Jakarta (ANTARA) - PetaBencana.id, platform pemetaan bencana berbasis kecerdasan buatan (AI) Indonesia, menjalin kemitraan dengan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim di kalangan nelayan.

Kemitraan tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Yayasan Peta Bencana dan KNTI pada Senin (26/11).

Ketua Umum DPP KNTI Dani Setiawan mengatakan bahwa kerja sama ini adalah bagian dari upaya KNTI yang beranggotakan nelayan kecil dan tradisional, pembudidaya, petambak tradisional, pengolah dan pemasar hasil kelautan dan perikanan, untuk agar dapat beradaptasi dengan perubahan iklim.

“Banyak persoalan yang timbul dari adanya perubahan iklim, di antaranya terkait dengan bencana alam yang kerap dialami oleh nelayan, baik nelayan ketika berusaha di laut maupun nelayan ketika di permukimannya,” ujar Dani dikutip dari siaran pers di Jakarta, Selasa.

Adapun kemitraan itu akan berfokus pada meningkatkan kesiapsiagaan dan kesadaran bencana bagi nelayan tradisional dan komunitas pesisir melalui kampanye edukasi bagi komunitas, memberikan informasi bencana secara real-time kepada nelayan, memastikan langkah evakuasi dan mitigasi dapat dilakukan tepat waktu selama keadaan darurat.

Selain itu, mendukung upaya adaptasi perubahan iklim dengan mengintegrasikan pengetahuan tradisional dan wawasan berbasis data untuk membangun ketahanan jangka panjang di wilayah pesisir.

Dani berharap melalui kerja sama ini akan tercipta sebuah mekanisme pelaporan yang cepat untuk insiden yang dialami nelayan, sehingga ketika terjadi kecelakaan di laut, pihak berwenang seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) atau Badan Keamanan Laut (Bakamla) dapat segera merespons dan memberikan bantuan.

Direktur Yayasan Peta Bencana Nashin Mahtani menyampaikan bahwa kerja sama dengan KNTI akan membantu mereka menjangkau lebih banyak nelayan tradisional. Tujuannya, agar para nelayan ini bisa mengambil keputusan yang tepat saat terjadi bencana alam dan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.

Apalagi nelayan tradisional Indonesia menjadi salah satu kelompok paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan permukaan air laut, pola cuaca yang semakin tak terduga, serta cuaca ekstrem seperti badai dan banjir, mengancam keselamatan serta mata pencaharian mereka.

Tantangan ini diperparah dengan akses yang terbatas terhadap informasi bencana yang akurat dan tepat waktu, yang dapat memperlambat upaya evakuasi dan mengganggu aktivitas para nelayan untuk melaut.

Oleh sebab itu, kolaborasi ini dinilai penting untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh komunitas nelayan Indonesia, yang sangat bergantung pada laut demi kelangsungan hidup mereka, tetapi semakin terancam oleh degradasi lingkungan dan perubahan iklim.

Baca juga: Menteri KKP perkuat sinergi dengan KNTI sejahterakan nelayan
Baca juga: KNTI minta pemerintah berikan perlindungan bagi nelayan Jakarta Utara