Ekonom proyeksikan BI tahan suku bunga BI-Rate jaga stabilitas rupiah
20 November 2024 11:28 WIB
Ilustrasi - Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Dollarasia Money Changer, Jakarta. ANTARA FOTO/Reno Esnir/nym/am.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan BI-Rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November 2024 karena inflasi terkendali dan untuk menjaga stabilitas rupiah.
“Untuk proyeksi hasil RDG hari ini, kami melihat BI masih akan mempertahankan BI-Rate di level 6 persen dengan melihat perkembangan eksternal dan juga domestik,” kata Reny saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Reny menuturkan volatilitas di pasar uang masih cukup tinggi dengan rupiah yang masih melemah di kisaran level Rp15.800 per dolar AS meskipun inflasi domestik cukup terkendali.
Sementara dari faktor risiko eksternal, pernyataan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang mengatakan akan berhati-hati dan tidak terburu-buru memangkas suku bunga membuat ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan akan kurang agresif.
Begitu pula dengan kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump terkait Trump yang diprediksi akan berpotensi membuat inflasi AS meningkat sehingga mempengaruhi waktu (timing) penurunan suku bunga FFR lebih lanjut.
Baca juga: Rupiah meningkat menjelang pengumuman kebijakan suku bunga BI
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI sebelumnya, yang berlangsung pada 15-16 Oktober 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen, suku bunga Deposit Facility 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
BI mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate tetap di level 6 persen guna mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
“Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Bulan Oktober 2024 di Jakarta, Rabu (16/10).
Baca juga: BI: Surplus neraca perdagangan perkuat ketahanan eksternal ekonomi RI
“Untuk proyeksi hasil RDG hari ini, kami melihat BI masih akan mempertahankan BI-Rate di level 6 persen dengan melihat perkembangan eksternal dan juga domestik,” kata Reny saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Reny menuturkan volatilitas di pasar uang masih cukup tinggi dengan rupiah yang masih melemah di kisaran level Rp15.800 per dolar AS meskipun inflasi domestik cukup terkendali.
Sementara dari faktor risiko eksternal, pernyataan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang mengatakan akan berhati-hati dan tidak terburu-buru memangkas suku bunga membuat ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan akan kurang agresif.
Begitu pula dengan kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump terkait Trump yang diprediksi akan berpotensi membuat inflasi AS meningkat sehingga mempengaruhi waktu (timing) penurunan suku bunga FFR lebih lanjut.
Baca juga: Rupiah meningkat menjelang pengumuman kebijakan suku bunga BI
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI sebelumnya, yang berlangsung pada 15-16 Oktober 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen, suku bunga Deposit Facility 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
BI mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate tetap di level 6 persen guna mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
“Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Bulan Oktober 2024 di Jakarta, Rabu (16/10).
Baca juga: BI: Surplus neraca perdagangan perkuat ketahanan eksternal ekonomi RI
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: