BKKBN: Pentingnya deteksi anemia tiga bulan sebelum menikah
18 November 2024 16:47 WIB
Arsip - Tangkapan layar - Deputi bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nopian Andusti dalam disusi Kelas orang tua hebat (Kerabat) edisi Hari Keluarga Nasional ke-31 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (26/6/2024). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperingatkan para calon pengantin wanita untuk memperhatikan kondisi anemia (kurangnya jumlah sel darah merah) mereka tiga bulan sebelum melakukan pernikahan.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera & Pemberdayaan Keluarga (KSPK) dari BKKBN Nopian Andusti mengatakan tiga bulan merupakan waktu yang paling optimal untuk memperbaiki jumlah sel darah merah ketika memang calon pengantin didiagnosa mengenai hal tersebut.
“Tetapi saya ingin sampaikan bahwa ternyata remaja-remaja putri kita ini kan cukup besar, cukup tinggi angkanya yang anemia. Kemudian calon pengantin yang anemia juga tinggi. Ini sangat mengkhawatirkan apabila kita tidak melakukan deteksi dini,” kata Nopian Andusti pada saat kegiatan diskusi secara daring yang dipantau di Jakarta, Senin.
Menurut dia, dengan melakukan deteksi dini tiga bulan sebelum menikah. Para calon pengantin tersebut bisa dilakukan pengobatan dengan memberikan vitamin untuk menambah sel darah merah. Hal tersebut guna menjaga bayi yang dilahirkannya nanti terhindar dari stunting.
Baca juga: BKKBN gandeng tokoh agama bina calon pengantin
Baca juga: IBI: Bidan berperan penting dalam mengawal kesehatan calon pengantin
Meski setelah 90 hari telah diberikan penanganan yang maksimal dan memiliki hasil yang masih kurang maksimal. Calon pengantin tersebut masih tetap diperbolehkan untuk melaksanakan pernikahannya, hanya saja pihaknya menyarankan untuk menunda kehamilan.
“Silakan menikah, tetapi saran untuk KB terlebih dahulu sebelum kondisi ideal. Sampai kemudian kondisi fisik itu normal dan siap untuk memiliki anak,” ungkap dia.
Penundaan kehamilan dalam kondisi tersebut sangat dianjurkan oleh pihaknya, hal tersebut tidak hanya menyelamatkan sang buah hati, melainkan orang tua atau ibu dari anak itu sendiri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sampai saat ini angka stunting di Indonesia pada 2023 masih berada di angka 21,5 persen, sementara target prevalensi angka stunting untuk 2024 adalah 14 persen. Intervensi yang paling menentukan untuk percepatan penurunan angka stunting ada pada seribu hari pertama kehidupan.
Oleh karena itu, program pemerintah melalui Makan Gratis Bergizi tidak hanya diperluas dan menyasar anak usia sekolah dari PAUD hingga SMA, tetapi juga balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera & Pemberdayaan Keluarga (KSPK) dari BKKBN Nopian Andusti mengatakan tiga bulan merupakan waktu yang paling optimal untuk memperbaiki jumlah sel darah merah ketika memang calon pengantin didiagnosa mengenai hal tersebut.
“Tetapi saya ingin sampaikan bahwa ternyata remaja-remaja putri kita ini kan cukup besar, cukup tinggi angkanya yang anemia. Kemudian calon pengantin yang anemia juga tinggi. Ini sangat mengkhawatirkan apabila kita tidak melakukan deteksi dini,” kata Nopian Andusti pada saat kegiatan diskusi secara daring yang dipantau di Jakarta, Senin.
Menurut dia, dengan melakukan deteksi dini tiga bulan sebelum menikah. Para calon pengantin tersebut bisa dilakukan pengobatan dengan memberikan vitamin untuk menambah sel darah merah. Hal tersebut guna menjaga bayi yang dilahirkannya nanti terhindar dari stunting.
Baca juga: BKKBN gandeng tokoh agama bina calon pengantin
Baca juga: IBI: Bidan berperan penting dalam mengawal kesehatan calon pengantin
Meski setelah 90 hari telah diberikan penanganan yang maksimal dan memiliki hasil yang masih kurang maksimal. Calon pengantin tersebut masih tetap diperbolehkan untuk melaksanakan pernikahannya, hanya saja pihaknya menyarankan untuk menunda kehamilan.
“Silakan menikah, tetapi saran untuk KB terlebih dahulu sebelum kondisi ideal. Sampai kemudian kondisi fisik itu normal dan siap untuk memiliki anak,” ungkap dia.
Penundaan kehamilan dalam kondisi tersebut sangat dianjurkan oleh pihaknya, hal tersebut tidak hanya menyelamatkan sang buah hati, melainkan orang tua atau ibu dari anak itu sendiri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sampai saat ini angka stunting di Indonesia pada 2023 masih berada di angka 21,5 persen, sementara target prevalensi angka stunting untuk 2024 adalah 14 persen. Intervensi yang paling menentukan untuk percepatan penurunan angka stunting ada pada seribu hari pertama kehidupan.
Oleh karena itu, program pemerintah melalui Makan Gratis Bergizi tidak hanya diperluas dan menyasar anak usia sekolah dari PAUD hingga SMA, tetapi juga balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024
Tags: