Pemain bertahan yang memiliki darah Belanda dan Indonesia ini, kini menjadi pilihan utama di barisan pertahanan skuad Garuda dalam sejumlah laga internasional, termasuk pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Proses naturalisasi pemain keturunan Indonesia, Calvin Verdonk yang memiliki darah Aceh dari ayahnya, telah disetujui oleh Komisi X DPR RI pada Senin (3/6) lalu.
Verdonk memulai debutnya bersama Timnas Indonesia pada 11 Juni 2024, di mana ia berhasil membantu tim meraih kemenangan 2-0 atas Filipina dalam laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup F.
Profil dan perjalanan karier Calvin VerdonkVerdonk memulai debutnya bersama Timnas Indonesia pada 11 Juni 2024, di mana ia berhasil membantu tim meraih kemenangan 2-0 atas Filipina dalam laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup F.
Calvin Ronald Verdonk lahir pada 26 April 1997 di Dordrecht, Belanda, dirinya memiliki darah Indonesia dari ayahnya, Ronald Alting Siberg, yang berasal dari Meulaboh, Aceh. Ibunya, Tamara, lahir di Dordrecht pada 18 September 1975.
Pemain berusia 27 tahun ini, yang kini membela Timnas Indonesia, memiliki perjalanan karier yang menarik sebelum akhirnya bergabung dengan skuad Garuda.
Verdonk merupakan lulusan akademi Feyenoord dan memulai karier profesionalnya pada April 2014 dengan menandatangani kontrak bersama klub tersebut. Namun, debutnya di tim utama baru tercatat pada 8 Maret 2015. Selama kariernya, Verdonk telah memperkuat beberapa tim di Belanda, termasuk Feyenoord, PEC Zwolle, dan NEC Nijmegen.Pemain berusia 27 tahun ini, yang kini membela Timnas Indonesia, memiliki perjalanan karier yang menarik sebelum akhirnya bergabung dengan skuad Garuda.
Ia memulai perjalanan sepak bolanya sejak kecil dan tampil di berbagai klub muda sebelum bergabung dengan Feyenoord, salah satu klub terkemuka di Liga Belanda.
Selama di Feyenoord, Verdonk lebih sering dipinjamkan ke beberapa klub, seperti PEC Zwolle (2016-2017), NEC Nijmegen (2017-2018), dan FC Twente (2019-2020). Lalu, pada 2020 Verdonk pindah ke klub Portugal, Famalicao.
Selama di Feyenoord, Verdonk lebih sering dipinjamkan ke beberapa klub, seperti PEC Zwolle (2016-2017), NEC Nijmegen (2017-2018), dan FC Twente (2019-2020). Lalu, pada 2020 Verdonk pindah ke klub Portugal, Famalicao.
Namun, hijrah Verdonk ke klub Portugal, Famalicao, hanya bertahan satu musim sebelum ia dipinjamkan ke NEC pada 2021, yang kemudian mempermanenkan kontraknya pada 2022.
Musim ini, Verdonk menjadi pemain andalan NEC Nijmegen, hampir selalu tampil sebagai starter dalam 33 pertandingan. Dari total 33 laga tersebut, Verdonk hanya sekali turun sebagai pemain cadangan.
Musim ini, Verdonk menjadi pemain andalan NEC Nijmegen, hampir selalu tampil sebagai starter dalam 33 pertandingan. Dari total 33 laga tersebut, Verdonk hanya sekali turun sebagai pemain cadangan.
Karier internasional Verdonk dimulai di level usia bersama Skuad Belanda, mulai dari U-15 hingga U-21.
Meski awalnya memperkuat Belanda, ia memutuskan untuk mewakili Indonesia setelah memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada 2024. Debutnya bersama Timnas Indonesia tercatat pada 11 Juni 2024, saat melawan Filipina dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Meski awalnya memperkuat Belanda, ia memutuskan untuk mewakili Indonesia setelah memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada 2024. Debutnya bersama Timnas Indonesia tercatat pada 11 Juni 2024, saat melawan Filipina dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sejak debutnya bersama Timnas Indonesia, Verdonk langsung menunjukkan kualitasnya sebagai pemain bertahan yang tangguh.
Kemampuannya dalam membaca permainan, menghalau serangan lawan, serta memberi kontribusi dalam penguasaan bola, menjadikannya sebagai salah satu pilar utama dalam sistem permainan pelatih Shin Tae-yong (STY).
Calvin Verdonk menjadi contoh bagi pemain asing yang memilih untuk membela Indonesia, menunjukkan bahwa persatuan dalam dunia sepak bola melampaui batas negara. Dengan kehadirannya, diharapakan Verdonk bisa membantu Timnas Indonesia mencapai kesuksesan lebih besar di kancah internasional.Kemampuannya dalam membaca permainan, menghalau serangan lawan, serta memberi kontribusi dalam penguasaan bola, menjadikannya sebagai salah satu pilar utama dalam sistem permainan pelatih Shin Tae-yong (STY).