Jakarta (ANTARA) - Country Director Google Indonesia Veronica Utami mengatakan strategi penjualan video commerce sudah menjadi kewajiban bagi para pelaku usaha maupun brand untuk menyukseskan bisnisnya di e-commerce atau pasar niaga daring.

Hal itu dikarenakan dalam riset Google terlihat bahwa strategi penjualan video commerce berkontribusi cukup tinggi pada peningkatan ekonomi digital di 2024 untuk Asia Tenggara.

"Mau itu live shopping atau video-video yang dibuat oleh kreator, videonya menjadi bagian penting dari pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelanjaan. Jadi sudah tidak bisa di-overlook lagi," kata Vero di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Tren perilaku konsumen yang bisa diadaptasi pelaku bisnis di tahun ini

Baca juga: Google Indonesia angkat suara soal isu hadirkan e-commerce di YouTube


Dalam riset Google yang dikerjakan bersama Temasek serta Bain & Company bertajuk "e-Conomy SEA 2024" total Gross Merchandise Value (GMV) atau nilai penjualan kotor barang dan jasa sektor e-commerce di Asia Tenggara mencapai 159 miliar dolar AS (Rp2,5 kuadriliun).

Dari total tersebut, tren video commerce di 2024 berkontribusi cukup besar dengan persentase 20 persen.

Padahal pada 2022 di momen tren ini muncul, video commerce hanya berkontribusi sebesar kurang dari 5 persen pada GMV sektor e-commerce di Asia Tenggara.

Dalam waktu singkat dan persentase kontribusi yang besar, ini menunjukkan bahwa video commerce kini memiliki peranan penting dalam hal penjualan di pasar niaga daring.

Laporan Google tersebut juga menunjukkan bahwa kini di 2024 sebanyak 44 persen masyarakat atau pengguna layanan e-commerce di Asia Tenggara menjadikan video commerce sebagai referensi pengalaman belanja mereka.

Membahas jenis konten-konten video commerce, Google mencatat bahwa ada beberapa jenis konten yang diminati dan menarik hati di antaranya konten gaming, konten mengenai kuliner, konten film, hingga konten mengenai gaya hidup sehat.

Urgensi mengadopsi video commerce sebagai strategi berjualan di e-commerce juga dapat terlihat dari pertumbuhan masyarakat menjadi pemengaruh video sebanyak sembilan persen dalam kurun waktu 2022 ke 2024.

"Artinya ini sebuah kesempatan besar untuk bisnis, untuk brand, untuk bisa membentuk preferensi dan juga brand awareness dengan menjalin kerjasama dengan para kreator ini," kata Vero.

Baca juga: Metode jualan "live shopping" tetap jadi primadona UMKM di 2024

Baca juga: Menkop UKM: Transformasi digital bukan lagi soal jualan online