BYD capai tonggak sejarah 10 juta NEV di tengah ledakan industri China
19 November 2024 16:58 WIB
Sebuah mobil Yangwang U7 buatan produsen kendaraan China BYD di Pameran Otomotif Internasional Guangzhou ke-22 di Kompleks Pameran Impor dan Ekspor China di Guangzhou, Provinsi Guangdong, China selatan pada 15 November 2024. ANTARA/Xinhua/Deng Hua.
Shenzhen (ANTARA) - Produsen mobil China, BYD, pada Senin (18/11) mencapai tonggak sejarah ketika kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) ke-10 juta meluncur dari lini produksinya di sebuah pabrik di Provinsi Guangdong, China selatan.
Para pelaku industri mengatakan bahwa pencapaian BYD menyoroti pertumbuhan pesat sektor NEV China dan upaya proaktif negara itu untuk mempromosikan pembangunan hijau dan rendah karbon, terutama saat Amerika Serikat dan Uni Eropa mengumumkan tarif tambahan untuk kendaraan listrik (EV) China.
Produksi BYD meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan itu membutuhkan waktu hampir 15 tahun, yakni dari Desember 2008 hingga Agustus 2023, untuk memproduksi 5 juta NEV pertamanya, sementara 5 juta NEV berikutnya diproduksi hanya dalam waktu 15 bulan.
Pada upacara perayaan yang digelar pada Senin (18/11), Chairman BYD Wang Chuanfu menekankan komitmen kuat perusahaan itu terhadap teknologi sebagai pendorong utama keberhasilan mereka.
Menurut Wang, BYD berencana menginvestasikan 100 miliar yuan (1 yuan = Rp2.187) untuk memajukan integrasi kecerdasan buatan (AI) dengan teknologi otomotif, yang bertujuan untuk mencapai peningkatan komprehensif dalam kecerdasan kendaraan.
Penekanan China pada pengembangan NEV terutama didorong oleh melonjaknya permintaan dalam negeri, menurut Bai Ming, seorang peneliti di Akademi Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi China di bawah naungan Kementerian Perdagangan China.
Data dari Asosiasi Manufaktur Mobil China (CAAM) mengungkapkan bahwa dalam 10 bulan pertama tahun ini, penjualan domestik NEV mencapai 8,692 juta unit, lebih dari delapan kali lipat volume ekspor pada periode yang sama.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, BYD menjual lebih dari 2,73 juta kendaraan penumpang energi baru, dan hampir 90 persen di antaranya dijual di dalam negeri.
Perkembangan perusahaan itu sejalan dengan pasar NEV yang berkembang pesat di China, yang mencatatkan penjualan lebih dari 9 juta unit pada 2023, dengan tingkat penetrasi pasar lebih dari 30 persen.
Pada Juli 2024, pangsa pasar dalam negeri NEV melampaui pangsa pasar kendaraan bertenaga bahan bakar untuk pertama kalinya, dengan penjualan retail nasional mencapai 878.000 unit dan menguasai 51,1 persen pasar China.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri NEV Guangdong, Zhou Fatao, mengaitkan keberhasilan China dengan permintaan pasar dalam negeri yang kuat, rantai pasokan NEV yang komprehensif, dan terobosan signifikan dalam teknologi inti, yang memungkinkan produsen mobil untuk menyelaraskan kinerja kendaraan lebih dekat dengan kebutuhan konsumen.
"China telah memanfaatkan peluang bersejarah dari transformasi otomotif global," kata Zhou.
Namun, Zhou menyatakan bahwa industri tersebut masih membutuhkan peningkatan jangka panjang, termasuk peningkatan inovasi teknologi serta penelitian dan pengembangan di seluruh rantai nilai NEV, dan mengatasi tantangan dalam teknologi baterai padat.
Pasar NEV yang berkembang pesat di China menjadi magnet bagi produsen mobil domestik dan internasional. Perusahaan seperti Tesla, Volkswagen, dan BMW telah memperkuat kehadiran mereka di China, seperti dilaporkan Xinhua.
Seiring dengan upaya mengatasi perubahan iklim yang menjadi prioritas global, NEV memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon di sektor transportasi.
Menurut Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), penjualan NEV global harus mencapai 45 juta unit pada 2030 untuk memenuhi target netralitas karbon.
Terkait keputusan UE baru-baru ini untuk memberlakukan bea masuk definitif terhadap EV dari China untuk jangka waktu lima tahun, para ahli berpendapat langkah tersebut melanggar hukum internasional dan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan industri otomotif UE serta menggagalkan upayanya untuk mencapai tujuan ramah lingkungan dan rendah karbon.
"Keterbukaan dan kolaborasi sangat penting untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan di sektor NEV," kata Bai, seraya menekankan bahwa meningkatkan kerja sama dengan China di sektor NEV dapat memberikan keuntungan bersama, meningkatkan pasokan produk berkualitas tinggi guna memajukan upaya global dalam pembangunan ramah lingkungan.
Para pelaku industri mengatakan bahwa pencapaian BYD menyoroti pertumbuhan pesat sektor NEV China dan upaya proaktif negara itu untuk mempromosikan pembangunan hijau dan rendah karbon, terutama saat Amerika Serikat dan Uni Eropa mengumumkan tarif tambahan untuk kendaraan listrik (EV) China.
Produksi BYD meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan itu membutuhkan waktu hampir 15 tahun, yakni dari Desember 2008 hingga Agustus 2023, untuk memproduksi 5 juta NEV pertamanya, sementara 5 juta NEV berikutnya diproduksi hanya dalam waktu 15 bulan.
Pada upacara perayaan yang digelar pada Senin (18/11), Chairman BYD Wang Chuanfu menekankan komitmen kuat perusahaan itu terhadap teknologi sebagai pendorong utama keberhasilan mereka.
Menurut Wang, BYD berencana menginvestasikan 100 miliar yuan (1 yuan = Rp2.187) untuk memajukan integrasi kecerdasan buatan (AI) dengan teknologi otomotif, yang bertujuan untuk mencapai peningkatan komprehensif dalam kecerdasan kendaraan.
Penekanan China pada pengembangan NEV terutama didorong oleh melonjaknya permintaan dalam negeri, menurut Bai Ming, seorang peneliti di Akademi Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi China di bawah naungan Kementerian Perdagangan China.
Data dari Asosiasi Manufaktur Mobil China (CAAM) mengungkapkan bahwa dalam 10 bulan pertama tahun ini, penjualan domestik NEV mencapai 8,692 juta unit, lebih dari delapan kali lipat volume ekspor pada periode yang sama.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, BYD menjual lebih dari 2,73 juta kendaraan penumpang energi baru, dan hampir 90 persen di antaranya dijual di dalam negeri.
Perkembangan perusahaan itu sejalan dengan pasar NEV yang berkembang pesat di China, yang mencatatkan penjualan lebih dari 9 juta unit pada 2023, dengan tingkat penetrasi pasar lebih dari 30 persen.
Pada Juli 2024, pangsa pasar dalam negeri NEV melampaui pangsa pasar kendaraan bertenaga bahan bakar untuk pertama kalinya, dengan penjualan retail nasional mencapai 878.000 unit dan menguasai 51,1 persen pasar China.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri NEV Guangdong, Zhou Fatao, mengaitkan keberhasilan China dengan permintaan pasar dalam negeri yang kuat, rantai pasokan NEV yang komprehensif, dan terobosan signifikan dalam teknologi inti, yang memungkinkan produsen mobil untuk menyelaraskan kinerja kendaraan lebih dekat dengan kebutuhan konsumen.
"China telah memanfaatkan peluang bersejarah dari transformasi otomotif global," kata Zhou.
Namun, Zhou menyatakan bahwa industri tersebut masih membutuhkan peningkatan jangka panjang, termasuk peningkatan inovasi teknologi serta penelitian dan pengembangan di seluruh rantai nilai NEV, dan mengatasi tantangan dalam teknologi baterai padat.
Pasar NEV yang berkembang pesat di China menjadi magnet bagi produsen mobil domestik dan internasional. Perusahaan seperti Tesla, Volkswagen, dan BMW telah memperkuat kehadiran mereka di China, seperti dilaporkan Xinhua.
Seiring dengan upaya mengatasi perubahan iklim yang menjadi prioritas global, NEV memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon di sektor transportasi.
Menurut Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), penjualan NEV global harus mencapai 45 juta unit pada 2030 untuk memenuhi target netralitas karbon.
Terkait keputusan UE baru-baru ini untuk memberlakukan bea masuk definitif terhadap EV dari China untuk jangka waktu lima tahun, para ahli berpendapat langkah tersebut melanggar hukum internasional dan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan industri otomotif UE serta menggagalkan upayanya untuk mencapai tujuan ramah lingkungan dan rendah karbon.
"Keterbukaan dan kolaborasi sangat penting untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan di sektor NEV," kata Bai, seraya menekankan bahwa meningkatkan kerja sama dengan China di sektor NEV dapat memberikan keuntungan bersama, meningkatkan pasokan produk berkualitas tinggi guna memajukan upaya global dalam pembangunan ramah lingkungan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024
Tags: