Pakar sarankan Makan Bergizi Gratis berprinsip dari ladang ke piring
21 November 2024 14:45 WIB
Pakar Kesehatan yang juga Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 Prof Tjandra Yoga Aditama. ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi
Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan yang juga Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020, Prof Tjandra Yoga Aditama, menyarankan program Makan Bergizi Gratis menganut prinsip dari ladang ke piring.
“Program Makan Bergizi Gratis tentu amat bermanfaat, termasuk juga untuk ibu hamil, ibu menyusui, calon pengantin, dan lain-lain, sehingga pemberiannya perlu dijaga dengan baik sesuai prinsip from farm to plate (dari ladang ke piring),” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, prinsip tersebut perlu digunakan karena program Makan Bergizi Gratis sangat penting untuk memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan sejak bahan makanan diproduksi, transportasi bahan mentah, pengolahan dan cara memasak makanan, transportasi makanan matang, penyajian dan pelaksanaan konsumsi, hingga pembuangan limbah.
“Jadi jangan hanya dilihat di ujungnya saja pada waktu makanan dikonsumsi,” ujar dia.
Selain itu, menurut dia, penentuan lokasi pemberian makanan baik itu di sekolah, posyandu, atau tempat-tempat lain juga harus menjamin proses dari ladang ke piring, termasuk kebersihan atau higiene dan sanitasi.
“Kalau posyandu atau pos pembinaan terpadu (posbindu) akan dipilih (untuk fasilitator makan bergizi gratis), maka positifnya adalah bahwa memang merupakan tempat yang biasa dikunjungi ibu hamil, ibu menyusui, remaja putri, dan lain sebagainya, tetapi tantangannya adalah harus mampu menjamin proses kesehatan dari penyajian makanan ini, apalagi kalau setiap hari dan di berbagai pelosok Nusantara,” tuturnya.
Sebelumnya, Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Ikeu Tanziha menyatakan program Makan Bergizi Gratis mulai efektif pada Januari 2025 meskipun akan dijalankan secara bertahap dan menyesuaikan unit pelayanan-unit pelayanan yang telah sepenuhnya siap.
Mengingat anggaran belum sepenuhnya turun, Ikeu mengatakan bahwa BGN membentuk unit pelayanan secara bertahap, terutama di daerah-daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi atau di daerah yang menjadi fokus untuk penurunan stunting.
Dengan begitu, tiga kelompok sasaran selain anak sekolah, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, dapat dijangkau dalam program makan bergizi gratis pada tahap pertama pelaksanaan.
“Kita upayakan titik unit pelayanan itu di daerah yang kemiskinannya tinggi atau di lokus stunting, sehingga di situ kan banyak ibu hamil, ibu menyusui, balita. Ibu hamil yang kekurangan gizi atau balita menjadi prioritas kita kan. Tapi, tentu saja kalau misalnya di situ ada ibu hamil yang tidak kekurangan gizi pun, asal di sekitar unit pelayanan, itu juga diberi makanan,” kata Ikeu.
Baca juga: DPR nilai perlu pengawasan ketat sukseskan Makan Bergizi Gratis
Baca juga: Pengamat: Prabowo tunjukan keseriusan dalam program makan bergizi
“Program Makan Bergizi Gratis tentu amat bermanfaat, termasuk juga untuk ibu hamil, ibu menyusui, calon pengantin, dan lain-lain, sehingga pemberiannya perlu dijaga dengan baik sesuai prinsip from farm to plate (dari ladang ke piring),” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, prinsip tersebut perlu digunakan karena program Makan Bergizi Gratis sangat penting untuk memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan sejak bahan makanan diproduksi, transportasi bahan mentah, pengolahan dan cara memasak makanan, transportasi makanan matang, penyajian dan pelaksanaan konsumsi, hingga pembuangan limbah.
“Jadi jangan hanya dilihat di ujungnya saja pada waktu makanan dikonsumsi,” ujar dia.
Selain itu, menurut dia, penentuan lokasi pemberian makanan baik itu di sekolah, posyandu, atau tempat-tempat lain juga harus menjamin proses dari ladang ke piring, termasuk kebersihan atau higiene dan sanitasi.
“Kalau posyandu atau pos pembinaan terpadu (posbindu) akan dipilih (untuk fasilitator makan bergizi gratis), maka positifnya adalah bahwa memang merupakan tempat yang biasa dikunjungi ibu hamil, ibu menyusui, remaja putri, dan lain sebagainya, tetapi tantangannya adalah harus mampu menjamin proses kesehatan dari penyajian makanan ini, apalagi kalau setiap hari dan di berbagai pelosok Nusantara,” tuturnya.
Sebelumnya, Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Ikeu Tanziha menyatakan program Makan Bergizi Gratis mulai efektif pada Januari 2025 meskipun akan dijalankan secara bertahap dan menyesuaikan unit pelayanan-unit pelayanan yang telah sepenuhnya siap.
Mengingat anggaran belum sepenuhnya turun, Ikeu mengatakan bahwa BGN membentuk unit pelayanan secara bertahap, terutama di daerah-daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi atau di daerah yang menjadi fokus untuk penurunan stunting.
Dengan begitu, tiga kelompok sasaran selain anak sekolah, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, dapat dijangkau dalam program makan bergizi gratis pada tahap pertama pelaksanaan.
“Kita upayakan titik unit pelayanan itu di daerah yang kemiskinannya tinggi atau di lokus stunting, sehingga di situ kan banyak ibu hamil, ibu menyusui, balita. Ibu hamil yang kekurangan gizi atau balita menjadi prioritas kita kan. Tapi, tentu saja kalau misalnya di situ ada ibu hamil yang tidak kekurangan gizi pun, asal di sekitar unit pelayanan, itu juga diberi makanan,” kata Ikeu.
Baca juga: DPR nilai perlu pengawasan ketat sukseskan Makan Bergizi Gratis
Baca juga: Pengamat: Prabowo tunjukan keseriusan dalam program makan bergizi
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: