Penjualan tiket KA di stasiun dikurangi bertahap
18 Agustus 2014 21:03 WIB
Cetak Tiket Mandiri Kereta Api Calon pemudik mencetak tiket yang sudah dibeli secara online dengan alat Cetak Tiket Mandiri di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Pusat, Sabtu (26/7). PT KAI menyediakan alat Cetak Tiket Mandiri guna memudahkan konsumen penggguna jasa kereta api. ANTARA FOTO/Andika Wahyu ()
Jakarta (ANTARA News) - Penjualan tiket kereta api di loket stasiun akan dikurangi secara bertahap dan akhirnya dihilangkan secara total untuk mengurangi antrean, kepadatan penumpang, serta meminimalkan praktik calo.
Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Agus Komarudin di Jakarta, Senin, mengatakan sebenarnya kebijakan itu berlaku sejak 15 Agustus 2014, tapi masih ditangguhkan setelah ada evaluasi terkait pelayanan stasiun.
"Masih dievaluasi lebih dalam dan belum ada target kapan diberlakukan. Kami tidak ingin ada calon penumpang yang mau memesan tiket tiba-tiba kecewa karena tidak ada," ujarnya.
Ke depan, lanjut Agus, meski tidak ada loket di stasiun yang menjual tiket, namun tetap dilayani untuk pembelian tiket "Go Show" atau pemberangkatan saat itu juga, dengan catatan masih tersedia kursi kosong.
Meski kebijakan diberlakukan, pihaknya tetap optimistis masyarakat tetap memilih kereta api sebagai angkutan transportasi paling nyaman, khususnya untuk jarak jauh.
"Malah tidak dijualnya tiket di loket stasiun semakin memudahkan calon penumpang. Penjualan secara online tersebar di mana-mana dan kapan saja, seperti minimarket, website, agen perjalanan, kantor pos dan sebagainya," kata Agus.
Berdasar catatannya, dari jumlah penumpang kereta api setiap harinya dari Jakarta ke semua jurusan di Pulau Jawa, total 26 ribu lebih penumpang per hari.
Rinciannya, 9.800 penumpang dari Stasiun Gambir, 11 ribu penumpang dari Stasiun Pasar Senen, 3 ribu penumpang dari Jakarta Kota, 2.500 penumpang dari Stasiun Priok, 750 penumpang dari Merak.
"Sampai sekarang, sekitar 65 persen atau 16.900 orang dari jumah penumpang membeli tiket secara online, sedangkan 35 persen atau 9.100 orang sisanya pesan di stasiun. Jumlah tersebut akan semakin berkurang dengan adanya kebijakan ini," katanya.
Terkait harga, Agus menegaskan tidak ada perbedaan antara loket stasiun dan agen perjalanan atau secara online. Setelah mendapat nomor tiket maka penumpang mencetaknya menggunakan mesin cetak mandiri di setiap stasiun.
"Kalau dulu masih ada perbedaan Rp7.500 antara loket dan agen perjalanan atau online. Tapi sekarang sudah tidak ada, sehingga lebih baik beli dari rumah daripada harus ke stasiun terlebih dulu untuk pesan tiket," katanya.
Sementara itu, salah seorang calon penumpang, Abdul Hadi, mengapresiasi langkah PT KAI tentang rencana kebijakan peniadaan tiket di loket karena akan mengurangi antrean di stasiun.
"Tujuannya sangat bagus dan semoga terealiasasi. PT KAI harus gencar sosialisasi agar calon penumpang tidak kecewa karena tiket di loket stasiun sudah tidak dijual," katanya ketika ditemui di Stasiun Gambir.
(A023/N002)
Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Agus Komarudin di Jakarta, Senin, mengatakan sebenarnya kebijakan itu berlaku sejak 15 Agustus 2014, tapi masih ditangguhkan setelah ada evaluasi terkait pelayanan stasiun.
"Masih dievaluasi lebih dalam dan belum ada target kapan diberlakukan. Kami tidak ingin ada calon penumpang yang mau memesan tiket tiba-tiba kecewa karena tidak ada," ujarnya.
Ke depan, lanjut Agus, meski tidak ada loket di stasiun yang menjual tiket, namun tetap dilayani untuk pembelian tiket "Go Show" atau pemberangkatan saat itu juga, dengan catatan masih tersedia kursi kosong.
Meski kebijakan diberlakukan, pihaknya tetap optimistis masyarakat tetap memilih kereta api sebagai angkutan transportasi paling nyaman, khususnya untuk jarak jauh.
"Malah tidak dijualnya tiket di loket stasiun semakin memudahkan calon penumpang. Penjualan secara online tersebar di mana-mana dan kapan saja, seperti minimarket, website, agen perjalanan, kantor pos dan sebagainya," kata Agus.
Berdasar catatannya, dari jumlah penumpang kereta api setiap harinya dari Jakarta ke semua jurusan di Pulau Jawa, total 26 ribu lebih penumpang per hari.
Rinciannya, 9.800 penumpang dari Stasiun Gambir, 11 ribu penumpang dari Stasiun Pasar Senen, 3 ribu penumpang dari Jakarta Kota, 2.500 penumpang dari Stasiun Priok, 750 penumpang dari Merak.
"Sampai sekarang, sekitar 65 persen atau 16.900 orang dari jumah penumpang membeli tiket secara online, sedangkan 35 persen atau 9.100 orang sisanya pesan di stasiun. Jumlah tersebut akan semakin berkurang dengan adanya kebijakan ini," katanya.
Terkait harga, Agus menegaskan tidak ada perbedaan antara loket stasiun dan agen perjalanan atau secara online. Setelah mendapat nomor tiket maka penumpang mencetaknya menggunakan mesin cetak mandiri di setiap stasiun.
"Kalau dulu masih ada perbedaan Rp7.500 antara loket dan agen perjalanan atau online. Tapi sekarang sudah tidak ada, sehingga lebih baik beli dari rumah daripada harus ke stasiun terlebih dulu untuk pesan tiket," katanya.
Sementara itu, salah seorang calon penumpang, Abdul Hadi, mengapresiasi langkah PT KAI tentang rencana kebijakan peniadaan tiket di loket karena akan mengurangi antrean di stasiun.
"Tujuannya sangat bagus dan semoga terealiasasi. PT KAI harus gencar sosialisasi agar calon penumpang tidak kecewa karena tiket di loket stasiun sudah tidak dijual," katanya ketika ditemui di Stasiun Gambir.
(A023/N002)
Pewarta: Fiqih Arfani/Ahmad Buchori
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: