Yerusalem (ANTARA News) - Gaza terlihat lengang Selasa setelah pertempuran sengit antara Israel dan Hamas selama sebulan sementara gencatan senjata 72 jam berlaku dan para serdadu terakhir meninggalkan kantung yang mengalami kerusakan berat itu.

Penembakan akhirnya berhenti setelah 29 hari pertumpahan darah, menyebabkan jutaan orang di kedua pihak merasa lega dan berhentinya kenaikan jumlah korban meninggal yang mencapai sedikitnya 1.867 orang, lapor AFP.

Tetapi masih saja ada yang merasa skeptis terhadap perkembangan tersebut.

"Anda tahu, kami baru saja beberapa jam dari waktu gencatan seenjata dimulai. Nanti lihat apakah ini benar-benar diperhatikan," kata Orly Doron, seorang ibu asal Israel yang tinggal satu lokasi di perbatasan Gaza yang telah mengalami kerusakan akibat dihantam serangan roket.

"Kami sudah pernah menyepakati tiga atau empat gencatan senjata selama perang; kami semua melihat gencatan senjata tak diperhatikan."

Beberapa menit sebelum gencatan senjata berlaku, baik Israel maupun Hamas terlibat dalam unjuk kekuatan yang tampaknya untuk memperlihatkan kata akhir sebelum meletakkan senjata mereka.

Sirene terdengar di Yerusalem dan Tel Aviv ketika Hamas melancar serangan 16 roket ke perbatasan sementara pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan sedikitnya lima serangan udara atas Gaza.

Israel juga mengatakan seluruh tentaranya ditarik dari Gaza, mengakhiri operasi darat yang mulai berlangsung 17 Juli.

"Semuanya sudah meninggalkan posisi mereka," kata Jenderal Moti Almoz kepada Radio Tentara.

Letnan Kolonel Peter Lerner mengatakan tentara akan "ditempatkan dalam posisi bertahan" di luar Gaza dan akan merespons tiap pelanggaran gencatan senjata yang diumumkan Mesir Senin.


Penerjemah: Mohamad Anthoni