Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah delapan poin menjadi Rp11.712 per dolar AS dari posisi terakhir sebelumnya, Rp11.704 per dolar AS.

"Laju rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS pada hari ini menyusul antisipasi pelaku pasar uang yang menanti keputusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres 2014," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada.

Ia mengatakan, jika pelaku pasar menilai keputusan Mahkamah Konstitusi negatif maka rupiah bisa tertekan dalam namun jika mereka menilai keputusan itu positif maka nilai tukar mata uang domestik akan bisa tetap stabil.

"Di tengah positifnya data-data AS serta konflik Ukraina dan Rusia, ditambah situasi domestik terkait hasil sidang keputusan Mahkamah Konstitusi maka ruang nilai tukar rupiah untuk menguat cukup tipis," katanya.

Ia menjelaskan, data-data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan perbaikan ekonomi sehingga peluang dolar AS untuk menguat di pasar uang domestik cukup terbuka.

"Pelaku pasar uang masih mencermati data tersebut karena dinilai dapat memicu bank sentral AS (the Fed) untuk segera menaikkan suku bunganya," katanya.

Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan performa dolar AS bisa kembali menggerus kinerja rupiah dan pelemahan beberapa mata uang negara kawasan Asia menambah sentimen penguatan bagi dolar AS.

"Di sisi lain, sentimen internal juga belum ada yang mendukung bagi mata uang rupiah untuk bertahan di area positif," katanya.