Padang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar) melakukan pengujian kontijensi bencana tsunami seiring dengan perubahan sejumlah data dan kondisi daerah.

“Perlu kita kaji kembali, apakah sistem kontijensi bencana tsunami yang sudah kita siapkan pada 2018 masih relevan. Untuk itu, kita bahas bersama karena bahaya megathrust masih mengancam,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar Fajar Sukma di sela Simulasi Table Top Exercise (TTX) Penanganan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Padang, Senin.

Ia menyebut rencana kontijensi adalah strategi yang dirancang untuk menghadapi bencana tsunami dengan pertimbangan jika bencana tersebut benar-benar terjadi.

Baca juga: BNPB nilai selter evakuasi tsunami di Sumbar masih kurang, siap bantu
"Ada dua dokumen yang diuji pada kegiatan ini. Pertama, Standar Operasional Prosedur (SOP) masing-masing lembaga ketika menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami. Karena, setiap lembaga memiliki SOP masing-masing," katanya.

Kemudian, mengkaji rencana kontijensi bencana gempa bumi dan tsunami yang sudah disusun pada 2018 untuk mengetahui perlu adanya pembaharuan.

“Sekarang lah waktunya kita mengkaji kembali, menyamakan persepsi. Sehingga, apa yang kita kerjakan nantinya benar-benar sesuai dengan rencana,” katanya.

Selain itu, katanya, semua rencana itu nantinya juga dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing instansi dalam menghadapi bencana. Dengan adanya rencana kontijensi akan jelas, siapa mengerjakan apa, dan tanggungjawab masing-masing.

Hal tersebut juga salah satu fungsi TTX. Mengoptimalisasi aparatur penanggulangan bencana untuk lebih memahami tugas pokok masing-masing. Tidak ada over lap, terjadi koordinasi yang baik antar-instansi.

Tugas fungsi itu nantinya juga berlaku bagi tujuh kabupaten dan kota di Sumbar yang rawan bencana tsunami, yakni Kota Padang, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Agam, Pasaman Barat, dan Mentawai.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang Suaidi Ahadi mengatakan TTX tersebut sangat bermanfaat bagi BMKG. Bagaimanapun teknologi yang sudah disiapkan, dengan peringatan ini akan lebih mudah dipahami.

“Simulasi ini dapat diketahui, siapa yang mengerjakan apa. Terkait dengan perintah, juga terungkap bagaimana mencari solusi bersama yang terbaik untuk Sumbar dalam menghadapi bahaya bencana tsunami,” katanya.

Baca juga: Sirine gempa dan tsunami dibunyikan dalam simulasi bencana Sumbar

Baca juga: BPBD Sumbar perbaiki sirine tsunami yang tidak berfungsi
Sementara itu, Komandan Korem 032 Wirabraja Brigadir Jenderal TNI Wahyu Eko Purnomo yang hadir pada kesempatan itu berharap semua pemangku kepentingan saling mendukung.

“Kami dari TNI AD siap bekerja sama membantu pemerintah daerah jika terjadi bencana. Kita selalu mendukung pemerintah daerah dalam menangani bencana,” ujarnya.

Kegiatan TYX tersebut diikuti sebanyak 96 orang. Terdiri atas berbagai unsur, seperti TNI, Polri, BPBD Kabupaten Kota, BNPB, KAI, Perumda AM, BMCKTR, Perkimtan, Dinas Sosial, Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).