Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore melemah sebesar 50 poin menjadi Rp11.750 dibandingkan sebelumnya Rp11.700 per dolar AS.

"Dari sisi fundamental, meningkatnya risiko geopolitik Ukraina dan Rusia cukup memberikan sentimen negatif bagi mata uang emerging market, termasuk rupiah terhadap dolar AS," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, konflik itu dinilai cukup mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi global dikarenakan berdampak pada harga minyak mentah dan gas dunia. Melihat kondisi itu investor cenderung mengamankan nilai asetnya ke safe haven, salah satunya mata uang dolar AS.

"Permintaan dolar AS akan meningkat sehingga menaikkan nilainya," katanya.

Ia menambahkan bahwa investor juga terlihat waspada menanti hasil Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap hasil pemilu presiden Indonesia.

"Belum adanya kepastian politik mempengaruhi psikologis investor di dalam negeri," katanya.

Dari sisi teknikal, lanjut dia, naiknya indikator MACD (Moving Average Convergen Divergen) dan Stochastic menunjukkan tekanan pelemahan bagi rupiah.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.766 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.756 per dolar AS.