Yogyakarta (ANTARA) - Sebanyak 250 ahli dan praktisi industri karet alam dari berbagai negara bertemu dalam "International Rubber Conference (IRC) 2024" di Yogyakarta, 19-21 November untuk membahas keberlanjutan industri komoditas itu.

Ratusan ahli dan praktisi industri karet itu berasal dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Sri Lanka, Pantai Gading, Cina, India, Kamboja, Myanmar, Jepang, serta Perancis.

"Industri karet alam global saat ini menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam keberlanjutannya di masa depan," kata Sekjen International Rubber Research Development Board (IRRDB) Seri Dato' Aziz Abdul Kadir saat pembukaan International Rubber Conference 2024 di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Aziz, tantangan industri karet di berbagai negara, termasuk Indonesia, salah satunya harga karet yang rendah selama lebih dari satu dekade, yang membuat banyak petani meninggalkan perkebunan karet.

Mereka juga menghentikan penyadapan karet, menunda peremajaan tanaman, atau bahkan mengganti karet dengan komoditas lain.

Selain itu, lanjut Aziz, kinerja industri karet alam juga merosot akibat wabah penyakit gugur daun karet yang disebabkan jamur Pestalotiopsis.

"Wabah Pestalotiopsis yang dimulai pada tahun 2018 telah mengurangi produktivitas hingga sekitar 40 persen," kata dia.

Melalui konferensi yang digelar Pusat Penelitian Karet bersama IRRDB dan Japan International Cooperation Agency (JICA), dia berharap para ahli dan praktisi berbagai negara mampu merumuskan solusi yang tengah dihadapi industri karet sehingga dapat berkelanjutan.

Tantangan tersebut, menurut dia, juga membutuhkan inovasi serta teknologi di berbagai bidang.

Dalam IRC 2024 yang mengusung tema "Embracing Circular Thinking: New paradigm for Sustainable Natural Rubber Industry", para peserta akan membahas berbagai isu karet alam, seperti industri karet berkelanjutan, produktivitas, perlindungan tanaman, teknologi pengolahan, serta pengelolaan lingkungan dan sosial ekonomi.

Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Iman Yani Harahap mengatakan di Indonesia, karet alam telah berperan sebagai akselerator ekonomi bagi pembangunan daerah perdesaan, utamanya di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang menopang kehidupan sekitar 2,1 juta rumah tangga.

"Karet alam juga terus memainkan peran penting sebagai komoditas strategis di sektor pertanian Indonesia, dengan kontribusi devisa sebesar 1,76 miliar dolar AS pada tahun 2023," kata dia.

Namun, dia mengakui kinerja industri karet alam di Indonesia belum optimal, bahkan mengalami penurunan volume produksi sebesar 3,60 persen per tahun selama lima tahun terakhir.

"Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 50 perusahaan karet remah menghentikan operasinya karena kekurangan bahan baku," kata dia.

Iman meyakini kerja sama internasional di bidang penelitian karet melalui IRC 2024 bakal menjadi landasan kokoh dalam mengatasi permasalahan industri karet dunia.

"Kami percaya pentingnya dialog dan pertukaran ide sebagai upaya kolektif untuk mencari solusi terhadap isu-isu yang mendukung keberlanjutan industri karet alam," kata Iman.

Baca juga: Wakil Ketua DPD RI dorong pemerintah revitalisasi karet alam
Baca juga: Menko Airlangga: Industri karet percepat serap produk dalam negeri
Baca juga: Kemenperin harap minat investasi di industri karet & plastik tumbuh