Jakarta (ANTARA) - Terhitung belum sepekan sejak Josep "Pep" Guardiola memutuskan untuk memperpanjang kontraknya sebagai pelatih Manchester City hingga 2027, pelatih asal Spanyol itu mendapatkan "kado buruk" dari Ange Postecoglou.

Ange Postecoglou yang secara terang-terangan mengaku sebagai murid dari Pep Guardiola dan sempat meng-copy paste strategi dari manajer asal Spanyol tersebut kini memberikan pukulan mendalam.

Ange bersama dengan timnya Tottenham Hotspur baru saja mengganyang Manchester City-nya Pep Guardiola dengan skor empat gol tanpa balas dalam pertandingan pekan ke-12 Liga Inggris di Etihad Stadium, Manchester, Minggu.

Kekalahan ini begitu sadis untuk Pep. Pasalnya untuk pertama kalinya dalam karir kepelatihan Pep Guardiola, baru di musim ini dirinya menelan lima kali kekalahan berturut-turut di semua kompetisi.

Lalu Tottenham Hotspur di tangan Ange Postecoglou-lah yang memberikan dua kali kekalahan (satu di Piala Liga Inggris) bagi The Citizens dari catatan minor lima kali kekalahan berturut-turut tersebut.

Manchester City di tangan Pep Guardiola yang terkenal dengan dominasi penguasaan bola, nyatanya di babak pertama mampu diimbangi oleh pressing tinggi ala Ange Postecoglou.

Tercatat pada babak pertama, The Citizens melakukan penguasaan bola sebesar 52 persen dibanding dengan Tottenham yang menguasai 48 persen.

Di babak kedua, Pep memang menekankan timnya untuk terus menekan dengan melakukan kontrol penguasaan bola dengan catatan 68 persen berbanding 32 persen di kubu Tottenham.

Namun yang tak dimiliki oleh Manchester City di pertandingan kali ini yakni efektifitas yang hilang, sedangkan Tottenham menunjukkan bahwa tim yang paling efektiflah yang akan menang.

Dua gol James Maddison (pada menit ke-13 dan 20) di babak pertama lewat pressing tinggi ke pertahanan Manchester City.

Pun kejadian serupa terjadi di babak kedua, dua gol yang masing-masing dilesatkan oleh Pedro Porro (menit ke-52) dan Brennan Johnson (90+2) juga berawal dari keefektifan lini serang yang mampu mengkonversi gol lewat skema serangan balik.

Seusai pertandingan Pep mengaku bahwa timnya memang begitu kesulitan merebut bola dari skema permainan The Lily Whites.

"Kami sedikit berjuang untuk mendapatkan kembali bola (dari penguasaan lawan). Kami tidak mampu memenangkan penguasaan bolanya, lalu memberikan reaksi ekstra setelah gagal," kata Pep Guardiola dilansir dari laman resmi klub.

Kekalahan ini menjadikan The Citizens untuk pertama kali sejak di tangani oleh Pep Guardiola merasakan lima kekalahan berturut-turut di semua kompetisi. Selain itu, catatan minor ini membuat Manchester City yang berstatus sebagai juara bertahan Liga Inggris menyamai rekor buruk Chelsea pada 1956, menjadi klub juara bertahan yang kalah lima kali beruntun.

Baca juga: Kalah dari Tottenham, Pep sebut City kesulitan merebut bola
Baca juga: Pep Guardiola akui Manchester City sedang rapuh


Halaman berikut: Guardiola ibarat makan buah simalakama
Simalakama Guardiola

Manchester City musim ini terbilang dalam masa transisi perombakan pemain yang tak cukup berjalan mulus.

Usai meraih trebble pada musim 2022/2023, The Citizens mencoba untuk melakukan peremajaan skuad dengan mendaratkan sejumlah nama-nama seperti Josko Gvardiol, Matheus Nunes, Jeremy Doku, Matheo Kovacic, Savinho dan Claudio Echeverri. Untuk Echeverri hingga kini masih belum bergabung dengan skuad City dan dalam masa peminjaman.

Kendala para pemain-pemain baru ini masih belum mampu untuk tampil konsisten dalam menerapkan gaya permainan Pep Guardiola.

Mungkin nama Josko Gvardiol saja yang kini menyita perhatian Pep untuk memberikannya garansi di sebelas utama dan mengisi pos bek sayap kiri.

Selebihnya Jeremy Doku hingga Savinho silih berganti dirombak dari sebelas utama karena perannya tak terlalu mencolok dan kerap tampil naik turun.

Peremajaan skuad yang masih belum berjalan mulus ditambah masalah lini tengah yang tampil kurang ngotot di musim ini menjadi salah satu faktor bagaimana Manchester City akan cukup kesulitan bersaing meraih gelar Liga Inggris selama lima musim berturut-turut.

Lini tengah The Sky Blues di musim ini tercatat mengalami penurunan rerata arial duels. Selain itu Opta mencatat dari 12 pertandingan di Liga Inggris, Manchester City memberikan rerata 2,8 peluang besar kepada lawan.

Angka tersebut menjadi angka tertinggi yang pernah dicatatkan oleh Manchester City sejak ditangani oleh Pep Guardiola yang kini kerap melakukan kesalahan-kesalahan koordinasi.

Problem tersebut tak kunjung dapat ditambal oleh Pep Guardiola yang juga hanya mempunyai sejumlah pemain yang terbatas di dalam skuad usai sejumlah pemain intinya terkena cedera.

Sebut saja Rodri yang harus absen selama semusim karena mengalami cedera ACL. Lalu juga Oscar Bobb yang dipastikan tak akan memperkuat Manchester City di musim ini. Selain itu juga terdapat nama-nama seperti Ruben Dias, Jeremy Doku dan Mateo Kovacic yang kini masih belum dapat bermain karena dalam proses pemulihan cedera.

"Pada saat yang sama, menangani tim ini selama delapan tahun, saya tahu bahwa cepat atau lambat kami akan terpuruk. Tentu saja kami tidak pernah berharap untuk kalah tiga pertandingan Liga Inggris berturut-turut. Pada saat itu kami selalu mengalami penurunan, tetapi kami kemudian sangat konsisten," ujar Pep Guardiola.

Baca juga: Pep Guardiola tak ambil pusing dengan empat kekalahan Man City
Baca juga: Guardiola senang tiga bek tengahnya masuk lagi skuad City



Halaman berikut: CIty kehilangan unsung hero

Tanpa unsung hero

Nama-nama Erling Haaland dan Phil Foden terasa tak begitu menakutkan musim lalu di Manchester City.

Dari tiga pertandingan terakhir di Liga Inggris, Haaland hanya mencatatkan satu gol tepatnya saat Manchester City berhadapan dengan Brighton.

Performa dari Haaland di lini depan juga secara langsung berdampak pada produktifitas Manchester City yang mulai seret. Dari lima laga yang berakhir dengan kekalahan tersebut, Manchester City tercatat hanya mampu mencetak empat gol dan Haaland hanya mampu mencatatkan namanya di papan skor sekali dari lima laga tersebut.

Selain itu, Phil Foden juga tak dapat mengembalikan performanya seperti musim lalu yang kerap menjadi unsung hero (pahlawan tanpa tanda jasa) bagi Manchester City ketika keran gol dari Haaland macet.

Peraih gelar pemain terbaik Liga Inggris musim lalu tersebut musim ini masih melempem. Di Liga Inggris, Phil Foden tercatat hanya baru mampu mengamankan satu assits sejauh sembilan pertandingan yang dilakoninya.

Sekembalinya Ilkay Gundogan pada bursa transfer musim panas ini, usai sempat hijrah ke Barcelona juga masih belum mampu menjadi unsung hero bagi Manchester City seperti yang ditunjukkannya pada musim 2022/2023 lalu.

Tanpa adanya pemain yang mampu menjadi pembeda dalam situasi-situasi krusial menjadi tantangan berat bagi Manchester City di musim ini, terlebih kini The Citizens kehilangan peran sentral Rodri yang menjadi otak dari skema permainan Pep Guardiola.

Pep mengatakan akan tetap mempertahankan skema permainan seperti gaya permainan biasanya. Mantan pelatih Bayern Muenchen tersebut berjanji akan membenahi kekurangan tim musim ini dengan memenangkan laga berikutnya.

"Kami tidak terbiasa kalah begitu banyak pertandingan berturut-turut. Tapi itu terjadi. Kami harus melakukan segalanya untuk berubah, terutama pada pertandingan berikutnya," kata Pep Guardiola.


Baca juga: Haaland: Guardiola manajer sepak bola terbaik yang pernah ada
Baca juga: Alasan Guardiola mau perpanjang kontrak: Ingin perbaiki performa Man City