Jakarta (ANTARA News) - Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menyatakan bahwa 60 persen keberhasilan atau kegagalan usaha tani ditentukan oleh benih.

"Sayangnya saat ini kedaulatan benih tidak lagi di tangan petani kecil dan penduduk lokal," kata Andreas dalam diskusi mengenai kedaulatan pangan di Jakarta, Rabu.

Padahal, menurut Adreas, pengembangan benih lokal maupun varietas hasil persilangan oleh petani kecil merupakan kunci untuk mewujudkan kedaulatan pangan di masa depan.

Secara global, Andreas menyebutkan bahwa 67 persen pasar benih justru dikuasi oleh sepuluh perusahaan multinasional, sementara 99,9 persen benih transgenik dikuasai oleh enam perusahaan multinasional.

"Di Indonesia 78 persen pasar benih dikuasai oleh perusahaan asing," kata Andreas.

Oleh sebab itu Andreas menegaskan bahwa kedaulatan petani atas benih harus dikembalikan kepada petani dan institusi lokal.

Lebih lanjut Andreas juga menekankan bahwa kedaulatan pangan menempatkan Pancasila sebagai pemandu sistem pangan nasional dengan landasan konstitusional yang mengacu pada UUD 1945.

"Maka harus ada peningkatan hak dan kedaulatan petani atas benih, input pertanian, penanganan pasca panen, dan pengolahan produk pertanian. Ini merupakan sebagaian cara untuk mewujudkan kedaulatan pangan," pungkas Andreas.