Makassar (ANTARA) - Sejumlah penelitian dari para ahli di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) menyebut bahwa air minum galon bebas dari luruhan Bisphenol-A (BPA) ke dalam air dan aman untuk diminum.

Kepala Program Studi Kimia Universitas Islam Makassar (UIM) Endah Dwijayanti dalam diskusi Forum Ngobras di Makassar, Rabu, mengatakan pemberitaan yang mempertanyakan keamanan air minum galon terkait adanya luruhan BPA dari kemasan galon membuat resah masyarakat.

"Belakangan ini, selama beberapa bulan, masyarakat, khususnya ibu rumah tangga yang punya balita sempat khawatir dengan pemberitaan mengenai luruhan BPA dalam galon air minum," ujarnya.

Baca juga: Ahli: Tidak ada efek samping dari minum air galon kuat polikarbonat

Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia industri yang digunakan untuk membuat plastik dan resin tertentu.

BPA merupakan zat kimia yang umum digunakan dalam berbagai produk konsumen, seperti plastik polikarbonat, resin epoxy, kaleng makanan, dan kertas termal.

Endah menjelaskan penelitian terhadap galon air minum dalam kemasan yang beredar di Kota Makassar menunjukkan hasil yang serupa, tidak terdeteksi adanya luruhan atau migrasi Bisphenol-A (BPA) ke dalam air.

Penelitian yang mencakup pengujian terhadap galon berbahan polikarbonat (PC), baik yang terpapar sinar matahari langsung maupun yang tidak, ini memperkuat bukti bahwa semua sampel air minum galon tersebut aman untuk dikonsumsi masyarakat.

"Penelitian saya yang berjudul 'Analisis Bisphenol-A dan Di-ethylhexyl Phthalates dalam air galon yang beredar di Kota Makassar' dan telah diterbitkan di Food Scientia, Journal of Food Science and Technology, Universitas Terbuka pada Juni 2023, membuktikan tidak ada luruhan BPA," katanya.

Baca juga: BRIN: Galon kuat polikarbonat aman digunakan karena migrasi BPA kecil

Ia mengaku hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel air minum yang diuji bebas dari zat berbahaya, termasuk BPA.

Endah menjelaskan bahwa penelitian ini didorong oleh maraknya pemberitaan yang menyebutkan bahwa galon guna ulang mungkin mengalami migrasi BPA yang melebihi ambang batas aman. Untuk memverifikasi hal tersebut secara ilmiah, tim peneliti mengambil sampel air galon dari lima titik di lima kecamatan di Makassar.

Teknik pengambilan sampel dilakukan untuk memastikan representasi distribusi produk secara menyeluruh.

“Kami menyebarkan kuesioner ke pemilik toko untuk mengetahui produk apa saja yang paling banyak dibeli atau dikonsumsi oleh masyarakat. Hasilnya diperoleh data bahwa air galon yang paling banyak digunakan adalah merek-merek yang paling populer atau merek nasional yang sudah dikenal luas,” katanya.

Menurut Endah, penelitian itu menggunakan peralatan canggih, yaitu Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS), untuk mendeteksi BPA hingga ke struktur kimianya.

“Kami mengumpulkan beberapa sampel galon guna ulang dari lima titik di lima kecamatan, lalu kami uji kandungan BPA-nya. Setelah dianalisis dengan instrumen GC-MS, hasilnya negatif, menunjukkan tidak ada kandungan BPA yang terdeteksi dalam air galon tersebut,” ucapnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama dosen Teknik Kimia UMI Makassar Gusnawati menjelaskan penelitian serupa dengan judul "Analisis Migrasi Cemaran Bisphenol-A (BPA) Kemasan Plastik Polikarbonat (PC) pada produk air minum dalam kemasan galon di wilayah Kota Makassar," yang telah dipublikasikan di Jambura, Journal of Chemistry, Universitas Negeri Gorontalo.

Baca juga: IDI: BPA jadi ancaman kesehatan bukan masalah persaingan bisnis

Baca juga: Pengaruh BPA terhadap infertilitas dan persalinan prematur


Dia menyatakan penelitian ini berfokus pada perbandingan kadar BPA antara merek galon nasional dan lokal.

Instrumen atau alat ukur penelitian ini menggunakan spektrometer UV-Vis yang merupakan metode umum untuk melakukan pengujian analisis kandungan zat pada industri farmasi dan makanan.

“Dalam penelitian ini tidak ditemukan BPA pada galon polikarbonat dengan kode No.7 yang disimpan, baik di dalam maupun di luar ruangan selama 7 hari. Plastik polikarbonat tidak terurai pada suhu normal, sehingga tidak ada BPA yang terdeteksi berpindah ke permukaan galon atau ke air di dalamnya,” kata Gusnawati.