Malang (ANTARA) - Universitas Brawijaya (UB) menambah empat guru besar dalam bidang ilmu berbeda yang akan dikukuhkan di Gedung Samantha Krida kampus setempat pada Kamis (28/11).

Keempat guru besar yang dikukuhkan tersebut adalah Prof Afifah Kusumadara sebagai profesor bidang Ilmu Hukum Perdata Internasional, Prof Agus Suharyanto sebagai profesor Sumber Daya Air Berkelanjutan, Prof Herly Evanuarini sebagai profesor Bidang Ilmu Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, dan Prof Dr Irwan Noor sebagai profesor Bidang Inovasi Pemerintahan Lokal.

Kepada wartawan di Malang, Jawa Timur, Selasa, Afifah mengemukakan saat ini banyak pihak di Indonesia dalam kontrak komersial lintas batas negara yang mengandung klausal pilihan pengadilan, di mana para pihak tersebut sepakat memilih pengadilan tertentu untuk menyelesaikan sengketa di antara mereka.

"Yang paling banyak dilakukan adalah mengadopsi Model P3P (Pilihan Pengadilan Para Pihak), karena hukum Indonesia tidak mengatur tentang kewenangan pengadilan asing yang sering dipilih para pihak dalam kontrak internasional," ucapnya.

Penyelesaian sengketa perdata internasional berdasarkan pilihan pengadilan para pihak ini, katanya, model yang sesuai dengan prinsip kebebasan berkontrak, yang memberikan hak kepada para pihak dalam kontrak untuk membuat ketentuan sendiri bagi mereka, termasuk ketentuan penyelesaian sengketa.

Baca juga: Universitas Brawijaya tambah empat guru besar

Model ini tidak diatur dalam peraturan perundangan Indonesia, karena Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata lebih mengutamakan prinsip penggugat menggugat di tempat tergugat, daripada di pengadilan yang dipilih para pihak.

Oleh karena itu, model yang ditawarkan tersebut akan dapat menciptakan kepastian hukum dan memberikan penyelesaian sengketa yang efisien untuk menarik investor asing serta menaikkan peringkat Business Ready Indonesia.

Namun, di sisi lain model ini mungkin dapat menimbulkan keresahan para hakim Indonesia yang ingin mempertahankan kekuasaan kehakiman yang diberikan oleh konstitusi.

Sementara itu, Prof Agus Suharyanto mengatakan perubahan iklim (climate change) merupakan fenomena yang terus terjadi di muka Bumi. Salah satu yang paling dirasakan ialah pemanasan global yang akhir-akhir ini berubah menjadi pendidihan global (global boiling).

"Perubahan suhu permukaan Bumi ini diakibatkan oleh penurunan vegetasi yang menutupi permukaan Bumi," ujarnya.

Perubahan suhu akan memengaruhi perubahan karakteristik hujan. Perubahan karakteristik hujan akan memengaruhi karakteristik aliran air permukaan.

Untuk itu, katanya, dibuat model Hietograf-Hidrograf Banjir. Perubahan suhu permukaan lahan dapat dievaluasi dengan cepat, akurat, dan murah dengan citra satelit penginderaan jauh.

Baca juga: Pakar Pertanian UB kembangkan inovasi jagung di NTT
Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan dua profesor perikanan
Baca juga: Profesor UB: Gelombang panas terjadi akibat minimnya pertumbuhan awan