Liberia berlakukan jam malam karena wabah ebola
20 Agustus 2014 07:15 WIB
Pekerja kesehatan mengenakan pakaian pelindung saat mereka bersiap untuk membawa jenazah dengan gejala Ebola di Pasar Duwala, Monrovia, Liberia, Minggu (17/8). Untuk mengendalikan wabah Ebola menyebar di Afrika Barat, Liberia telah mengkarantina desa-desa terpencil yang menjadi pusat penyebaran virus, mengingatkan masyarakat dunia akan "desa wabah" di abad pertengahan Eropa yang ditutup dari dunia luar. (ANTARA FOTO/REUTERS/2Tango/ox/14.)
Monrovia (ANTARA News) - Pemerintah Liberia memberlakukan jam malam yang berlaku dari pukul 21.00 sampai pukul 06.00 waktu setempat dalam upaya mencegah penyebaran virus Ebola, kata radio pemerintah Selasa.
Epidemi penyakit hemoragik itu telah menewaskan hampir 1.300 orang di Liberia, Sierra Leone dan Guinea dan juga telah mempengaruhi Nigeria.
Antara 14-16 Agustus, Liberia tercatat paling banyak kematian baru yakni 53, diikuti oleh Sierra Leone dengan 17, dan Guinea dengan 14.
Badan Kesehatan Dunia (WHO), di Jenewa, Selasa, mengatakan bahwa kasus Ebola di Afrika Barat telah mencapai 2.240, termasuk 1.229 kasus kematian di empat negara termasuk Nigeria.
WHO mengatakan sedang bekerja sama dengan Badan Pangan Dunia WFP untuk memastikan pengiriman makanan bagi satu juta warga yang tinggal di kawasan terjangkit Ebola yang dikarantina di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.
"Makanan telah dikirimkan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit dan warga yang dikarantina yang tidak bisa meninggalkan rumah untuk membeli makanan. Penyediaan pasok makanan secara berkala merupakan langkah potensial untuk membatasi pergerakan orang yang tidak perlu," kata WHO dalam satu pernyataan.
WFP meningkatkan pengiriman makanan darurat ke kawasan yang dikarantina, meliputi beberapa kota yang terjangkit parah seperti Gueckedou di Guinea, Kenema dan Kailahun di Sierra Leone dan Foya di Liberia.
Sementara Nigeria - negara Afrika paling padat dan produsen minyak nomor satu dunia - berhasil menahan wabah secara terbatas, di saat Liberia dan Sierra Leone tengah berjuang untuk menahan penyebaran virus Ebola yang mematikan di kalangan warganya.
Penerjemah: Askan Krisna
Epidemi penyakit hemoragik itu telah menewaskan hampir 1.300 orang di Liberia, Sierra Leone dan Guinea dan juga telah mempengaruhi Nigeria.
Antara 14-16 Agustus, Liberia tercatat paling banyak kematian baru yakni 53, diikuti oleh Sierra Leone dengan 17, dan Guinea dengan 14.
Badan Kesehatan Dunia (WHO), di Jenewa, Selasa, mengatakan bahwa kasus Ebola di Afrika Barat telah mencapai 2.240, termasuk 1.229 kasus kematian di empat negara termasuk Nigeria.
WHO mengatakan sedang bekerja sama dengan Badan Pangan Dunia WFP untuk memastikan pengiriman makanan bagi satu juta warga yang tinggal di kawasan terjangkit Ebola yang dikarantina di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.
"Makanan telah dikirimkan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit dan warga yang dikarantina yang tidak bisa meninggalkan rumah untuk membeli makanan. Penyediaan pasok makanan secara berkala merupakan langkah potensial untuk membatasi pergerakan orang yang tidak perlu," kata WHO dalam satu pernyataan.
WFP meningkatkan pengiriman makanan darurat ke kawasan yang dikarantina, meliputi beberapa kota yang terjangkit parah seperti Gueckedou di Guinea, Kenema dan Kailahun di Sierra Leone dan Foya di Liberia.
Sementara Nigeria - negara Afrika paling padat dan produsen minyak nomor satu dunia - berhasil menahan wabah secara terbatas, di saat Liberia dan Sierra Leone tengah berjuang untuk menahan penyebaran virus Ebola yang mematikan di kalangan warganya.
Penerjemah: Askan Krisna
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: