Badan Bahasa: Cerpen AA Navis cocok dipelajari di jenjang SMP-SMA
18 November 2024 16:43 WIB
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar (kiri) Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Ganjar Harimansyah (kanan) saat ditemui usai peresmian Pameran Peringatan 100 Tahun AA Navis di Perpustakaan Nasional, Jakarta, pada Senin (18/11/2024). ANTARA/Farhan Arda Nugraha
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Ganjar Harimansyah menilai kumpulan cerita pendek (cerpen) karangan sastrawan Ali Akbar Navis (AA Navis) cocok sebagai materi ajar untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA.
"Sejak BSNP atau Badan Standar Nasional Pendidikan menyusun karya sastra apa saja untuk jenjang pendidikan tertentu, salah satunya karya AA Navis, itu dikelompokkan bisa dibaca untuk SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas)," kata Ganjar saat ditemui usai peresmian Pameran Peringatan 100 Tahun AA Navis di Perpustakaan Nasional, Jakarta pada Senin.
Menurutnya, berbagai aspek dalam cerpen AA Navis dapat didalami oleh siswa SMP dan SMA, salah satunya unsur sosiologi dimana karya-karyanya kental akan isu-isu sosial dan budaya.
Selain itu, Ganjar juga menilai bahwa karya AA Navis tidak hanya memperkaya khasanah sastra Indonesia, tapi juga menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk berbagai aspek selain sastra, salah satunya terkait gender.
Baca juga: Perpusnas-Badan Bahasa gelar Pameran Peringatan 100 Tahun AA Navis
Baca juga: Peringatan 100 Tahun AA Navis di Prancis menduniakan sastra Indonesia
"Dari cerpen-cerpennya AA Navis kita bisa merekonstruksi pemikiran gender di Indonesia. Salah satunya dari kumpulan cerpen 'Jodoh'. Ternyata, kalau kita mendengar kata, mencium, memeluk, mengintimidasi, mendiskriminasi, termasuk kata menzalimi, itu erat kaitannya dengan gender laki-laki. Tapi kalau dicium, dipeluk, itu pasti subjeknya perempuan," paparnya.
Ganjar juga menyoroti cerpen karangan AA Navis menggambarkan perubahan kehidupan sosial masyarakat Indonesia terutama pada era setelah kemerdekaan.
"AA Navis bisa menjadi simbolisasi bagaimana perubahan setelah kemerdekaan dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan," kata dia.
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bersama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar Pameran Peringatan 100 tahun AA Navis yang menampilkan kisah perjalanan hidup, karya-karya, serta pemikiran AA Navis.
Dalam pameran yang digelar di Ruang Pameran Perpusnas mulai tanggal 18 November sampai 28 November 2024 ini, ditampilkan kisah hidup AA Navis sejak ia lahir kemudian kiprahnya sebagai sastrawan hingga terjun ke dunia politik.
Pameran ini juga menyuguhkan koleksi karya-karya fiksi karangannya serta tulisan-tulisannya terkait komentar terhadap isu sosial, politik, dan budaya yang pernah dimuat di beberapa surat kabar.*
Baca juga: Balai Bahasa Sulteng peringati 100 tahun sastrawan AA Navis
Baca juga: UNESCO ikut peringati 100 tahun sastrawan AA Navis
"Sejak BSNP atau Badan Standar Nasional Pendidikan menyusun karya sastra apa saja untuk jenjang pendidikan tertentu, salah satunya karya AA Navis, itu dikelompokkan bisa dibaca untuk SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas)," kata Ganjar saat ditemui usai peresmian Pameran Peringatan 100 Tahun AA Navis di Perpustakaan Nasional, Jakarta pada Senin.
Menurutnya, berbagai aspek dalam cerpen AA Navis dapat didalami oleh siswa SMP dan SMA, salah satunya unsur sosiologi dimana karya-karyanya kental akan isu-isu sosial dan budaya.
Selain itu, Ganjar juga menilai bahwa karya AA Navis tidak hanya memperkaya khasanah sastra Indonesia, tapi juga menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk berbagai aspek selain sastra, salah satunya terkait gender.
Baca juga: Perpusnas-Badan Bahasa gelar Pameran Peringatan 100 Tahun AA Navis
Baca juga: Peringatan 100 Tahun AA Navis di Prancis menduniakan sastra Indonesia
"Dari cerpen-cerpennya AA Navis kita bisa merekonstruksi pemikiran gender di Indonesia. Salah satunya dari kumpulan cerpen 'Jodoh'. Ternyata, kalau kita mendengar kata, mencium, memeluk, mengintimidasi, mendiskriminasi, termasuk kata menzalimi, itu erat kaitannya dengan gender laki-laki. Tapi kalau dicium, dipeluk, itu pasti subjeknya perempuan," paparnya.
Ganjar juga menyoroti cerpen karangan AA Navis menggambarkan perubahan kehidupan sosial masyarakat Indonesia terutama pada era setelah kemerdekaan.
"AA Navis bisa menjadi simbolisasi bagaimana perubahan setelah kemerdekaan dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan," kata dia.
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bersama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar Pameran Peringatan 100 tahun AA Navis yang menampilkan kisah perjalanan hidup, karya-karya, serta pemikiran AA Navis.
Dalam pameran yang digelar di Ruang Pameran Perpusnas mulai tanggal 18 November sampai 28 November 2024 ini, ditampilkan kisah hidup AA Navis sejak ia lahir kemudian kiprahnya sebagai sastrawan hingga terjun ke dunia politik.
Pameran ini juga menyuguhkan koleksi karya-karya fiksi karangannya serta tulisan-tulisannya terkait komentar terhadap isu sosial, politik, dan budaya yang pernah dimuat di beberapa surat kabar.*
Baca juga: Balai Bahasa Sulteng peringati 100 tahun sastrawan AA Navis
Baca juga: UNESCO ikut peringati 100 tahun sastrawan AA Navis
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024
Tags: