dan hitam hingga spektrum cerah seperti oranye, kuning, dan ungu.

Melalui koleksi ini, Merdi kembali menunjukkan bahwa wastra nusantara relevan di era modern, sekaligus mampu bersaing di kancah mode global dengan daya tarik yang tak tertandingi.

Terkait dengan konsep fesyen berkelanjutan, Merdi membuat kain ulos dari serat yang ramah lingkungan dan pewarnaan alami, yakni menggunakan bahan-bahan organik seperti limbah makanan untuk menciptakan warna-warna yang unik.

"Kita hanya punya satu planet bumi. Kita harus terus melanjutkan perjuangan untuk menciptakan dunia fesyen yang lebih bertanggung jawab,” ucapnya.

Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa mengatakan Merdi berhasil membuktikan bahwa industri fesyen lahir lebih dari sekadar tren.

Ni Luh menilai karya Merdi telah memadukan tradisi dan inovasi, sekaligus berperan sebagai medium untuk mempertahankan budaya dan memberdayakan masyarakat.

“Saya berharap konsep fesyen berkelanjutan ini dapat menjadi daya tarik dalam sektor pariwisata berbasis budaya,” kata Ni Luh.

Sementara itu Menteri Kebudayaan Fadli Zon menilai Merdi membawa nilai wastra ke panggung global dan menunjukkan bagaimana fesyen bisa menjadi medium dalam menjaga wastra sekaligus menghadapi tantangan masa depan.

Ia juga menambahkan bahwa kontribusi sektor fesyen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai hampir Rp350 triliun di tahun 2024, yang menunjukkan potensi besar industri ini untuk terus berkembang.

Baca juga: Merdi Sihombing pamerkan koleksi terbaru di Alun-alun Indonesia

Baca juga: Buku "Perjalanan Tenun Merdi Sihombing" diluncurkan