Ratusan kapal nelayan Muara Angke antre solar
14 Agustus 2014 17:52 WIB
Nelayan Kehabisan Solar -- Seorang nelayan menunggu kedatangan bahan bakar minyak (BBM) solar yang kosong di SPBU Jl Thamrin, Padang, Sumbar, Selasa (5/8). Pasca pembatasan penjualan BBM Solar bersubsidi sejak Senin (4/8) di 5 SPBU di Padang, stok solar kosong dan baru akan datang pada Selasa (5/8) sore, sementara nelayan sudah mengantre sejak pagi karena penjualan solar bersubsidi akan ditutup pada pukul 18.00 WIB. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Jakarta (ANTARA News) - Ratusan kapal nelayan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, mengantre di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bunker (SPBB) untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi.
"Ada seratus lebih kapal yang mengantre untuk mendapatkan solar bersubsidi karena sebagian besar nelayan mulai melaut setelah Lebaran," kata Pengawas SPBB Muara Angke, Tukiwan, Kamis.
Ia mengatakan pembatasan bahan bakar solar subsidi membuat adanya penyesuaian kuota untuk tiap-tiap kapal.
Sebelum pembatasan, kapal nelayan mendapat kuota 25 ton untuk setiap pengisian bahan bakar solar. Setelah pembatasan, kuota tiap kapal hanya 20 ton per bulan atau berkurang 20 persen.
"Pengisian hanya bisa dilakukan sekali sebulan dan kuota tiap bulan tidak bisa diakumulasi," katanya.
Ia mencontohkan pengisian bahan bakar sebanyak 20 ton untuk kapal nelayan yang melaut selama tiga bulan. Untuk pengisian berikutnya, mereka tidak mendapat 60 ton, tapi tetap 20 ton.
Sebelum pembatasan solar bersubsidi kata Tukiwan, SPBB Muara Angke menyalurkan 4.500 kiloliter solar bersubsidi per bulan. Jumlah tersebut berkurang menjadi 3.600 kiloliter setelah ada pembatasan solar bersubsidi.
Seorang anak buah kapal (ABK) Andre yang mengantre di SPBB Muara Angke mengatakan sudah sepekan menunggu giliran pengisian BBM solar subsidi ke kapalnya.
"Biasanya hanya mengantre selama dua hari, tapi sekarang sudah seminggu belum dapat giliran," katanya.
Ia mengatakan antrean panjang tersebut karena sebagian besar nelayan mulai aktif melaut usai Lebaran 2014. Selain itu, pembatasan BBM juga meresahkan nelayan, sehingga mereka mengisi bahan bakar bersamaan.
Andre mengatakan kebijakan pemerintah membatasi pemakaian solar bersubsidi membuat waktu melaut nelayan semakin singkat. Dengan kuota 25 ton kata dia, nelayan bisa mencari ikan hingga tiga bulan.
"Apalagi kalau cuaca tidak baik dan ikan menyebar, jelajah kapal juga semakin luas dan membutuhkan banyak bahan bakar," tambahnya.
Seorang pemilik kapal Aan Wijaya mengatakan pemerintah sebaiknya menaikkan harga solar bersubsidi dibandingkan membatasi penjualan.
"Lebih baik dinaikkan harganya daripada dibatasi, karena kalau dibatasi maka waktu untuk melaut juga semakin singkat, otomatis tangkapan juga berkurang," katanya.
"Ada seratus lebih kapal yang mengantre untuk mendapatkan solar bersubsidi karena sebagian besar nelayan mulai melaut setelah Lebaran," kata Pengawas SPBB Muara Angke, Tukiwan, Kamis.
Ia mengatakan pembatasan bahan bakar solar subsidi membuat adanya penyesuaian kuota untuk tiap-tiap kapal.
Sebelum pembatasan, kapal nelayan mendapat kuota 25 ton untuk setiap pengisian bahan bakar solar. Setelah pembatasan, kuota tiap kapal hanya 20 ton per bulan atau berkurang 20 persen.
"Pengisian hanya bisa dilakukan sekali sebulan dan kuota tiap bulan tidak bisa diakumulasi," katanya.
Ia mencontohkan pengisian bahan bakar sebanyak 20 ton untuk kapal nelayan yang melaut selama tiga bulan. Untuk pengisian berikutnya, mereka tidak mendapat 60 ton, tapi tetap 20 ton.
Sebelum pembatasan solar bersubsidi kata Tukiwan, SPBB Muara Angke menyalurkan 4.500 kiloliter solar bersubsidi per bulan. Jumlah tersebut berkurang menjadi 3.600 kiloliter setelah ada pembatasan solar bersubsidi.
Seorang anak buah kapal (ABK) Andre yang mengantre di SPBB Muara Angke mengatakan sudah sepekan menunggu giliran pengisian BBM solar subsidi ke kapalnya.
"Biasanya hanya mengantre selama dua hari, tapi sekarang sudah seminggu belum dapat giliran," katanya.
Ia mengatakan antrean panjang tersebut karena sebagian besar nelayan mulai aktif melaut usai Lebaran 2014. Selain itu, pembatasan BBM juga meresahkan nelayan, sehingga mereka mengisi bahan bakar bersamaan.
Andre mengatakan kebijakan pemerintah membatasi pemakaian solar bersubsidi membuat waktu melaut nelayan semakin singkat. Dengan kuota 25 ton kata dia, nelayan bisa mencari ikan hingga tiga bulan.
"Apalagi kalau cuaca tidak baik dan ikan menyebar, jelajah kapal juga semakin luas dan membutuhkan banyak bahan bakar," tambahnya.
Seorang pemilik kapal Aan Wijaya mengatakan pemerintah sebaiknya menaikkan harga solar bersubsidi dibandingkan membatasi penjualan.
"Lebih baik dinaikkan harganya daripada dibatasi, karena kalau dibatasi maka waktu untuk melaut juga semakin singkat, otomatis tangkapan juga berkurang," katanya.
Pewarta: Helti Marini Sipayung dan Ahmad Buchori
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: