INASA-BRIN: Data geospasial Indonesia jadi tantangan mitigasi bencana
20 November 2024 15:17 WIB
Direktur Eksekutif Indonesian Space Agency-Badan Riset dan Inovasi Nasional (INASA-BRIN) Prof Erna Sri Adiningsih saat ditemui di Kantor BRIN Jakarta, Rabu (20/11/2024). (ANTARA/Sean Filo Muhamad)
Jakarta (ANTARA) - Indonesian Space Agency-Badan Riset dan Inovasi Nasional (INASA-BRIN) menyebutkan data peta geospasial Indonesia yang ada saat ini menjadi tantangan dalam mitigasi kebencanaan di negara ini.
Direktur Eksekutif INASA-BRIN Prof Erna Sri Adiningsih saat ditemui di Jakarta, Rabu, menjelaskan upaya mitigasi bencana berbasis peta-peta geospasial harus dilakukan dengan data yang selalu diperbarui dengan citra satelit guna memastikan informasi yang didapat lebih mutakhir dan riil.
Baca juga: BRIN perkuat mitigasi bencana lewat lokakarya optimasi data geospasial
"Namun, persoalan utama adalah kebencanaan memiliki banyak jenis yang dinamis, dengan intensitas yang mungkin lebih besar dibandingkan data historis," kata Erna.
Erna mengungkapkan terdapat setidaknya dua tantangan utama yang dihadapi, yakni pemutakhiran data sejarah bencana yang memanfaatkan teknologi satelit dan prediksi untuk daerah-daerah rawan, seperti banjir dan longsor.
Ia menilai respons cepat yang harus dilakukan oleh otoritas terkait sangat bergantung kepada data geospasial yang menjadi tantangan itu.
"Sistemnya sudah ada, network-nya sudah terjalin, tapi kecepatan dalam memberikan data, baik sebelum, saat sedang terjadi (bencana), dan sesudah itu masih harus terus ditingkatkan," ujarnya.
Erna menilai penggunaan alat inovatif seperti kecerdasan buatan (AI) juga menjadi peluang untuk meningkatkan analisis teknis dan pengolahan data.
Oleh sebab itu, BRIN mengadakan lokakarya di bidang pemanfaatan data geospasial dan pemetaan daerah rawan bencana sebagai upaya peningkatan ketahanan bencana di Indonesia.
Baca juga: RI soroti pemanfaatan data geospasial demi capai target iklim di COP29
Baca juga: Badan Informasi Geospasial tekankan pentingnya akses data kelautan
Dalam kegiatan yang bekerja sama dengan Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik (UN ESCAP) ini, para delegasi, baik dalam dan luar negeri dilatih untuk mengoptimalkan AI, serta berjejaring dengan penyedia layanan data citra satelit internasional seperti Disasters Charter.
Sehingga, hal ini memungkinkan Indonesia dalam memanfaatkan data citra satelit yang ada, untuk dapat menganalisis dampak bencana dengan cepat, kemudian disampaikan kepada otoritas terkait.
Direktur Eksekutif INASA-BRIN Prof Erna Sri Adiningsih saat ditemui di Jakarta, Rabu, menjelaskan upaya mitigasi bencana berbasis peta-peta geospasial harus dilakukan dengan data yang selalu diperbarui dengan citra satelit guna memastikan informasi yang didapat lebih mutakhir dan riil.
Baca juga: BRIN perkuat mitigasi bencana lewat lokakarya optimasi data geospasial
"Namun, persoalan utama adalah kebencanaan memiliki banyak jenis yang dinamis, dengan intensitas yang mungkin lebih besar dibandingkan data historis," kata Erna.
Erna mengungkapkan terdapat setidaknya dua tantangan utama yang dihadapi, yakni pemutakhiran data sejarah bencana yang memanfaatkan teknologi satelit dan prediksi untuk daerah-daerah rawan, seperti banjir dan longsor.
Ia menilai respons cepat yang harus dilakukan oleh otoritas terkait sangat bergantung kepada data geospasial yang menjadi tantangan itu.
"Sistemnya sudah ada, network-nya sudah terjalin, tapi kecepatan dalam memberikan data, baik sebelum, saat sedang terjadi (bencana), dan sesudah itu masih harus terus ditingkatkan," ujarnya.
Erna menilai penggunaan alat inovatif seperti kecerdasan buatan (AI) juga menjadi peluang untuk meningkatkan analisis teknis dan pengolahan data.
Oleh sebab itu, BRIN mengadakan lokakarya di bidang pemanfaatan data geospasial dan pemetaan daerah rawan bencana sebagai upaya peningkatan ketahanan bencana di Indonesia.
Baca juga: RI soroti pemanfaatan data geospasial demi capai target iklim di COP29
Baca juga: Badan Informasi Geospasial tekankan pentingnya akses data kelautan
Dalam kegiatan yang bekerja sama dengan Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik (UN ESCAP) ini, para delegasi, baik dalam dan luar negeri dilatih untuk mengoptimalkan AI, serta berjejaring dengan penyedia layanan data citra satelit internasional seperti Disasters Charter.
Sehingga, hal ini memungkinkan Indonesia dalam memanfaatkan data citra satelit yang ada, untuk dapat menganalisis dampak bencana dengan cepat, kemudian disampaikan kepada otoritas terkait.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: