Jakarta (ANTARA) - Keselamatan di jalan raya sangat bergantung pada kesadaran diri pengemudi. Memitigasi risiko kecelakaan sejak dini memerlukan partisipasi aktif para pengendara dalam memahami dan menerapkan prinsip berkendara yang aman.

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan mengambil langkah proaktif dengan menyelenggarakan bimbingan teknis bagi pengemudi angkutan barang yang bertujuan membentuk kesadaran mengenai pentingnya keselamatan berkendara.

Para peserta yang merupakan sopir dari perusahaan logistik mengikuti pelatihan tata cara pengereman. Pelatihan ini memberikan pengetahuan praktis untuk memastikan kendaraan selalu dalam kondisi optimal di jalan.

BPTJ memfokuskan pada pentingnya memahami teknik pengereman yang aman, mengingat angkutan barang memiliki risiko lebih tinggi dibanding kendaraan biasa. Ini menjadi langkah krusial dalam menciptakan jalan yang lebih aman.

Pelatihan dilakukan dalam beberapa gelombang, melibatkan puluhan perusahaan logistik dari berbagai wilayah. Setiap gelombang dirancang untuk memberikan dampak langsung pada perilaku para pengemudi.

Dalam gelombang ketiga, sebanyak 23 peserta dari 14 perusahaan berpartisipasi. Kegiatan ini melanjutkan sukses dari sesi sebelumnya yang juga mendapat antusiasme tinggi dari peserta.

Pelatihan serupa juga dilakukan untuk pengemudi angkutan orang, seperti bus, yang bertujuan memperluas cakupan program keselamatan jalan. BPTJ hadir sebagai representasi pemerintah untuk mengatasi masalah keselamatan di jalan raya. Sejauh ini, total 71 peserta dari 41 perusahaan telah menerima pelatihan.

Program ini juga menjadi momen untuk membangun jejaring antarperusahaan logistik. Keselamatan bukan hanya tanggung jawab individu, melainkan hasil kolaborasi semua pihak.

Melalui upaya ini, BPTJ tidak hanya menanamkan tanggung jawab individu, tetapi juga membangun budaya keselamatan berkendara yang berkelanjutan demi menciptakan jalan raya yang lebih aman bagi semua.

Data Korlantas Polri menunjukkan kecelakaan angkutan barang sepanjang 2024 mencapai 6.250.035 kejadian, meningkat 1,91 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercatat 6.132.671 kejadian.

Peningkatan angka kecalakaan ini menuntut perhatian serius dari semua pihak, termasuk Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), untuk mengupayakan langkah strategis dalam memitigasi risiko kecelakaan.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, pengemudi, dan masyarakat, diharapkan angka kecelakaan dapat ditekan, menciptakan transportasi barang yang lebih aman dan efisien di jalan raya.

Semua langkah itu diharapkan mampu mewujudkan keselamatan di setiap ruas jalan, membawa manfaat besar bagi pengemudi dan masyarakat luas.


Peserta Bimbingan Teknis Tata Cara Pengereman Angkutan Barang yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di Lido, Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/11/2024). ANTARA/HO-Humas BPTJ
Aspek keselamatan

Hadirnya negara untuk membekali pengemudi mengenai cara berkendara yang baik sangat penting dilakukan. Sebab ketaatan pengemudi terhadap regulasi adalah fondasi utama untuk memitigasi risiko kecelakaan sejak dini.

Pada pelatihan itu, Kemenhub membekali para pengemudi tentang delapan aspek penting dalam berkendara. Aspek pertama, adalah menjaga kesehatan fisik. Pengemudi harus memastikan tubuh tetap bugar dan beristirahat cukup sebelum perjalanan.

Kedua, kendaraan harus dalam kondisi prima. Untuk itu, pengemudi diingatkan mengenai pemeriksaan oli mesin, radiator, hingga tekanan ban. Semua langkah itu wajib dilakukan sebelum perjalanan dimulai.

Pengemudi juga diingatkan untuk mengecek sistem rem dan kelistrikan. Lampu utama, lampu rem, serta rem tangan menjadi bagian penting dalam menjaga keamanan selama perjalanan.

Aspek berikutnya adalah memastikan keamanan muatan. Semua barang harus diikat dengan kuat dan terpasang secara benar untuk menghindari bahaya saat kendaraan melaju.

Selain itu, muatan harus diperiksa berat dan dimensinya. Barang yang melebihi kapasitas atau penempatan yang tidak merata bisa membahayakan perjalanan.

Perencanaan rute menjadi aspek penting lainnya. Pengemudi diminta mempelajari rute utama dan alternatif, termasuk lokasi fasilitas pendukung, seperti SPBU dan tempat istirahat.

Kelengkapan dokumen juga harus diperiksa, mulai dari surat jalan hingga SIM.

Tidak kalah penting, pengemudi harus membawa perlengkapan darurat, seperti alat pemadam api ringan (apar), kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), dan ban cadangan. Ini adalah persiapan dasar untuk menghadapi keadaan tidak terduga.

Pengemudi juga didorong untuk berkomunikasi aktif dengan pihak terkait, seperti manajer logistik dan pengirim barang, untuk memastikan pengangkutan berjalan lancar.

Kemenhub menekankan pentingnya menjaga fokus selama berkendara. Berdoa sebelum berangkat menjadi langkah awal untuk menenangkan pikiran dan menjaga konsentrasi di jalan.

Selain itu, menjaga jarak antarkendaraan adalah kebiasaan sederhana, namun vital. Langkah ini mencegah kecelakaan akibat kurangnya waktu untuk mengerem.

Budaya berkendara yang aman harus ditanamkan sejak dini. Dengan mengedepankan delapan aspek ini, keselamatan di jalan raya dapat terwujud.

Pelatihan ini tidak hanya menyasar pengemudi tetapi juga diharapkan memberikan dampak positif bagi perusahaan tempat mereka bekerja. Keselamatan adalah investasi bagi semua pihak.

Penting untuk memahami bahwa mengemudi angkutan barang berbeda dari kendaraan pribadi. Berat muatan mempengaruhi jarak pengereman, sehingga pengemudi perlu melatih kemampuan refleks yang baik.

Kesadaran untuk menjaga jarak dan mengurangi kecepatan di area rawan juga menjadi perhatian utama. Setiap tindakan kecil berkontribusi pada keselamatan bersama.

Langkah itu agar meningkatkan profesionalisme pengemudi. Selain untuk mengurangi risiko kecelakaan, hal ini juga dapat meningkatkan efisiensi pengangkutan barang.

Keselamatan bukan sekadar tanggung jawab pengemudi, tetapi melibatkan semua pihak. Kolaborasi antara regulator, pengemudi, dan perusahaan logistik adalah kunci keberhasilan.

Disiplin dan komitmen bersama juga menjadi penentu dalam upaya mewujudkan keselamatan di jalan raya.


Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Suntana menjawab pertanyaan awak media di sela menghadiri Pelantikan Terpadu Lulusan Sekolah Kedinasan Jalur Pola Pembibitan Kementerian Perhubungan di Jakarta, Kamis (14/11/2024). ANTARA/Harianto
Partisipasi

Keselamatan berkendara merupakan tanggung jawab bersama yang memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Dengan meningkatnya kesadaran, potensi kecelakaan lalu lintas dapat diminimalkan, terutama saat musim liburan.

Upaya kolektif untuk menaati aturan lalu lintas menjadi semakin penting, terutama menghadapi masa-masa padat kendaraan di jalan raya, seperti saat liburan Lebaran, Natal dan tahun baru.

Ketertiban semua pihak dalam berkendara dapat membantu mencegah kecelakaan yang bisa merugikan banyak pihak. Dengan memprioritaskan keselamatan, pengemudi dapat melindungi diri sendiri serta pengguna jalan lainnya.

Pengabaian aturan berkendara, seperti melaju terburu-buru, sering kali menyebabkan risiko yang membahayakan. Kesadaran ini menjadi kunci penting dalam menciptakan lingkungan berkendara yang aman.

Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat diperlukan untuk mewujudkan jalan raya yang aman. Dengan komitmen bersama, segala tantangan dalam menghadapi kepadatan liburan dapat teratasi dengan baik.

Dengan komitmen bersama, masa liburan akhir tahun diharapkan menjadi momen yang aman bagi semua pihak. Keselamatan menjadi hadiah terbaik untuk setiap perjalanan.