Presiden Yudhoyono ajak jaga ke-Indonesia-an
15 Agustus 2014 12:57 WIB
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato kenegaraan dalam sidang bersama DPR - DPD RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (15/8). Presiden Yudhoyono memaparkan hasil pencapaian pembangunan, pertumbuhan ekonomi, kegiatan politik, pidato tersebut merupakan yang terakhir kalinya disampaikan presiden sebelum mengakhiri masa jabatan pada 20 Oktober 2014. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Yudhoyono mengajak seluruh elemen bangsa menjaga ke-Indonesia-an dan dengan tegas menolak penyebaran paham sesat Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Tanah Air.
"Penolakan diperlukan karena hal-hal seperti itu bertentangan dan bahkan berbahaya bagi jatidiri bangsa sebab Indonesia bukan negara agama," kata dia, di depan Sidang Paripurna DPR/DPD, di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat pagi.
"Para pemimpin di seluruh Tanah Air, saya minta untuk tegas mengambil sikap mengenai tantangan ini. Ini adalah ujian bagi kebangsaan kita, ke-Indonesia-an kita. Indonesia adalah negara berketuhanan, bukan negara agama," kata dia, dalam pidato kenegaraan dalam rangka peringatan hari ulang tahun kemerdekaan ke-69 Indonesia.
Menurut dia, perjuangan di abad-21 memang bukan lagi menjaga kemerdekaan namun menjaga ke-Indonesia-an karena tidak ada gunanya semakin makmur dan modern, namun kehilangan hal amat fundamendal dan terbaik dari bangsa, yaitu Pancasila, kebhinnekaan, semangat persatuan, toleransi, kesantunan, pluralisme, dan kemanusiaan.
"Jika para pendiri bangsa dulu mempertahankan kemerdekaan sampai titik darah penghabisan, bagi generasi kita kini ke-Indonesia-anlah yang harus kita pertahankan mati-matian," katanya.
Dalam berbagai kesempatan sejumlah tokoh nasional dan organisasi keagamaan juga telah menyatakan penolakannya terhadap paham ISIS, terutama setelah beberapa waktu lalu muncul video dalam jaringan yang berisi ajakan untuk bergabung dengan ISIS.
Kekhawatiran penyebaran paham ISIS telah menjangkiti sejumlah negara di dunia merujuk pada kemajuan yang dicapai kelompok itu di Irak dalam beberapa bulan terakhir.
"Penolakan diperlukan karena hal-hal seperti itu bertentangan dan bahkan berbahaya bagi jatidiri bangsa sebab Indonesia bukan negara agama," kata dia, di depan Sidang Paripurna DPR/DPD, di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat pagi.
"Para pemimpin di seluruh Tanah Air, saya minta untuk tegas mengambil sikap mengenai tantangan ini. Ini adalah ujian bagi kebangsaan kita, ke-Indonesia-an kita. Indonesia adalah negara berketuhanan, bukan negara agama," kata dia, dalam pidato kenegaraan dalam rangka peringatan hari ulang tahun kemerdekaan ke-69 Indonesia.
Menurut dia, perjuangan di abad-21 memang bukan lagi menjaga kemerdekaan namun menjaga ke-Indonesia-an karena tidak ada gunanya semakin makmur dan modern, namun kehilangan hal amat fundamendal dan terbaik dari bangsa, yaitu Pancasila, kebhinnekaan, semangat persatuan, toleransi, kesantunan, pluralisme, dan kemanusiaan.
"Jika para pendiri bangsa dulu mempertahankan kemerdekaan sampai titik darah penghabisan, bagi generasi kita kini ke-Indonesia-anlah yang harus kita pertahankan mati-matian," katanya.
Dalam berbagai kesempatan sejumlah tokoh nasional dan organisasi keagamaan juga telah menyatakan penolakannya terhadap paham ISIS, terutama setelah beberapa waktu lalu muncul video dalam jaringan yang berisi ajakan untuk bergabung dengan ISIS.
Kekhawatiran penyebaran paham ISIS telah menjangkiti sejumlah negara di dunia merujuk pada kemajuan yang dicapai kelompok itu di Irak dalam beberapa bulan terakhir.
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014
Tags: