Kualifikasi Piala Dunia 2026
Daftar pemain Indonesia dan Arab Saudi yang merumput di Eropa
19 November 2024 05:19 WIB
Pesepak bola Timnas Indonesia Calvin Verdonk (kedua kanan) bersama rekan setimnya Rafael William Struick (kedua kiri) berebut bola dengan pesepak bola Timnas Jepang Ritsu Doan (kanan) dalam pertandingan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (15/11/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/Lmo/nym/am.
Jakarta (ANTARA) - Indonesia akan melanjutkan perjalanannya di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dengan melawan Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Selasa malam nanti.
Tim Garuda dengan dominasi pemain diaspora yang merumput di Eropa menatap laga melawan Arab Saudi sebagai pertandingan yang krusial untuk bangkit dan memperbaiki posisi di tabel klasemen sementara. Saat ini Indonesia berada di dasar klasemen, sementara Arab Saudi yang diisi pemain liga lokal bercokol di peringkat ketiga grup C.
Tim asuhan Herve Renard ini mengoleksi 6 poin dari 1 kemenangan, 3 hasil seri, dan sekali kalah.
The Green Falcons tidak dalam keadaan full team saat bertandang ke Jakarta kali ini, mereka kehilangan dua pilarnya yang dilanda cedera, yaitu Salman Al-Faraj dan Muhammad Al Shanqeeti. Hal itu menjadi peluang bagi Tim Garuda mengingat Arab Saudi datang dengan kondisi tidak penuh.
Di sisi lain Timnas Indonesia yang didominasi pemain nuansa Eropa pun harus rela ditinggal pilar barunya, yaitu Kevin Diks yang menderita cedera di laga debutnya kontra Jepang.
Meski didominasi pemain diaspora yang bermain di Eropa, anak asuh Shin Tae-yong tentu tidak bisa menganggap remeh Arab Saudi yang diisi bintang lokal mereka. Nama-nama seperti Salem Al-Dawsari, Ali Al-Bulayhi, Firas Al-Buraikan, hingga striker muda mereka Abdullah Radif. tentunya merupakan ancaman serius bagi tim garuda.
Terlebih lagi kualitas liga lokal Arab Saudi sudah lebih baik, di mana tim domestik mereka diisi bintang-bintang sepak bola dunia. Saat ini publik sepak bola mana yang tidak tahu Saudi Pro League dengan sosok mega bintangnya Cristiano Ronaldo, belum lagi pemain lainnya seperti Sadio Mane, Karim Benzema, Pierre Emerick Aubameyang, Ngolo Kante, dan masih banyak bintang sepak bola dunia lainnya.
Maka dari itu, pemain Indonesia yang bermain di Eropa belum pasti dapat menjamin kemenangan Indonesia atas Arab Saudi jika tidak bekerja keras dalam laga ini.
Pemain Timnas Indonesia yang berlaga di Eropa
1. Jay Idzes (Venezia)
2. Kevin Diks (FC Copenhagen)
3. Calvin Verdonk (NEC Nijmegen)
4. Shayne Pattynama (KAS Eupen)
5. Sandy Walsh (KV Mechelen)
6. Eliano Reijnders (PEC Zwolle)
7. Thom Haye (Almere City)
8. Nathan Tjoe-A-On (Swansea City)
9. Ivar Jenner (FC Utrecht)
10. Marselino Ferdinan (Oxford United)
11. Ragnar Oratmangoen (FCV Dender)
Pemain Arab Saudi dan liga Eropa
Jika membahas mengenai topik ini, sangat sedikit sekali pemain Arab Saudi yang bermain di Eropa. Setidaknya, saat ini hanya ada tiga pemain Arab Saudi yang meniti karier di Benua Biru yakni Saud Abdulhamid bersama AS Roma, serta dua pemain di klub Belgia Beerschot VA yakni Marwan Al-Sahafi dan Faisal Al-Ghamdi.
Hal itu diakibatkan pemerintah dan federasi sepak bola Arab Saudi yang protektif dengan pemainnya. Di Arab Saudi juga, pemain-pemain hebat akan menjadi komoditas utama bagi tim-tim lokal di sana yang rela menggelontorkan uang dengan nominal transfer dan gaji yang fantastis.
Hal itu juga yang menjadi faktor minimnya pemain Saudi yang ingin bermain di luar negeri.
Dalam sejarahnya hanya ada beberapa pemain yang pernah merasakan merumput di benua biru, nama tersebut adalah Fahad Al-Ghesheyan yang menjadi pemain Arab Saudi pertama yang bermain di Eropa saat dipinjam klub Belanda, AZ Alkmaar dari Al Hilal pada 1999.
Selain Al-Ghesheyan, striker the green falcons era 2000an, yaitu Sami Al-Jaber juga pernah dipinjamkan ke Wolverhampton Wanderers yang saat itu berlaga di First Division atau kasta kedua Liga Inggris. Namun sayang, kedua pemain itu minim jam terbang dan akhirnya ditarik pulang oleh klub di negaranya.
Pada medio 2008/2009, bek kiri Arab Saudi dan Al-Ahli, Hussein Abdulghani sempat menjajal peruntungan di Swiss. Meski bukan liga top, ia mendapat kesempatan lebih banyak dengan kontrak permanen, setelah dari Swiss ia hijrah ke Bulgaria pada 2017/2018.
Bek sekaligus kapten Arab Saudi di Piala Dunia 2018, Osama Hawsawi juga pernah dipinjamkan Al-Hilal ke klub raksasa Belgia, Anderlecht pada 2012, namun dirinya hanya dua kali tampil di klub tersebut.
Kepindahan Sami Al-Jaber ke Wolverhampton Wanderers sebenarnya menjadi salah satu transfer yang menarik perhatian. Prosesnya dimulai dengan status pinjaman, dilengkapi opsi pembelian permanen senilai 1,3 juta poundsterling hingga 2004.
Namun, kepindahannya sempat terhambat oleh masalah izin kerja. Setelah berhasil melewati kendala tersebut, Al-Jaber mencatat debut di Liga Inggris dan tampil empat kali sebagai pemain pengganti, serta sekali sebagai starter di Piala Liga Inggris. Sayangnya, kariernya di Wolves hanya berlangsung lima bulan.
Pihak Wolves mengembalikan Al-Jaber ke klub asalnya, Al-Hilal, bukan karena kualitas buruk sang pemain. Bahkan, klub Inggris tersebut sempat ingin memperpanjang masa peminjamannya. Namun, rencana itu gagal terwujud akibat sikap protektif Al-Hilal.
Dalam wawancara dengan The Guardian pada 2002, menjelang partisipasi ketiga Arab Saudi di Piala Dunia secara beruntun, Al-Jaber memberikan pernyataan kritis terhadap situasi ini, "klub-klub (di Arab Saudi) tidak memberikan apa yang seharusnya didapatkan pemain mereka," ungkap Al-Jaber, yang saat itu berusia 28 tahun. Ia tampaknya menyindir kebijakan Al-Hilal yang memblokir kontrak permanennya di Wolves, meskipun ia berhasil menarik perhatian pelatih tim tersebut.
Al-Jaber juga menyoroti pendekatan yang terlalu protektif terhadap pemain lokal. "Jika Arab Saudi ingin memiliki pemain hebat di masa depan, mereka harus membiarkan mereka pergi," tambahnya.
Situasi ini bukan hal baru dalam sepak bola Arab Saudi. Pada 1994, Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) bahkan melarang pemain tim nasional yang tampil di Piala Dunia untuk bergabung dengan klub luar negeri. Meskipun larangan tersebut dicabut pada 1998, kasus Al-Jaber menunjukkan bahwa hambatan serupa masih ada.
Untuk mengatasi kendala ini, SAFF meluncurkan inisiatif pada Oktober 2017 dengan meminjamkan sembilan pemain ke klub-klub La Liga Spanyol tanpa biaya.
SAFF bertanggung jawab atas gaji para pemain, sehingga klub Spanyol hanya perlu memanfaatkan jasa mereka. Beberapa pemain, seperti Fahad Al-Muwallad di Levante dan Salem Al-Dawsari di Villarreal, sempat mencicipi debut, sementara lainnya, seperti Yahya Al-Shehri di Leganes, tidak mendapat kesempatan bermain.
Namun, proyek tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Sebagian besar pemain kembali ke Arab Saudi tanpa mencatatkan kontribusi signifikan di Spanyol. Di negara asal mereka, para pemain ini menikmati status bintang dengan bayaran besar, yang jauh lebih menarik dibandingkan harus menghadapi persaingan sengit di Eropa.
Presiden SAFF, Yasser Al-Misehal, mengakui bahwa tawaran finansial yang sangat menggiurkan dari klub-klub lokal menjadi alasan utama minimnya pemain Arab Saudi di liga-liga luar negeri. "Ketika kontrak pemain habis, klub-klub di sini bersaing untuk mendapatkan mereka dengan menawarkan nilai yang sangat tinggi," jelasnya.
Seorang agen yang berpengalaman dalam negosiasi dengan klub-klub Timur Tengah juga menegaskan bahwa para pemain Arab Saudi memiliki kualitas untuk bersaing di level Eropa. Namun, tidak ada klub Eropa yang mampu menyamai gaji besar yang mereka terima di negara sendiri.
Pelatih Hervé Renard bahkan menambahkan dengan nada bercanda, "Untuk meninggalkan zona nyaman ini, mungkin mereka harus bermain di Manchester City."
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan signifikan antara pemain Indonesia dan Arab Saudi dalam konteks karier internasional sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan budaya sepak bola masing-masing negara.
Indonesia mulai mengandalkan pemain diaspora yang bermain di liga Eropa untuk meningkatkan kualitas tim nasionalnya, sementara Arab Saudi masih mempertahankan pendekatan protektif terhadap pemain lokalnya.
Meski begitu, pertandingan ini tetap merupakan laga yang berat untuk Timnas Indonesia. Thom Haye dan kawan-kawan harus tampil maksimal demi meraih tiga poin untuk memastikan langkah Indonesia di ajang kualifikasi ini.
Baca juga: Profil 5 pemain Arab Saudi yang perlu diwaspadai Timnas Indonesia
Baca juga: Hitung-hitungan peluang lolos Timnas Indonesia usai laga kontra Arab Saudi
Baca juga: PSSI: Pemain timnas putri berkomitmen tampil maksimal di Piala ASEAN
Tim Garuda dengan dominasi pemain diaspora yang merumput di Eropa menatap laga melawan Arab Saudi sebagai pertandingan yang krusial untuk bangkit dan memperbaiki posisi di tabel klasemen sementara. Saat ini Indonesia berada di dasar klasemen, sementara Arab Saudi yang diisi pemain liga lokal bercokol di peringkat ketiga grup C.
Tim asuhan Herve Renard ini mengoleksi 6 poin dari 1 kemenangan, 3 hasil seri, dan sekali kalah.
The Green Falcons tidak dalam keadaan full team saat bertandang ke Jakarta kali ini, mereka kehilangan dua pilarnya yang dilanda cedera, yaitu Salman Al-Faraj dan Muhammad Al Shanqeeti. Hal itu menjadi peluang bagi Tim Garuda mengingat Arab Saudi datang dengan kondisi tidak penuh.
Di sisi lain Timnas Indonesia yang didominasi pemain nuansa Eropa pun harus rela ditinggal pilar barunya, yaitu Kevin Diks yang menderita cedera di laga debutnya kontra Jepang.
Meski didominasi pemain diaspora yang bermain di Eropa, anak asuh Shin Tae-yong tentu tidak bisa menganggap remeh Arab Saudi yang diisi bintang lokal mereka. Nama-nama seperti Salem Al-Dawsari, Ali Al-Bulayhi, Firas Al-Buraikan, hingga striker muda mereka Abdullah Radif. tentunya merupakan ancaman serius bagi tim garuda.
Terlebih lagi kualitas liga lokal Arab Saudi sudah lebih baik, di mana tim domestik mereka diisi bintang-bintang sepak bola dunia. Saat ini publik sepak bola mana yang tidak tahu Saudi Pro League dengan sosok mega bintangnya Cristiano Ronaldo, belum lagi pemain lainnya seperti Sadio Mane, Karim Benzema, Pierre Emerick Aubameyang, Ngolo Kante, dan masih banyak bintang sepak bola dunia lainnya.
Maka dari itu, pemain Indonesia yang bermain di Eropa belum pasti dapat menjamin kemenangan Indonesia atas Arab Saudi jika tidak bekerja keras dalam laga ini.
Pemain Timnas Indonesia yang berlaga di Eropa
1. Jay Idzes (Venezia)
2. Kevin Diks (FC Copenhagen)
3. Calvin Verdonk (NEC Nijmegen)
4. Shayne Pattynama (KAS Eupen)
5. Sandy Walsh (KV Mechelen)
6. Eliano Reijnders (PEC Zwolle)
7. Thom Haye (Almere City)
8. Nathan Tjoe-A-On (Swansea City)
9. Ivar Jenner (FC Utrecht)
10. Marselino Ferdinan (Oxford United)
11. Ragnar Oratmangoen (FCV Dender)
Pemain Arab Saudi dan liga Eropa
Jika membahas mengenai topik ini, sangat sedikit sekali pemain Arab Saudi yang bermain di Eropa. Setidaknya, saat ini hanya ada tiga pemain Arab Saudi yang meniti karier di Benua Biru yakni Saud Abdulhamid bersama AS Roma, serta dua pemain di klub Belgia Beerschot VA yakni Marwan Al-Sahafi dan Faisal Al-Ghamdi.
Hal itu diakibatkan pemerintah dan federasi sepak bola Arab Saudi yang protektif dengan pemainnya. Di Arab Saudi juga, pemain-pemain hebat akan menjadi komoditas utama bagi tim-tim lokal di sana yang rela menggelontorkan uang dengan nominal transfer dan gaji yang fantastis.
Hal itu juga yang menjadi faktor minimnya pemain Saudi yang ingin bermain di luar negeri.
Dalam sejarahnya hanya ada beberapa pemain yang pernah merasakan merumput di benua biru, nama tersebut adalah Fahad Al-Ghesheyan yang menjadi pemain Arab Saudi pertama yang bermain di Eropa saat dipinjam klub Belanda, AZ Alkmaar dari Al Hilal pada 1999.
Selain Al-Ghesheyan, striker the green falcons era 2000an, yaitu Sami Al-Jaber juga pernah dipinjamkan ke Wolverhampton Wanderers yang saat itu berlaga di First Division atau kasta kedua Liga Inggris. Namun sayang, kedua pemain itu minim jam terbang dan akhirnya ditarik pulang oleh klub di negaranya.
Pada medio 2008/2009, bek kiri Arab Saudi dan Al-Ahli, Hussein Abdulghani sempat menjajal peruntungan di Swiss. Meski bukan liga top, ia mendapat kesempatan lebih banyak dengan kontrak permanen, setelah dari Swiss ia hijrah ke Bulgaria pada 2017/2018.
Bek sekaligus kapten Arab Saudi di Piala Dunia 2018, Osama Hawsawi juga pernah dipinjamkan Al-Hilal ke klub raksasa Belgia, Anderlecht pada 2012, namun dirinya hanya dua kali tampil di klub tersebut.
Kepindahan Sami Al-Jaber ke Wolverhampton Wanderers sebenarnya menjadi salah satu transfer yang menarik perhatian. Prosesnya dimulai dengan status pinjaman, dilengkapi opsi pembelian permanen senilai 1,3 juta poundsterling hingga 2004.
Namun, kepindahannya sempat terhambat oleh masalah izin kerja. Setelah berhasil melewati kendala tersebut, Al-Jaber mencatat debut di Liga Inggris dan tampil empat kali sebagai pemain pengganti, serta sekali sebagai starter di Piala Liga Inggris. Sayangnya, kariernya di Wolves hanya berlangsung lima bulan.
Pihak Wolves mengembalikan Al-Jaber ke klub asalnya, Al-Hilal, bukan karena kualitas buruk sang pemain. Bahkan, klub Inggris tersebut sempat ingin memperpanjang masa peminjamannya. Namun, rencana itu gagal terwujud akibat sikap protektif Al-Hilal.
Dalam wawancara dengan The Guardian pada 2002, menjelang partisipasi ketiga Arab Saudi di Piala Dunia secara beruntun, Al-Jaber memberikan pernyataan kritis terhadap situasi ini, "klub-klub (di Arab Saudi) tidak memberikan apa yang seharusnya didapatkan pemain mereka," ungkap Al-Jaber, yang saat itu berusia 28 tahun. Ia tampaknya menyindir kebijakan Al-Hilal yang memblokir kontrak permanennya di Wolves, meskipun ia berhasil menarik perhatian pelatih tim tersebut.
Al-Jaber juga menyoroti pendekatan yang terlalu protektif terhadap pemain lokal. "Jika Arab Saudi ingin memiliki pemain hebat di masa depan, mereka harus membiarkan mereka pergi," tambahnya.
Situasi ini bukan hal baru dalam sepak bola Arab Saudi. Pada 1994, Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) bahkan melarang pemain tim nasional yang tampil di Piala Dunia untuk bergabung dengan klub luar negeri. Meskipun larangan tersebut dicabut pada 1998, kasus Al-Jaber menunjukkan bahwa hambatan serupa masih ada.
Untuk mengatasi kendala ini, SAFF meluncurkan inisiatif pada Oktober 2017 dengan meminjamkan sembilan pemain ke klub-klub La Liga Spanyol tanpa biaya.
SAFF bertanggung jawab atas gaji para pemain, sehingga klub Spanyol hanya perlu memanfaatkan jasa mereka. Beberapa pemain, seperti Fahad Al-Muwallad di Levante dan Salem Al-Dawsari di Villarreal, sempat mencicipi debut, sementara lainnya, seperti Yahya Al-Shehri di Leganes, tidak mendapat kesempatan bermain.
Namun, proyek tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Sebagian besar pemain kembali ke Arab Saudi tanpa mencatatkan kontribusi signifikan di Spanyol. Di negara asal mereka, para pemain ini menikmati status bintang dengan bayaran besar, yang jauh lebih menarik dibandingkan harus menghadapi persaingan sengit di Eropa.
Presiden SAFF, Yasser Al-Misehal, mengakui bahwa tawaran finansial yang sangat menggiurkan dari klub-klub lokal menjadi alasan utama minimnya pemain Arab Saudi di liga-liga luar negeri. "Ketika kontrak pemain habis, klub-klub di sini bersaing untuk mendapatkan mereka dengan menawarkan nilai yang sangat tinggi," jelasnya.
Seorang agen yang berpengalaman dalam negosiasi dengan klub-klub Timur Tengah juga menegaskan bahwa para pemain Arab Saudi memiliki kualitas untuk bersaing di level Eropa. Namun, tidak ada klub Eropa yang mampu menyamai gaji besar yang mereka terima di negara sendiri.
Pelatih Hervé Renard bahkan menambahkan dengan nada bercanda, "Untuk meninggalkan zona nyaman ini, mungkin mereka harus bermain di Manchester City."
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan signifikan antara pemain Indonesia dan Arab Saudi dalam konteks karier internasional sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan budaya sepak bola masing-masing negara.
Indonesia mulai mengandalkan pemain diaspora yang bermain di liga Eropa untuk meningkatkan kualitas tim nasionalnya, sementara Arab Saudi masih mempertahankan pendekatan protektif terhadap pemain lokalnya.
Meski begitu, pertandingan ini tetap merupakan laga yang berat untuk Timnas Indonesia. Thom Haye dan kawan-kawan harus tampil maksimal demi meraih tiga poin untuk memastikan langkah Indonesia di ajang kualifikasi ini.
Baca juga: Profil 5 pemain Arab Saudi yang perlu diwaspadai Timnas Indonesia
Baca juga: Hitung-hitungan peluang lolos Timnas Indonesia usai laga kontra Arab Saudi
Baca juga: PSSI: Pemain timnas putri berkomitmen tampil maksimal di Piala ASEAN
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024
Tags: