Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) akan membeli kapal selam jenis Kilo dan Amur dari Rusia, setelah sebelumnya melakukan penjajakan pula ke Jerman dan Perancis. "Kami tetapkan dari Rusia, karena dari segi harga terjangkau dan kehandalan teknologinya telah teruji," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Slamet Soebijanto kepada ANTARA News, usai mendampingi Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto meninjau empat KRI baru TNI AL, di Dermaga Ujung Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, Kamis. Dipilihnya Rusia, lanjut dia, karena bekas negara adidaya itu telah lama membangun industri kapal selam dan telah teruji kehandalanya. Selain itu, menindaklanjuti keputusan politik negara untuk tidak tergantung pada negara-negara barat untuk menghindari embargo. "Nggak ada masalah dengan Rusia," kata Kasal singkat. Sebelumnya, TNI AL melakukan penjajakan terhadap pengadaan kapal selam dari Rusia, Jerman dan Perancis. Dari Jerman, TNI AL berencana membeli kapal selam jenis U-209/1400 sedangkan dari Perancis kapal selam jenis Scorten. Dari negeri beruang merah, TNI AL berencana membeli enam kapal selam masing-masing dua kapal selam jenis Kilo Class (B/M), dua kapal selam Kilo (S/H) dan dua Amur Class 950 (B/M). Dibanding Jerman dan Perancis, enam kapal selam yang akan dibeli tersebut telah dilengkapi dengan persenjataan yang dibutuhkan TNI AL seperti peluru kendali, torpedo, antiranjau, dan anti peluru kendali. "Tidak itu saja, kapal selam Rusia yang akan kita beli juga telah dilengkapi alat sensor. Jadi, dengan harga yang lebih rendah kita sudah dilengkapi dengan senjata dan alat sensor," kata Slamet. Kapal selam Kilo Class rencananya akan dilengkapi rudal Yakhont dan senjata antiranjau, sedangkan Amur Class akan dilengkapi dengan enam torpedo 533 mm, antipeluru kendali 3M-54E-1 dan antiranjau. Lebih jauh, Kasal mengemukakan, pengadaan kapal selam itu merupakan salah satu bentuk upaya penangkalan (detterence) sekaligus melengkapi satuan pemukul (striking force). Pada jangka pendek dan menengah, TNI AL tetap akan memprioritaskan pengadaan dan pengembangan kekuatan satuan pemukul dan satuan patroli (patrol force) mengingat banyak sekali aksi perompakan, penyelundupan dan pencurian ikan di wilayah perairan RI, terutama yang berbatasan dengan negara lain. "Dua-duanya, akan kita tingkatkan dan prioritaskan baik satuan pemukul dan patroli. Karena dana terbatas, maka peningkatan kapasitas terhadap kapal-kapal patroli dan perang dilakukan dengan menambah peluru kendali jenis Yakhont untuk mengganti rudal Harpoon yang telah kedaluwarsa. Kredit Rusia Pada kesempatan yang sama, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto mengatakan, TNI tengah menyusun daftar kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) yang akan dibeli dari Rusia, menyusul persetujuan pemerintah menerima kredit negara dari Rusia senilai satu miliar dolar AS. "Sudah, masing-masing Mabes Angkatan telah menyusun dan mengajukan daftar alat utama sistem persenjataan (alutista) yang akan dibeli dari Rusia," katanya, ketika dikonfirmasi ANTARA. Djoko mengatakan, beberapa pengadaan yang telah diajukan antara lain helikopter Mi-17 dan Mi-35 (Mabes TNI Angkatan Darat), dan kapal selam (Mabes TNI Angkatan Laut).(*)