KTNA: Pelibatan petani muda perlu diperkuat lewat bimbingan teknis
19 November 2024 20:02 WIB
Ilustrasi - Sejumlah pemuda merontokkan padi yang baru dipanen dengan mesin di Desa Porame, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (28/11/2022). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Yadi Sofyan Noor menyatakan pelibatan petani milenial dalam pertanian perlu diperkuat melalui bimbingan teknis untuk mendukung penguasaan alat modern dan mendorong swasembada pangan.
"Intinya menggandeng tokoh muda untuk mengkampanyekan pertanian kami ada optimis lah. Cuma memang petani milenial ini perlu Bimtek (bimbingan teknis), jadi kita nyupir mobil aja kan butuh latihan, apalagi alat-alat pertanian," kata Yadi dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
KTNA menyatakan pelibatan petani muda dalam program pertanian menjadi langkah strategis mendukung swasembada pangan. Upaya ini mendapat dukungan pemerintah melalui mekanisasi, pelatihan, dan peningkatan insentif bagi generasi muda.
Dia menuturkan, dorongan anak muda agar terlibat ke dunia pertanian dengan insentif Rp10 juta merupakan hal yang baik. Namun, menurut KTNA, dukungan teknis seperti pelatihan alat pertanian menjadi kunci keberhasilan.
Ia menyebutkan, bila melibatkan petani muda maka harus dilakukan bimbingan teknis agar mereka memahami penggunaan alat berat dan proses pertanian efektif.
"Kalau seumpamanya merekrut anak-anak muda itu dengan ada Bimtek, bimbingan teknis pelaksanaan, penggunaan alat, sebetulnya juga butuh waktu. Tapi saya pikir itu bisa," ucap Yadi.
Selain itu, menurut Yadi, generasi muda lebih tertarik jika sektor pertanian menawarkan keuntungan finansial yang jelas. Maka, program pertanian perlu memastikan petani muda memiliki akses ke peluang profitabilitas yang tinggi.
"Dan ada rangsangannya, kan memang kalau kita bicara petani muda ini kan ada duitnya nggak? Mereka kan melihat ke situ, yang gitu-gitu. Tapi kalau kita beri wawasan ke mereka, saya pikir bisa," terangnya.
KTNA menyoroti kondisi produksi pertanian yang sempat menurun pada 2023–2024. Beras mengalami kekurangan sekitar 760 ribu ton, sementara produksi gabah turun hingga 1,2 juta ton gabah kering panen (GKP).
"Kondisi sekarang ini sebetulnya memang agak turun produksi padi kita, kalau dihitung beras kita tahun ini kan kekurangan 760 ribu ton, atau 0,76 juta ton dari target 2 juta ton untuk tahun ini," ujarnya.
Meski begitu, KTNA optimistis dengan perluasan lahan tanam dan peningkatan intensitas penanaman, produksi beras dapat meningkat signifikan pada tahun mendatang.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman membidik 50 ribu milenial untuk menjadi petani muda, yang kemudian diberikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dengan fokus pada modernisasi pertanian guna meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan Indonesia.
Ia menuturkan, para petani muda dirangkul dan akan difasilitasi dengan alat pertanian modern. Nantinya, mereka bisa menghasilkan pendapatan minimal Rp10 juta per bulan.
Lebih lanjut, ia mengajak para petani termasuk generasi muda, untuk menyukseskan transformasi pertanian dari tradisional menjadi modern.
Mentan mengaku bahwa dirinya bertekad agar semua proses pertanian dapat dilakukan dengan teknologi dan juga mekanisasi.
Baca juga: Wamentan sebut generasi muda jadi kunci kemajuan pertanian Indonesia
Baca juga: Regenerasi petani untuk pertanian berkelanjutan
Baca juga: Mentan membidik 50 ribu petani muda dapat bantuan alsintan
"Intinya menggandeng tokoh muda untuk mengkampanyekan pertanian kami ada optimis lah. Cuma memang petani milenial ini perlu Bimtek (bimbingan teknis), jadi kita nyupir mobil aja kan butuh latihan, apalagi alat-alat pertanian," kata Yadi dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
KTNA menyatakan pelibatan petani muda dalam program pertanian menjadi langkah strategis mendukung swasembada pangan. Upaya ini mendapat dukungan pemerintah melalui mekanisasi, pelatihan, dan peningkatan insentif bagi generasi muda.
Dia menuturkan, dorongan anak muda agar terlibat ke dunia pertanian dengan insentif Rp10 juta merupakan hal yang baik. Namun, menurut KTNA, dukungan teknis seperti pelatihan alat pertanian menjadi kunci keberhasilan.
Ia menyebutkan, bila melibatkan petani muda maka harus dilakukan bimbingan teknis agar mereka memahami penggunaan alat berat dan proses pertanian efektif.
"Kalau seumpamanya merekrut anak-anak muda itu dengan ada Bimtek, bimbingan teknis pelaksanaan, penggunaan alat, sebetulnya juga butuh waktu. Tapi saya pikir itu bisa," ucap Yadi.
Selain itu, menurut Yadi, generasi muda lebih tertarik jika sektor pertanian menawarkan keuntungan finansial yang jelas. Maka, program pertanian perlu memastikan petani muda memiliki akses ke peluang profitabilitas yang tinggi.
"Dan ada rangsangannya, kan memang kalau kita bicara petani muda ini kan ada duitnya nggak? Mereka kan melihat ke situ, yang gitu-gitu. Tapi kalau kita beri wawasan ke mereka, saya pikir bisa," terangnya.
KTNA menyoroti kondisi produksi pertanian yang sempat menurun pada 2023–2024. Beras mengalami kekurangan sekitar 760 ribu ton, sementara produksi gabah turun hingga 1,2 juta ton gabah kering panen (GKP).
"Kondisi sekarang ini sebetulnya memang agak turun produksi padi kita, kalau dihitung beras kita tahun ini kan kekurangan 760 ribu ton, atau 0,76 juta ton dari target 2 juta ton untuk tahun ini," ujarnya.
Meski begitu, KTNA optimistis dengan perluasan lahan tanam dan peningkatan intensitas penanaman, produksi beras dapat meningkat signifikan pada tahun mendatang.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman membidik 50 ribu milenial untuk menjadi petani muda, yang kemudian diberikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dengan fokus pada modernisasi pertanian guna meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan Indonesia.
Ia menuturkan, para petani muda dirangkul dan akan difasilitasi dengan alat pertanian modern. Nantinya, mereka bisa menghasilkan pendapatan minimal Rp10 juta per bulan.
Lebih lanjut, ia mengajak para petani termasuk generasi muda, untuk menyukseskan transformasi pertanian dari tradisional menjadi modern.
Mentan mengaku bahwa dirinya bertekad agar semua proses pertanian dapat dilakukan dengan teknologi dan juga mekanisasi.
Baca juga: Wamentan sebut generasi muda jadi kunci kemajuan pertanian Indonesia
Baca juga: Regenerasi petani untuk pertanian berkelanjutan
Baca juga: Mentan membidik 50 ribu petani muda dapat bantuan alsintan
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: