Sukabumi (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Amelia Anggraini mengatakan bahwa bentrokan yang melibatkan puluhan oknum anggota TNI di perkampungan warga, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, harus menjadi pelajaran berharga agar TNI lebih humanis kepada masyarakat.



Dia pun menyesalkan adanya tragedi yang menyebabkan seorang warga sipil meninggal dunia. Kini Pemerintah maupun TNI sudah memproses hukum terhadap oknum-oknum yang diduga terlibat.



"Kepada keluarga korban, kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam. Kami akan terus mengawal proses ini," kata Amelia dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu.



Dia mengaku prihatin dan tidak ingin insiden kekerasan serupa terulang di kemudian hari. Untuk itu, dia mendesak TNI dan seluruh pihak terkait melakukan langkah konkret untuk melakukan pemeriksaan mendalam terhadap kasus tersebut.



Dia juga meminta TNI Angkatan Darat mengevaluasi secara mendalam sistem pembinaan dan pelatihan internal TNI untuk mencegah kekerasan serupa terjadi kembali. Menurut dia, evaluasi diperlukan demi memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi militer itu.



"Siapapun yang terlibat atau bersalah harus diadili sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku," kata dia.



Sebelumnya, Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) TNI Mayjen TNI Yusri Nuryanto mengatakan Polisi Militer Daerah Militer I/Bukit Barisan telah memeriksa 45 orang prajurit Batalyon Artileri Medan (Yonarmed) 2/Kilap Sumagan terkait bentrok di Deli Serdang, Sumatera Utara.



Adapun kasus insiden itu terjadi saat sekelompok masyarakat terlibat bentrok dengan sejumlah prajurit Yonarmed 2/KS di Desa Cinta Adil, Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, Jumat (8/11).



Akibat insiden itu, seorang laki-laki warga sipil berinisial RAB (usia 62 tahun) meninggal dunia, kemudian delapan warga sipil luka-luka. Dari delapan warga yang terluka, tiga orang di antaranya korban salah sasaran, sedanfkan dari pihak TNI, seorang prajurit berinisial M dilaporkan luka-luka.