Jakarta (ANTARA News) - Penjualan solar dan Pertamina Dex di SPBU-SPBU di Jakarta turun setelah Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) melalui kebijakannya menghentikan penjualan solar bersubsidi di Jakarta Pusat.

"Penjualan solar subsidi dan Pertamina Dex sebelum kebijakan tersebut adalah 3.000 liter dan pasca-kebijakan tersebut adalah 200-500 liter," kata Kepala SPBU Coco 31.103.03 yang berada di Jalan Cikini Raya, Andi Hardiansyah, di Jakarta, Senin.

Andi mengatakan penjualan menurun karena konsumen rata-rata kaget dengan tingginya harga solar tanpa subsidi yang Rp12.800 per liter, sedangkan Pertamina Dex Rp13.150 per liter.

Menurut dia, beberapa konsumen yang biasanya membeli solar subsidi di SPBU tersebut pindah ke tempat lain di luar Jakarta Pusat seperti di Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan.

"Kebijakan ini kan baru diterapkan sejak tanggal 1 Agustus 2014 pukul 00.00 WIB, sehingga kami belum bisa menyimpulkan apakah ada penurunan drastis atau tidak," ujarnya.

Dia menjelaskan kendaraan yang biasa mengisi solar di SPBU tersebut adalah Kopaja dan mobil pribadi.

Sementara itu Kepala SPBU 34.10.401 di Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat Aif Sutarlan mengatakan sebelum kebijakan itu diberlakukan, volume penjualan solar subsidi mencapai 3.000 liter per hari.

"Namun sejak 1-3 Agustus 2014, penjualan solar non-subsidi rata-rata hanya 100 liter per hari. Untuk hari ini (4/8), penjualan solar non-subsidi dari pukul 06.00-12.30 WIB hanya 69 liter," katanya.

Dia mengatakan banyak konsumennya seperti Metro Mini, Kopaja, dan kendaraan pribadi beralih ke SPBU di luar Jakarta Pusat yang masih menjual solar bersubsidi.

Menurut dia, selisih harga antara solar bersubisi dengan non-subsidi yang mencapai Rp7.000 per liter membuat konsumennya rela mencari solar bersubsidi ke SPBU di luar Jakarta Pusat.