BPS: IPM Papua Pegunungan terendah tapi tumbuh paling tinggi
15 November 2024 16:31 WIB
Sejumlah peserta tampil pada Karnaval Budaya Papua di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Sabtu (10/08/2024). Karnaval yang melibatkan siswa sekolah dan masyarakat itu menampilkan sejumlah atraksi budaya dan kendaraan hias dan diselenggarakan dalam rangka peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan RI di Kabupaten Jayawijaya. ANTARA FOTO/Gusti Tanati/nz
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Papua Pegunungan tercatat terendah yakni sebesar 54,43, namun tumbuh paling tinggi se-Indonesia sebesar 1,83 persen.
"IPM rendah karena disebabkan oleh beberapa komponen yang sangat rendah yaitu adalah rata-rata lama sekolah penduduk 25 tahun ke atas yang hanya sebesar 4,21 tahun. Artinya kalau 4,21 tahun itu tidak lulus SD sampai dengan mungkin sekitar kelas 4 SD," kata Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia A Widyasanti di Jakarta, Jumat.
Selain itu, katanya, indikator pengeluaran riil per kapita per tahun di provinsi hasil pemekaran ini juga terhitung masih rendah yakni sebesar Rp5,71 juta per tahun.
Komponen lain yang menyebabkan rendahnya IPM adalah angka harapan hidup yang masih relatif rendah.
Namun demikian, Amalia menyebut provinsi ini memiliki catatan pertumbuhan positif yakni pertumbuhan IPM tertinggi se-Indonesia yakni sebesar 1,83 persen.
"Pertumbuhan IPM di provinsi Papua Pegunungan ini pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia," katanya.
Dengan demikian, pertumbuhan itu menyokong peningkatan indikator pengeluaran per kapita per tahun sebesar 6,14 persen dan pertumbuhan indikator rata-rata lama sekolah sebesar 4,99 persen.
Sementara, usia harapan hidup (UHH) 2024 juga tercatat meningkat yakni 67,27 pada 2023 menjadi 67,39 pada tahun ini
"Ada beberapa peningkatan yang sangat baik di Papua Pegunungan," sebutnya.
Baca juga: Kategori tinggi, BPS: IPM Indonesia meningkat jadi 75,02
Baca juga: Kemendagri: IPM di Papua naik 5,6 persen selama kepemimpinan Jokowi
Baca juga: Indeks Pembangunan Manusia 2023 meningkat jadi 74,39
"IPM rendah karena disebabkan oleh beberapa komponen yang sangat rendah yaitu adalah rata-rata lama sekolah penduduk 25 tahun ke atas yang hanya sebesar 4,21 tahun. Artinya kalau 4,21 tahun itu tidak lulus SD sampai dengan mungkin sekitar kelas 4 SD," kata Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia A Widyasanti di Jakarta, Jumat.
Selain itu, katanya, indikator pengeluaran riil per kapita per tahun di provinsi hasil pemekaran ini juga terhitung masih rendah yakni sebesar Rp5,71 juta per tahun.
Komponen lain yang menyebabkan rendahnya IPM adalah angka harapan hidup yang masih relatif rendah.
Namun demikian, Amalia menyebut provinsi ini memiliki catatan pertumbuhan positif yakni pertumbuhan IPM tertinggi se-Indonesia yakni sebesar 1,83 persen.
"Pertumbuhan IPM di provinsi Papua Pegunungan ini pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia," katanya.
Dengan demikian, pertumbuhan itu menyokong peningkatan indikator pengeluaran per kapita per tahun sebesar 6,14 persen dan pertumbuhan indikator rata-rata lama sekolah sebesar 4,99 persen.
Sementara, usia harapan hidup (UHH) 2024 juga tercatat meningkat yakni 67,27 pada 2023 menjadi 67,39 pada tahun ini
"Ada beberapa peningkatan yang sangat baik di Papua Pegunungan," sebutnya.
Baca juga: Kategori tinggi, BPS: IPM Indonesia meningkat jadi 75,02
Baca juga: Kemendagri: IPM di Papua naik 5,6 persen selama kepemimpinan Jokowi
Baca juga: Indeks Pembangunan Manusia 2023 meningkat jadi 74,39
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: