Mensos beri motivasi pada penderita gangguan jiwa di sentra Sukabumi
18 November 2024 12:05 WIB
Mensos Gus Ipul (kiri, berbaju putih), berdialog dengan salah seorang penderita gangguan jiwa, Syahdu (kanan, berbatik merah) di Sentra Phalamartha Sukabumi, Jawa Barat, pada Senin (18/11/2024). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari.
Sukabumi, Jawa Barat (ANTARA) - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf (Gus Ipul) memberikan motivasi kepada penghuni Sentra Phalamartha Sukabumi, Jawa Barat, yang sebagian besar merupakan penderita gangguan jiwa untuk segera pulang ke rumah setelah sembuh.
"Di sini sifatnya sementara untuk rehabilitasi, harus kembali ke keluarga, kalau tidak kembali ke keluarga tidak sehat," ujar Mensos pada Senin.
Gus Ipul menekankan pentingnya mereka memiliki semangat untuk sehat, sembuh, dan hidup normal agar dapat kembali ke keluarga.
Ia menyebutkan, salah satu indikator kesuksesan suatu sentra yakni keberhasilan dalam merehabilitasi para penghuninya sehingga mampu berdikari dan kembali berkontribusi untuk keluarganya.
"Indikator keberhasilan suatu sentra itu sudah berapa orang yang direhabilitasi dan bisa bekerja dengan baik, tetapi kalau lama di sini, ngendon (menumpang) tidak keluar-keluar, berarti sentranya tidak sukses," tuturnya.
Salah seorang penderita gangguan jiwa halusinasi yang berdialog dengan Mensos, Syahdu (14 tahun), yang berasal dari Lampung bercerita bahwa dirinya telah berada di sentra tersebut selama dua tahun.
"Saya istirahat di sini biar banyak keterampilan, ada jahit, pangkas, komputer, pojok digital, saya sekarang mau menekuni jahit dan komputer," ujar dia.
Syahdu menyebutkan sempat merasa betah tinggal di sentra, namun setelah berdialog dengan Mensos, ia bertekad untuk kembali dan membantu orang tuanya.
"Dua tahun di sini saya sudah membaik, saya di sini agak betah," katanya.
Gus Ipul kemudian menimpali pernyataan tersebut dan menekankan bahwa sentra bersifat sementara untuk rehabilitasi, tidak untuk jangka panjang.
"Kalau di sini makin lama, makin halusinasi, motivasinya 'saya harus pulang, saya harus bekerja untuk keluarga saya'," ujarnya.
Sementara itu, penderita depresi bernama Rika yang berasal dari Bandung mengaku sudah setahun lebih berada di sentra.
"Saya sudah banyak berobat ke tempat-tempat seperti ini semenjak ditinggal suami saya, saya depresi," katanya.
"Jangan dipikirin ya, yang sudah ya sudah, yang penting semangat untuk sembuh dan pulang ke keluarga," sahut Gus Ipul.
Setelah sembuh, Rika menyampaikan keinginannya untuk memiliki usaha rumahan menjual beras dan gas kepada Gus Ipul.
"Bagus itu, oleh karena itu harus semangat sembuh, tepuk tangan semuanya," tutur Gus Ipul.
Pada kesempatan tersebut, Mensos juga menyerahkan bantuan secara simbolis kepada 13 penerima manfaat yang terdiri dari delapan lansia dan disabilitas, serta lima siswa dan siswi SLB Handayani Cibadak yang merupakan penyandang disabilitas mental.
Bantuan yang diberikan bagi delapan lansia dan disabilitas berupa alat bantu, paket sembako, dan satu paket perlengkapan kamar, sedangkan siswa-siswi SLB Handayani menerima satu paket perlengkapan sekolah.
Baca juga: Kemensos beri santunan seluruh korban longsor Sukabumi
Baca juga: Mensos tegaskan bansos dari APBN tidak alami penundaan penyaluran
Baca juga: Mensos targetkan Kampung Nelayan Indramayu selesai Januari 2025
"Di sini sifatnya sementara untuk rehabilitasi, harus kembali ke keluarga, kalau tidak kembali ke keluarga tidak sehat," ujar Mensos pada Senin.
Gus Ipul menekankan pentingnya mereka memiliki semangat untuk sehat, sembuh, dan hidup normal agar dapat kembali ke keluarga.
Ia menyebutkan, salah satu indikator kesuksesan suatu sentra yakni keberhasilan dalam merehabilitasi para penghuninya sehingga mampu berdikari dan kembali berkontribusi untuk keluarganya.
"Indikator keberhasilan suatu sentra itu sudah berapa orang yang direhabilitasi dan bisa bekerja dengan baik, tetapi kalau lama di sini, ngendon (menumpang) tidak keluar-keluar, berarti sentranya tidak sukses," tuturnya.
Salah seorang penderita gangguan jiwa halusinasi yang berdialog dengan Mensos, Syahdu (14 tahun), yang berasal dari Lampung bercerita bahwa dirinya telah berada di sentra tersebut selama dua tahun.
"Saya istirahat di sini biar banyak keterampilan, ada jahit, pangkas, komputer, pojok digital, saya sekarang mau menekuni jahit dan komputer," ujar dia.
Syahdu menyebutkan sempat merasa betah tinggal di sentra, namun setelah berdialog dengan Mensos, ia bertekad untuk kembali dan membantu orang tuanya.
"Dua tahun di sini saya sudah membaik, saya di sini agak betah," katanya.
Gus Ipul kemudian menimpali pernyataan tersebut dan menekankan bahwa sentra bersifat sementara untuk rehabilitasi, tidak untuk jangka panjang.
"Kalau di sini makin lama, makin halusinasi, motivasinya 'saya harus pulang, saya harus bekerja untuk keluarga saya'," ujarnya.
Sementara itu, penderita depresi bernama Rika yang berasal dari Bandung mengaku sudah setahun lebih berada di sentra.
"Saya sudah banyak berobat ke tempat-tempat seperti ini semenjak ditinggal suami saya, saya depresi," katanya.
"Jangan dipikirin ya, yang sudah ya sudah, yang penting semangat untuk sembuh dan pulang ke keluarga," sahut Gus Ipul.
Setelah sembuh, Rika menyampaikan keinginannya untuk memiliki usaha rumahan menjual beras dan gas kepada Gus Ipul.
"Bagus itu, oleh karena itu harus semangat sembuh, tepuk tangan semuanya," tutur Gus Ipul.
Pada kesempatan tersebut, Mensos juga menyerahkan bantuan secara simbolis kepada 13 penerima manfaat yang terdiri dari delapan lansia dan disabilitas, serta lima siswa dan siswi SLB Handayani Cibadak yang merupakan penyandang disabilitas mental.
Bantuan yang diberikan bagi delapan lansia dan disabilitas berupa alat bantu, paket sembako, dan satu paket perlengkapan kamar, sedangkan siswa-siswi SLB Handayani menerima satu paket perlengkapan sekolah.
Baca juga: Kemensos beri santunan seluruh korban longsor Sukabumi
Baca juga: Mensos tegaskan bansos dari APBN tidak alami penundaan penyaluran
Baca juga: Mensos targetkan Kampung Nelayan Indramayu selesai Januari 2025
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: