Peneliti sarankan Program Makan Bergizi Gratis hindari mikroplastik
21 November 2024 12:14 WIB
Tangkapan layar - Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton Rafika Aprillianti dalam diskusi Aliansi Zero Waste Indonesia dipantau daring di Jakarta, Kamis (21/11/2024) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Ecoton, Rafika Aprillianti menyarankan penerapan Program Makan Bergizi Gratis perlu mempertimbangkan tidak menggunakan wadah plastik sekali pakai untuk menghindari potensi mikroplastik masuk ke dalam tubuh anak-anak.
"Pemerintah perlu menyusun baku mutu mikroplastik dan mendorong industri tidak menggunakan wadah makanan dan minuman yang terbuat dari bahan plastik sekali paka, khususnya dalam Program Makan Bergizi Gratis," ujar Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton Rafika dalam diskusi yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Peneliti BRIN: Penentuan baku mutu mikroplastik butuh waktu lama
Dia mengatakan penggunaan wadah plastik sekali pakai berarti meningkatkan potensi masuknya mikroplastik dalam makanan dan minuman tersebut, yang pada akhirnya dapat masuk ke tubuh anak dan dalam jangka panjang bisa berdampak kepada kesehatan mereka.
"Kita lihat plastik sangat lentur kalau dipegang dan itu ada senyawa plasticizer yang merupakan senyawa pengganggu hormon dalam tubuh manusia dan hewan," katanya.
Secara umum, penumpukan mikroplastik di tubuh dapat mengganggu kerja sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah. Mikroplastik juga dapat menjadi vektor penyebaran bakteri dan mengikat polutan berbahaya di lingkungan yang bisa masuk ke dalam tubuh manusia.
Hal itu didasarkan pada kandungan plastik yang berpotensi terlepas dari wadah plastik sekali pakai, terutama jenis Polietilena tereftalat (PET) dan High density polyethylene (HDPE) yang lebih tipis dan jika terkena panas akan terdegradasi.
Plastik secara umum mengandung 16.000 bahan kimia aditif yang tidak terikat secara kovalen dengan polimer induk, sehingga mudah lepas. Jika terkena panas atau gesekan dapat menyebabkan rontokan plastik dalam jumlah sangat keci, termasuk jenis mikroplastik.
Baca juga: Peneliti: Mikroplastik sudah ditemukan di berbagai ekosistem
Baca juga: Kemenkes: Mulut jadi jalur utama mikroplastik masuk tubuh manusia
Tidak hanya panas, dia memperingatkan sejumlah faktor lain yang dapat menyebabkan terlepasnya mikroplastik dari wadah sekali pakai, termasuk sinar UV, perubahan pH atau derajat keasaman, waktu kontak paparan, kualitas bahan plastik serta faktor fisik, termasuk tekanan dan gesekan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ecoton menemukan mikroplastik pada sampel air minum dalam kemasan pada 2024, termasuk banyak jenis minuman manis yang sering dikonsumsi oleh anak-anak. Memperlihatkan bahaya ganda untuk kesehatan, dari pemanis buatan yang mendorong obesitas dan diabetes serta dampak tidak langsung dari mikroplastik.
"Pemerintah perlu menyusun baku mutu mikroplastik dan mendorong industri tidak menggunakan wadah makanan dan minuman yang terbuat dari bahan plastik sekali paka, khususnya dalam Program Makan Bergizi Gratis," ujar Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton Rafika dalam diskusi yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Peneliti BRIN: Penentuan baku mutu mikroplastik butuh waktu lama
Dia mengatakan penggunaan wadah plastik sekali pakai berarti meningkatkan potensi masuknya mikroplastik dalam makanan dan minuman tersebut, yang pada akhirnya dapat masuk ke tubuh anak dan dalam jangka panjang bisa berdampak kepada kesehatan mereka.
"Kita lihat plastik sangat lentur kalau dipegang dan itu ada senyawa plasticizer yang merupakan senyawa pengganggu hormon dalam tubuh manusia dan hewan," katanya.
Secara umum, penumpukan mikroplastik di tubuh dapat mengganggu kerja sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah. Mikroplastik juga dapat menjadi vektor penyebaran bakteri dan mengikat polutan berbahaya di lingkungan yang bisa masuk ke dalam tubuh manusia.
Hal itu didasarkan pada kandungan plastik yang berpotensi terlepas dari wadah plastik sekali pakai, terutama jenis Polietilena tereftalat (PET) dan High density polyethylene (HDPE) yang lebih tipis dan jika terkena panas akan terdegradasi.
Plastik secara umum mengandung 16.000 bahan kimia aditif yang tidak terikat secara kovalen dengan polimer induk, sehingga mudah lepas. Jika terkena panas atau gesekan dapat menyebabkan rontokan plastik dalam jumlah sangat keci, termasuk jenis mikroplastik.
Baca juga: Peneliti: Mikroplastik sudah ditemukan di berbagai ekosistem
Baca juga: Kemenkes: Mulut jadi jalur utama mikroplastik masuk tubuh manusia
Tidak hanya panas, dia memperingatkan sejumlah faktor lain yang dapat menyebabkan terlepasnya mikroplastik dari wadah sekali pakai, termasuk sinar UV, perubahan pH atau derajat keasaman, waktu kontak paparan, kualitas bahan plastik serta faktor fisik, termasuk tekanan dan gesekan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ecoton menemukan mikroplastik pada sampel air minum dalam kemasan pada 2024, termasuk banyak jenis minuman manis yang sering dikonsumsi oleh anak-anak. Memperlihatkan bahaya ganda untuk kesehatan, dari pemanis buatan yang mendorong obesitas dan diabetes serta dampak tidak langsung dari mikroplastik.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: