Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Ade Rezki mengatakan tantangan yang masih perlu dihadapi oleh Rumah Sakit (RS) vertikal adalah terkait penyediaan layanan kesehatan yang terbaik dan optimal, yang perlu dibangun guna mendapatkan kembali kepercayaan dari publik.

Dalam rapat bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Rabu, Ade menyoroti data dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) yang menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada sekitar Rp180 triliun yang dihabiskan warga Indonesia untuk pergi berobat ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, bahkan Amerika.

Sejumlah masalah yang dia tekankan contohnya komunikasi. Misal, kata dia, dari para dokter, perawat, tenaga medis, dan non-medis, dalam menyambut pasien. Kemudian, Ade juga menyebut rumah sakit rujukan masih memiliki banyak keterbatasan, contohnya kekurangan kamar atau lahan parkir.

Adapun sejumlah komplain yang dia dengar, termasuk antrean serta kebersihan.

Baca juga: Kemenkes: RS vertikal harus jadi pengampu layanan kesehatan di daerah

"Kalau tidak ini segera dilakukan reformasi, Pak Aco (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya), mungkin pada akhirnya ini sebagai business as usual, tidak ada terobosan-terobosan," katanya.

Dia menilai hal ini dapat berdampak pada kepercayaan publik. Menurutnya, Indonesia memiliki tantangan berupa populasi yang makin bertambah, dimana populasi tersebut setelah pandemi COVID-19 semakin terbiasa untuk datang ke rumah sakit.

Ade pun meminta Kemenkes untuk memutar otak dan memikirkan cara untuk melakukan perluasan dan pengembangan fasilitas guna pengembangan pelayanan.

Senada, Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani menyoroti sejumlah hal yang perlu diperbaiki, seperti alat-alat kesehatan yang tidak memadai, pelayanan yang lama dan tidak ramah.

Dia pun menceritakan pengalamannya tentang kurang cepatnya pelayanan, dimana dua orang yang dia kirim untuk perawatan di RS Hoesin Palembang meninggal dunia karena telat mendapatkan penanganan.

Baca juga: Komisi IX: RUU Kesehatan lahirkan sistem pelayanan lebih baik

"Yang satu anak usia 9 tahun kebakar. Dan sudah saya endorse ke sana. Dua hari baru bisa masuk ke dalam ke ruangan, akhirnya meninggal. Yang satu lagi juga sama. Ini juga perlu perhatian dari RSUP Palembang, Mohammad Hoesin. Karena susah sekali Direktur Utamanya untuk menerima telepon. Saya WA berkali-kali, baru dijawab. Satu hari, setengah hari, baru dijawab," kata Irma Suryani.

Dia pun membandingkannya dengan pengalamannya saat menghubungi Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta Iwan Dakota, yang lebih responsif.

Menurutnya, untuk meningkatkan kualitas pelayanan, salah satunya adalah dengan alat-alat kesehatan yang bagus. Oleh karena itu Irma meminta para dokter untuk tidak takut meminta alkes yang dijanjikan Kemenkes guna mencapai hal itu.

"Bapak minta, enggak dikasih, lapor ke kita. Biar kita tegur Kementerian Kesehatannya. Karena apa? Karena biasanya dokter-dokter spesialis di rumah sakit-rumah sakit daerah, rumah sakit vertikal, dan lain sebagainya, mau kerja kalau ada alkesnya bagus," kata Irma Suryani.

Baca juga: Komisi IX DPR RI soroti kerusakan bangunan RSUP Leimena Ambon