Akun Twitter PM Rusia diretas
14 Agustus 2014 16:13 WIB
Presiden Rusia Vladimit Putin (kanan) dan Perdana Menteri Dmitry Medvedev mengikuti upacara peringatan dimulainya Perang Patriotik Besar melawan Nazi Jerman pada 1941 di Makam Pahlawan Tak Dikenal disamping dinding Kremlin di Moskow, Sabtu (22/6). (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Moskow (ANTARA News) - Akun Twitter Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev diretas, Kamis, dengan si peretas berkicau mengenai pengunduran diri Medvedev dan mengeritik Presiden Vladimir Putin.
"Saya mengundurkan diri. Saya malu dengan ulah pemerintah. Maafkan saya," kata kicauan berbahasa Rusia dalam akun Twitter Medvedev, seperti dilaporkan AFP.
"Saya ingin katakan ini sejak lama: Vova kamu salah!" katanya dalam cuitan lain, menggunakan nama panggilan Vladimir.
Medvedev dianggap sebagai bawahan Putin, meskipun saat ia masih menjabat sebagai presiden.
"Akun Twitter Medvedev telah diretas, pesan-pesan itu palsu. Kami sedang mengatasi masalah ini," kata jurubicara pemerintah kepada kantor berita pemerintah RIA Novosti.
Meski demikian, pesan-pesan peretas itu terus muncul, dan akunnya dengan cepat menjadi topik utama di Moskow, dengan jumlah pengikut akun bertambah 10 ribu dengan cepat, menjadi lebih dari 2,5 juta.
Kebanyakan cuitannya mengkritisi kebijakan pemerintah Rusia.
"Krimea bukan milik kita. Mohon retweet," demikian salah satu pesan tersebut, sementara Medvedev, Putin dan para legislator dijadwalkan bertemu pada Kamis untuk membicarakan masalah di semenanjung Laut Hitam sejak Rusia mencaploknya dari Ukraina pada Maret.
"Kita bisa kembali ke situasi pada 1980-an. Sungguh menyedihkan. Jika itu tujuan rekan-rekan saya di Kremlin, mereka akan mendapatkannya segera," katanya dalam cuitan yang lain.
Beberapa kicauan mengungkapkan kekhawatiran bahwa pelarangan impor makanan dari negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat sebagai balasan terhadap sanksi Barat terkait Ukraina, bisa menyebabkan antrian panjang yang mengingatkan pada situasi yang pernah dialami Uni Soviet pada tahun 1980-an.
Pemerintah juga memerintahkan peningkatan produksi pangan domestik dengan langkah-langkah yang mengingatkan pada rencana ekonomi Soviet.
Cuitan lain mengkritisi aturan yang ditandatangani Medvedev, yang mensyaratkan pengguna Wi-Fi publik untuk mendaftar, termasuk memberikan informasi paspor mereka.
"Di samping inisiatif kami, para berandal jaringan tertentu tidak peduli pada akses jaringan dengan paspor," kicaunya lagi, diikuti simbol wajah tersenyum versi Rusia.
(Uu.S022)
"Saya mengundurkan diri. Saya malu dengan ulah pemerintah. Maafkan saya," kata kicauan berbahasa Rusia dalam akun Twitter Medvedev, seperti dilaporkan AFP.
"Saya ingin katakan ini sejak lama: Vova kamu salah!" katanya dalam cuitan lain, menggunakan nama panggilan Vladimir.
Medvedev dianggap sebagai bawahan Putin, meskipun saat ia masih menjabat sebagai presiden.
"Akun Twitter Medvedev telah diretas, pesan-pesan itu palsu. Kami sedang mengatasi masalah ini," kata jurubicara pemerintah kepada kantor berita pemerintah RIA Novosti.
Meski demikian, pesan-pesan peretas itu terus muncul, dan akunnya dengan cepat menjadi topik utama di Moskow, dengan jumlah pengikut akun bertambah 10 ribu dengan cepat, menjadi lebih dari 2,5 juta.
Kebanyakan cuitannya mengkritisi kebijakan pemerintah Rusia.
"Krimea bukan milik kita. Mohon retweet," demikian salah satu pesan tersebut, sementara Medvedev, Putin dan para legislator dijadwalkan bertemu pada Kamis untuk membicarakan masalah di semenanjung Laut Hitam sejak Rusia mencaploknya dari Ukraina pada Maret.
"Kita bisa kembali ke situasi pada 1980-an. Sungguh menyedihkan. Jika itu tujuan rekan-rekan saya di Kremlin, mereka akan mendapatkannya segera," katanya dalam cuitan yang lain.
Beberapa kicauan mengungkapkan kekhawatiran bahwa pelarangan impor makanan dari negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat sebagai balasan terhadap sanksi Barat terkait Ukraina, bisa menyebabkan antrian panjang yang mengingatkan pada situasi yang pernah dialami Uni Soviet pada tahun 1980-an.
Pemerintah juga memerintahkan peningkatan produksi pangan domestik dengan langkah-langkah yang mengingatkan pada rencana ekonomi Soviet.
Cuitan lain mengkritisi aturan yang ditandatangani Medvedev, yang mensyaratkan pengguna Wi-Fi publik untuk mendaftar, termasuk memberikan informasi paspor mereka.
"Di samping inisiatif kami, para berandal jaringan tertentu tidak peduli pada akses jaringan dengan paspor," kicaunya lagi, diikuti simbol wajah tersenyum versi Rusia.
(Uu.S022)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014
Tags: