OJK fokus tingkatkan literasi dan inklusi keuangan melalui GENCARKAN
12 November 2024 21:38 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Widyasari Dewi dalam doorstop pasca kegiatan “CNN Indonesia Financial Forum 2024, Inklusi Keuangan: Pilar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” di Jakarta, Selasa (12/11/2024). ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas (Muhammad Baqir Idrus Alatas)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Widyasari Dewi menyatakan, pihaknya fokus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan pada tahun 2025 melalui program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN).
Pernyataan tersebut disampaikan dalam doorstop pasca kegiatan “CNN Indonesia Financial Forum 2024, Inklusi Keuangan: Pilar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” di Jakarta, Selasa.
“Tahun depan kita kan punya program GENCARKAN yang merupakan gerakan nasional bersama dengan pelaku usaha jasa keuangan. Itu sudah kita buat perencanaan. Dalam 3 bulan ini (sejak diluncurkan program GENCARKAN Bersama Dewan Nasional Keuangan Inklusif/DNKI yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan), angkanya itu sudah ada 8 ribu program dan sudah menjangkau 32 juta rakyat Indonesia,” ucapnya.
OJK disebut telah memetakan daerah mana saja di Indonesia yang sulit dijangkau atau bahkan belum memperoleh literasi keuangan dari sektor jasa keuangan.
Dalam hal ini, pihaknya mengajak para pemangku kepentingan terkait dapat terlibat aktif untuk meningkatkan literasi keuangan di daerah-daerah tersebut, antara lain difokuskan pada Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Target dari GENCARKAN ialah dua juta duta dan agen literasi inklusi, edukasi keuangan ke seluruh kabupaten/kota, program multi kanal menjangkau 50 juta orang, indeks inklusi keuangan nasional 98 persen, 90 persen pelajar memiliki tabungan, lalu sebanyak 2,5 juta kelompok mahasiswa dan pemuda mempunyai rekening melalui tabungan Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda).
Program ini juga turut mendorong pembukaan akses kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui program Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR), sehingga dapat menjangkau 1,6 juta debitur, serta mengakselerasi penggunaan produk keuangan oleh 30 persen kelompok penyandang disabilitas.
“Ayo sama-sama kita keroyok bareng daerah-daerah yang seperti ini. Karena mungkin kalau kita tidak arahkan, (pelaku usaha sektor jasa keuangan) akan pergi ke tempat-tempat yang memang secara potensi ‘potensial’ untuk mereka melakukan penjualan terhadap produk dan jasanya. Tapi, ayo pergi ke daerah-daerah yang mungkin selama ini susah atau jarang sekali dijangkau,” kata Frederica saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.
Selain itu, pihaknya turut bakal melakukan kampanye terkait pemahaman atas investasi untuk mendukung inklusi keuangan dan akses terhadap pembiayaan, yang pada akhirnya menyokong pertumbuhan ekonomi.
“Kita akan melihat segmennya juga. Jadi, tidak bisa misalnya semua daerah kita ajarkan tentang investasi, tentang saham. Kita bisa mengajarkan, misalnya kalaupun mereka tertarik di pasar modal, kita bisa masuk ke reksadana dulu, saham, atau mungkin investasi emas dan lain-lain. Jadi, edukasi itu sangat segmented dan juga berbeda untuk setiap daerah,” ungkap dia yang akrab dipanggil Kiki.
Mengacu hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024, tingkat inklusi keuangan di Indonesia saat ini sebesar 75,02 persen dan indeks literasi keuangan 65,43 persen.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam doorstop pasca kegiatan “CNN Indonesia Financial Forum 2024, Inklusi Keuangan: Pilar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” di Jakarta, Selasa.
“Tahun depan kita kan punya program GENCARKAN yang merupakan gerakan nasional bersama dengan pelaku usaha jasa keuangan. Itu sudah kita buat perencanaan. Dalam 3 bulan ini (sejak diluncurkan program GENCARKAN Bersama Dewan Nasional Keuangan Inklusif/DNKI yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan), angkanya itu sudah ada 8 ribu program dan sudah menjangkau 32 juta rakyat Indonesia,” ucapnya.
OJK disebut telah memetakan daerah mana saja di Indonesia yang sulit dijangkau atau bahkan belum memperoleh literasi keuangan dari sektor jasa keuangan.
Dalam hal ini, pihaknya mengajak para pemangku kepentingan terkait dapat terlibat aktif untuk meningkatkan literasi keuangan di daerah-daerah tersebut, antara lain difokuskan pada Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Target dari GENCARKAN ialah dua juta duta dan agen literasi inklusi, edukasi keuangan ke seluruh kabupaten/kota, program multi kanal menjangkau 50 juta orang, indeks inklusi keuangan nasional 98 persen, 90 persen pelajar memiliki tabungan, lalu sebanyak 2,5 juta kelompok mahasiswa dan pemuda mempunyai rekening melalui tabungan Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda).
Program ini juga turut mendorong pembukaan akses kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui program Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR), sehingga dapat menjangkau 1,6 juta debitur, serta mengakselerasi penggunaan produk keuangan oleh 30 persen kelompok penyandang disabilitas.
“Ayo sama-sama kita keroyok bareng daerah-daerah yang seperti ini. Karena mungkin kalau kita tidak arahkan, (pelaku usaha sektor jasa keuangan) akan pergi ke tempat-tempat yang memang secara potensi ‘potensial’ untuk mereka melakukan penjualan terhadap produk dan jasanya. Tapi, ayo pergi ke daerah-daerah yang mungkin selama ini susah atau jarang sekali dijangkau,” kata Frederica saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.
Selain itu, pihaknya turut bakal melakukan kampanye terkait pemahaman atas investasi untuk mendukung inklusi keuangan dan akses terhadap pembiayaan, yang pada akhirnya menyokong pertumbuhan ekonomi.
“Kita akan melihat segmennya juga. Jadi, tidak bisa misalnya semua daerah kita ajarkan tentang investasi, tentang saham. Kita bisa mengajarkan, misalnya kalaupun mereka tertarik di pasar modal, kita bisa masuk ke reksadana dulu, saham, atau mungkin investasi emas dan lain-lain. Jadi, edukasi itu sangat segmented dan juga berbeda untuk setiap daerah,” ungkap dia yang akrab dipanggil Kiki.
Mengacu hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024, tingkat inklusi keuangan di Indonesia saat ini sebesar 75,02 persen dan indeks literasi keuangan 65,43 persen.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024
Tags: