Rupiah melemah jadi Rp11.725 per dolar
7 Agustus 2014 11:03 WIB
Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis pagi tercatat Rp11.725 per dolar AS.(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah, turun 25 poin ke posisi Rp11.725 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir sebelumnya Rp11.700 per dolar AS.
"Dolar AS mempertahankan posisinya atau menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah seiring meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara pihak Barat terkait masalah Ukraina," Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.
Menurut dia, kondisi itu mendorong tingkat permintaan aset safe haven --aset yang dapat mempertahankan atau meningkatkan nilai saat pasar bergejolak--, salah satunya mata uang dolar AS, untuk menjaga nilai portofolio agar tidak tergerus.
Ia mengatakan bahwa permintaan dolar AS juga terus meningkat karena ada indikasi pelambatan aktivitas ekonomi negara-negara di kawasan Eropa setelah beberapa data manufaktur barada di bawah estimasi.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan, sentimen eksternal juga masih membayangi pergerakan nilai mata uang domestik, terutama sentimen dari Amerika Serikat setelah ada ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan dipercepat.
"Data-data ekonomi AS cenderung mengalami perbaikan, kondisi itu semakin membuka peluang untuk The Fed menaikan suku bunga lebih cepat," katanya.
Ia mengatakan dolar AS berpotensi besar menguat secara bertahap karena itu fundamental ekonomi Indonesia diharapkan tetap stabil supaya bisa menahan depresiasi rupiah lebih dalam.
"Dolar AS mempertahankan posisinya atau menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah seiring meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara pihak Barat terkait masalah Ukraina," Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.
Menurut dia, kondisi itu mendorong tingkat permintaan aset safe haven --aset yang dapat mempertahankan atau meningkatkan nilai saat pasar bergejolak--, salah satunya mata uang dolar AS, untuk menjaga nilai portofolio agar tidak tergerus.
Ia mengatakan bahwa permintaan dolar AS juga terus meningkat karena ada indikasi pelambatan aktivitas ekonomi negara-negara di kawasan Eropa setelah beberapa data manufaktur barada di bawah estimasi.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan, sentimen eksternal juga masih membayangi pergerakan nilai mata uang domestik, terutama sentimen dari Amerika Serikat setelah ada ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan dipercepat.
"Data-data ekonomi AS cenderung mengalami perbaikan, kondisi itu semakin membuka peluang untuk The Fed menaikan suku bunga lebih cepat," katanya.
Ia mengatakan dolar AS berpotensi besar menguat secara bertahap karena itu fundamental ekonomi Indonesia diharapkan tetap stabil supaya bisa menahan depresiasi rupiah lebih dalam.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: