Bandung (ANTARA News) - Tim dokter RS Hasan Sadikin Bandung akan melakukan operasi pemisahan kembar siam dempet pinggul bayi Bima dan Arjuna.

Dua bayi itu sudah 19 bulan dalam perawatan di ruang NICU RS Hasan Sadikin.

"Usianya sudah lebih dari 20 bulan, kondisinya terus membaik, meski ada beberapa kendala kesehatan bayi itu," kata Ketua Tim Dokter yang menangani Bima-Arjuna, Prof Dr Abdurahman di Bandung, Selasa.

Menurut dia, bayi itu kondisinya terus membaik, meski ada gangguan pada pertumbuhannya serta penglihatan dari bayi Arjuna yang dipastikan mengalami kebutaan total.

"Kami sudah berupaya untuk menjaga kondisi penglihatan bayi itu dengan konsultasi dengan RS Mata Cicendo, namun kondisinya sudah sangat parah dan dipastikan mengalami kebutaan total," kata Abdurahman.

Belum diketahui waktu pasti pelaksanaan tindakan operasi pemisahan bayi kembar siam itu, namun Abdurahman mengatakan dalam waktu dekat karena dari usia bayi sudah memungkinkan.

Ketua tim dokter itu menyebutkan, kondisi operasi bagi kasus kembar siam itu cukup pelik, karena dempetnya pada bagian pinggul dan bagian punggung penisnya menyatu.

"Dari hasil scan radiologi menunjukkan saluran penisnya ada dua, namun kita masih cermati untuk proses pemisahan pada bagian itu, pasalnya bagian alat vital itu pusat syaraf. Dampak ke depannya kami pertimbangkan," kata Abdurahman.

Selain dempet daging, juga menunjukkan ada dempet tulang pinggul, sehingga tim dokter melakukan koordinasi dengan tim ortopedi sebelum operasi digelar.

"Ada 12 spesialis yang dikerahkan untuk menangani operasi kembar siam ini, termasuk berkoordinasi dengan tim dokter operasi kembar siam dari RS Sarjito Surabaya," katanya.

Bayi Bima dan Arjuna lahir dari pasangan Robby dan Susan Purnama asal Kabupaten Cianjur pada 2 Januari 2013.

Robby mengaku banyak mendapat bantuan dari fasilitasi Jamkesmas serta bantuan dari teman-teman dan pejabat di Cianjur dan Bandung.

"Saya sendiri tidak bisa menanggung biaya perawatan Bima dan Arjuna, terimakasih sudah difasilitasi Jamkesmas dan sekarang oleh BPJS Kesehatan, meski demikian kami juga membeli obat dan peralatan yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan," katanya.