Warga Thailand diminta tidak panik terkait wabah Ebola di Afrika
31 Juli 2014 18:02 WIB
Pekerja medis membawa jenazah korban virus Ebola di Kenema, Sierra Leone, Rabu (25/6). Wabah Ebola telah menewaskan 467 orang di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone sejak Februari lalu, menjadikannya wabah terbesar dan paling mematikan, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Kurangnya sumber daya untuk memerangi wabah Ebola terburuk di dunia itu serta kecurigaan budaya yang mendalam mengenai virus tersebut di negara-negara Afrika Barat tetap menjadi halangan besar dalam upaya untuk menghentikan penyebarannya. (ANTARA FOTO/REUTERS/Umaru Fofana/ox/14.)
Bangkok (ANTARA News) - Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand meminta warganya untuk tidak panik menanggapi laporan-laporan tentang penyakit virus Ebola karena risikonya rendah di Thailand.
Dalam menanggapi laporan bahwa Korps Perdamaian AS menarik ratusan relawan dari Guinea, Liberia dan Sierra Leone karena kekhawatiran tentang wabah penyakit itu di Afrika Barat, Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand menyatakan, bahwa risiko epidemi itu di Thailand sangat kecil dan Thailand tidak perlu panik.
Meski demikian, Biro Pelayanan Epidemiologi melakukan pengawasan terkait penyakit itu dan mengikuti saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Rumah sakit-rumah sakit telah diperintahkan untuk siaga dan Departemen Ilmu Kedokteran siap melakukan uji laboratorium untuk penyakit ini, demikian laporan TNA.
MERS-CoV
Saat ini Departemen Kesehatan Masyarakat melakukan latihan untuk mengobati penumpang pesawat udara dengan sindroma pernapasan coronavirus Timur Tengah.
Kementerian itu mencatat terdapat 853 pasien MERS-CoV di 21 negara dan 330 di antaranya meninggal. Mayoritas adalah orang-orang Timur Tengah dan para peziarah. Tidak ada pasien MERS-CoV telah ditemukan di Thailand.
Kementerian terus melakukan pengawasan dan menyiapkan pelayanan kesehatan khusus bagi Muslim Thailand yang akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada September.
(Uu.H-AK)
Dalam menanggapi laporan bahwa Korps Perdamaian AS menarik ratusan relawan dari Guinea, Liberia dan Sierra Leone karena kekhawatiran tentang wabah penyakit itu di Afrika Barat, Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand menyatakan, bahwa risiko epidemi itu di Thailand sangat kecil dan Thailand tidak perlu panik.
Meski demikian, Biro Pelayanan Epidemiologi melakukan pengawasan terkait penyakit itu dan mengikuti saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Rumah sakit-rumah sakit telah diperintahkan untuk siaga dan Departemen Ilmu Kedokteran siap melakukan uji laboratorium untuk penyakit ini, demikian laporan TNA.
MERS-CoV
Saat ini Departemen Kesehatan Masyarakat melakukan latihan untuk mengobati penumpang pesawat udara dengan sindroma pernapasan coronavirus Timur Tengah.
Kementerian itu mencatat terdapat 853 pasien MERS-CoV di 21 negara dan 330 di antaranya meninggal. Mayoritas adalah orang-orang Timur Tengah dan para peziarah. Tidak ada pasien MERS-CoV telah ditemukan di Thailand.
Kementerian terus melakukan pengawasan dan menyiapkan pelayanan kesehatan khusus bagi Muslim Thailand yang akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada September.
(Uu.H-AK)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014
Tags: