Phnom Penh (ANTARA) - Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyampaikan bahwa perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) regional dan bilateral menciptakan kondisi dan peluang yang menguntungkan bagi perdagangan dan investasi negaranya.

Dalam sebuah pidato di hadapan para wirausahawan dalam makan malam solidaritas yang diadakan di Phnom Penh pada Selasa (12/11), Hun Manet menuturkan bahwa Kamboja memiliki lokasi dan peluang pakta perdagangan yang strategis, dan berinvestasi di Kamboja tidak hanya menanamkan modal di pasar berpenduduk 17 juta jiwa, tetapi juga di belahan dunia lainnya.

"Berinvestasi di Kamboja membuka peluang ke banyak belahan dunia lainnya karena Kamboja menjalin banyak perjanjian perdagangan bebas, termasuk dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), Korea Selatan, China, dan Uni Emirat Arab," ujarnya.

Kamboja juga menerima banyak perlakuan istimewa lainnya untuk mengakses pasar-pasar di Eropa dan negara lain, imbuhnya.

Hun Manet pun mengatakan bahwa Kamboja menduduki posisi teratas terkait emerging market untuk investasi asing pada 2024 berkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang kuat, inflasi yang rendah, dan peningkatan investasi asing langsung.

Dalam hal konektivitas infrastruktur, dia menyampaikan bahwa Kamboja telah memperluas konektivitas infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan laut, dan menghubungkannya dengan negara-negara tetangga dan pusat ekspor utama di kawasan tersebut.

PM Kamboja itu menambahkan bahwa proyek infrastruktur utama yang baru-baru ini dibangun adalah Bandar Udara Internasional Angkor Siem Reap yang diinvestasikan oleh China. Adapun, bandara itu resmi dibuka pada November 2023.

Selain itu, dia menuturkan bahwa Kamboja menargetkan untuk mencapai penggunaan 70 persen energi terbarukan pada 2030, naik dari 62 persen yang tercatat saat ini.