Jakarta (ANTARA) - Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, yakni sekitar 245 juta jiwa, menurut data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) pada semester pertama 2024

Dengan jumlah populasi sebesar itu, tentu Indonesia memiliki potensi besar menjadi salah pemain utama dalam industri modest fashion atau busana sopan secara global.

Busana sopan adalah gaya berbusana tertutup yang tidak mengekspos kulit dan lekuk tubuh secara berlebihan, sehingga identik dengan gaya berbusana wanita Muslim.

Kendati demikian, gaya berbusana ini kemudian menjadi salah satu tren global sehingga tidak hanya dimaknai sebagai busana Muslim semata.

Gaya berbusana yang menutupi lekuk tubuh ini, memperhatikan nilai-nilai kesopanan sesuai dengan norma agama dan budaya, namun penggunanya tetap dapat tampil modis, anggun dan menawan.

Sebut saja gaya berbusana dengan potongan besar (oversize cut), potongan longgar (loose cut), hingga penggunaan outer atau pakaian luar menjadi tren selama beberapa tahun terakhir, tidak hanya di Indonesia namun juga secara global.

Kebangkitan busana sopan

Tren busana sopan berkembang pesat secara global, didorong oleh semakin aktifnya komunitas Muslim menampilkan identitas agama melalui pakaian tertutup, seperti hijab dan busana longgar yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Fenomena ini menciptakan kebutuhan akan busana yang tidak hanya memenuhi standar kesopanan agama, tetapi juga modern dan bergaya.

Busana sopan atau modest fashion ini memberi Muslimah kebebasan dalam berbusana dan mengekspresikan diri, sambil tetap menjaga nilai-nilai kesopanan dan kaidah agama.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan keberagaman budaya dan agama, pada awal tahun 2000-an di Indonesia banyak desainer dan jenama fesyen yang mulai memperkenalkan koleksi busana sopan.

Melihat potensi ini, Itang Yunasz yang sebelumnya dikenal sebagai desainer busana modern sejak tahun 1980-an, kemudian mulai lebih banyak merancang dan memproduksi busana sopan. Nama Itang kemudian identik sebagai pelopor tren model busana sopan di awal tahun 2000-an.

Pada awal tahun 2000-an kemudian banyak desainer dan jenama fesyen Indonesia yang mulai merangkul konsep busana sopan, dengan menciptakan koleksi yang tidak hanya mengikuti tren global tetapi juga sesuai dengan budaya lokal.

Penggunaan batik, tenun, dan aneka wastra Nusantara, menciptakan busana sopan nan modis, namun unik karena mengandung ciri khas budaya Indonesia yang tentu saja menarik perhatian para pecinta fesyen.

Dengan desain yang modern dan menarik, busana sopan ini kemudian menjadi lebih populer di berbagai kalangan, termasuk perempuan muda dan perempuan non-Muslim.

Tren ini juga terus meningkat dan semakin mendunia berkat peran media sosial dan para pemengaruh dari berbagai latar belakang, yang memperkenalkan gaya busana sopan dalam unggahan mereka.

Para pemengaruh dan selebriti tersebut mulai tampil mengenakan pakaian lebih tertutup namun tetap elegan dan bergaya, sehingga memberi pengaruh positif bagi banyak orang yang mencari alternatif gaya berpakaian yang lebih sopan namun tetap modis.

Popularitas busana sopan ini tentu diimbangi dengan meningkatnya penjualan dan produksi busana sopan. Menjamurnya berbagai pekan mode serta festival fesyen tahunan yang mengedepankan busana sopan bisa dijadikan tolok ukur tingginya permintaan dan penjualan busana sopan di Indonesia.

Indonesia bahkan memiliki tiga event busana sopan yang diklaim oleh Indonesia Fashion Chamber (IFC) sebagai yang terbesar di dunia, seperti JMFW, IN2MF, dan Muffest+.

Tren global

Tingginya permintaan busana sopan di Indonesia, mendukung munculnya banyak desainer serta jenama fesyen yang mengkhususkan diri dalam merancang serta memproduksi busana sopan.

Sebut saja seperti Dian Pelangi, Ria Miranda, Jenahara Nasution, Si.Se.Sa, Buttonscarves, Benang Jarum, Khanaan Shamlan, KAMI dan masih banyak nama desainer serta jenama yang khusus memproduksi busana sopan.

Tidak jarang karya mereka kemudian turut meramaikan pekan mode dunia di New York, Seoul, London hingga Paris, membuktikan bahwa karya anak bangsa mampu bersaing di kancah global.

Salah satu pihak yang mendapat untung dari tingginya permintaan tersebut adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Pengusaha tekstil, garmen, konveksi, perajin tenun hingga penjahit menjadi pihak-pihak yang sedikit banyak diuntungkan dari berkembangnya industri ini.

Banyak perancang serta jenama yang mulai mengedepankan produk serta berkolaborasi dengan UMKM seperti perajin tenun dan batik, tidak hanya untuk memberi ciri pada rancangan koleksinya namun juga untuk membantu meningkatkan perekonomian UMKM.

Melihat hal ini, Pemerintah mulai banyak memberikan pelatihan bagi UMKM untuk menyokong industri tekstil Tanah Air, khususnya industri busana sopan.

Beberapa UMKM juga sempat mendapat bantuan pendanaan baik dari Pemerintah maupun swasta untuk pengembangan usaha. Dari sini, industri fesyen terutama busana sopan Indonesia terus berkembang pesat.

Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada 2023 menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga dari 81 negara dalam Global Islamic Economic Indicator Ranking, setelah Turki dan Malaysia. Sementara posisi keempat dan kelima ditempati oleh Singapura dan Italia.

Data tersebut didukung dengan jumlah ekspor busana sopan Indonesia ke negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang mencapai 540 juta dolar atau senilai Rp8,48 triliun pada 2022, menjadikan Indonesia salah satu dari 10 besar eksportir ke negara-negara OKI.

Pada September 2023, Kementerian Perdagangan memperkenalkan industri busana sopan Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan melalui gelaran Festival Indonesia di Seoul, Korea Selatan.

Dalam perhelatan itu produk modest fashion Indonesia berhasil mencetak transaksi potensial senilai 2 juta dolarAS atau senilai Rp29 miliar berupa transaksi riil bussiness to consumer (B2C) serta nota kesepahaman. Transaksi ini belum termasuk transaksi potensial di berbagai negara lain dalam gelaran fesyen ataupun festival serupa.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia tentu memiliki posisi strategis untuk memanfaatkan peluang ini.

Disamping itu Indonesia juga memiliki banyak kekayaan akan tradisi dan budaya, yang bila dipadu dengan gaya modern kerap berhasil menarik perhatian global. Ini tentu menjadi potensi pasar yang sangat menarik dan menguntungkan dari sisi ekonomi Indonesia.

Menurut Kementerian Perindustrian, sektor industri busana sopan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia.

Data terbaru menunjukkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyumbang lebih dari 5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2023.

Sektor fesyen Indonesia juga mencatatkan peningkatan nilai ekspor, dengan busana sopan menjadi salah satu kategori produk yang tumbuh pesat.

Kementerian Perdagangan mencatat ekspor busana sopan Indonesia pada 2023 meningkat sekitar 12 persen dibanding tahun sebelumnya.

Data ini menunjukkan pasar global yang semakin terbuka bagi produk fesyen Indonesia yang berbasis pada prinsip kesopanan, sehingga memperkuat peluang Indonesia untuk menjadi pusat busana sopan dunia dengan mengedepankan kualitas dan inovasi. ​

Tantangan go global

Sejumlah strategi perlu dilakukan Pemerintah sebagai upaya agar busana sopan masuk ke pasar global, dengan mengedepankan potensi ekonomi lokal dan mengatasi tantangan yang bisa menghambat potensi ini.

Pertama, ekosistem dari industri busana sopan dalam negeri perlu diperkuat dengan basis kultural yang kuat mengingat Indonesia kaya akan sumber serat alam, meskipun sebagian besar belum diolah di dalam negeri.

Kedua, perluasan akses pasar internasional bagi produk busana sopan lokal perlu didukung melalui kerja sama dagang dan promosi di kancah global.

Melalui partisipasi aktif dalam pameran fesyen internasional dan platform digital global, produk-produk modest fashion dari Indonesia dapat dikenal lebih luas dan berdaya saing.

Ketiga, peningkatan kapasitas para pelaku usaha dan desainer busana sopan juga sangat penting. Dengan pelatihan dan dukungan pemerintah dalam meningkatkan kualitas desain, produksi, serta pemahaman tentang tren pasar internasional, pelaku industri akan lebih siap memenuhi permintaan global.

Dukungan pada sisi penelitian dan pengembangan yang melibatkan industri tekstil juga sangat penting untuk memajukan industri fesyen berbasis bahan baku lokal.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa impor benang kapas meningkat 29,79 persen antara 2019 dan 2022, didorong oleh terbatasnya perkebunan kapas dalam negeri, meski bahan ini sangat dibutuhkan industri fesyen.

Tercatat, impor benang kapas terbesar berasal dari Vietnam (45,65 persen), diikuti oleh Tiongkok (27,80 persen), India (8,20 persen), Turki (7,36 persen), Pakistan (3,89 persen), Thailand (3,53 persen), dan negara lain (3,57 persen).

Sedangkan total impor tercatat, 14.843 ton (2019), turun menjadi 12.588 ton pada 2020. Pada 2021, impor melonjak 65,82 persen menjadi 20.873 ton, dan kembali naik 43,28 persen menjadi 29.908 ton pada 2022.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki juga menekankan pentingnya pengembangan bahan baku yang sesuai dengan tren pasar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dengan memperkuat rantai pasok dan mengurangi ketergantungan pada impor, industri fesyen Indonesia dapat lebih kompetitif di pasar global.

Baca juga: Indonesia berpeluang menjadi pusat busana sopan dunia
Baca juga: Menkop UKM ungkap empat upaya wujudkan "modest fashion" RI mendunia