Menurut laporan survei bertajuk "SiteMinder's Changing Traveller Report 2025", sebanyak 95 persen dari 878 wisatawan asal Indonesia yang disurvei bersedia membayar lebih untuk akomodasi ramah lingkungan saat berlibur.
"Wisatawan Indonesia semakin memilih akomodasi yang ramah lingkungan dan merencanakan anggaran yang lebih besar, hal ini mencerminkan pergeseran ke arah perjalanan yang lebih bijaksana dan eksploratif," kata Country Manager Indonesia SiteMinder Rio Ricardo dalam acara pertemuan media di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa.
Di antara wisatawan Indonesia, menurut hasil survei ada 36 persen yang bersedia membayar hingga 10 persen lebih mahal dan 35 persen yang bersedia membayar hingga 25 persen lebih mahal untuk akomodasi ramah lingkungan pada 2025.
Selain itu, ada 18 persen yang bersedia membayar hingga 50 persen lebih mahal dan tujuh persen yang bersedia membayar lebih mahal dari itu untuk akomodasi ramah lingkungan pada 2025.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa 96 persen wisatawan Indonesia berencana untuk mempertahankan atau meningkatkan anggaran akomodasi mereka saat berwisata pada tahun 2025.
Persentase tersebut mencakup sebagian besar Generasi Z (kelahiran 1997 sampai 2012) dan Generasi Milenial (kelahiran 1981 sampai 1996).
Baca juga: Turis umumnya mendukung wisata hijau, tapi enggan membayar lebih
Baca juga: Penginapan sederhana berperan penting bagi pariwisata Kepulauan Seribu
Berdasarkan hasil survei, sebanyak 93 persen wisatawan Indonesia melakukan perjalanan untuk menghadiri acara, termasuk konser dan festival musik (46 persen), reuni dan perayaan keluarga (41 persen), dan acara olahraga (32 persen).
Persentase wisatawan yang berencana tetap bekerja selama berlibur menurut hasil survei tahun 2024 mencapai 66 persen, meningkat hingga 13 persen dari hasil survei tahun sebelumnya.
Peningkatan itu juga tercermin dari banyaknya wisatawan yang berniat menghabiskan waktu di hotel atau penginapan, yang mencapai 78 persen.
Perinciannya, sebanyak 44 persen wisatawan berniat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di hotel dan 34 persen lainnya berencana menghabiskan cukup banyak waktu di hotel.
Sebanyak 98 persen wisatawan Indonesia menurut survei terbuka dengan penggunaan kecerdasan buatan dalam merencanakan, memesan, dan meningkatkan pengalaman menginap di hotel.
Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase wisatawan dengan preferensi serupa dari negara seperti Kanada dan Australia (masing-masing 62 persen) serta Jerman, Prancis, dan Inggris (masing-masing 63 persen).
"Insight berbasis data, seperti yang disediakan oleh riset ini, menjadi semakin penting bagi para pelaku bisnis perhotelan seiring dengan perubahan kebiasaan wisatawan dari waktu ke waktu," kata Rio.
"Dengan demikian, mereka dapat mengantisipasi kebutuhan para tamu sekaligus menawarkan pengalaman menginap yang senantiasa mereka cari," katanya.
Baca juga: Pulau Jawa masih jadi tujuan wisata domestik favorit menurut survei
Baca juga: Survei: 33 persen wisatawan Nusantara pilih Jepang sebagai destinasi favorit
Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase wisatawan dengan preferensi serupa dari negara seperti Kanada dan Australia (masing-masing 62 persen) serta Jerman, Prancis, dan Inggris (masing-masing 63 persen).
"Insight berbasis data, seperti yang disediakan oleh riset ini, menjadi semakin penting bagi para pelaku bisnis perhotelan seiring dengan perubahan kebiasaan wisatawan dari waktu ke waktu," kata Rio.
"Dengan demikian, mereka dapat mengantisipasi kebutuhan para tamu sekaligus menawarkan pengalaman menginap yang senantiasa mereka cari," katanya.
Baca juga: Pulau Jawa masih jadi tujuan wisata domestik favorit menurut survei
Baca juga: Survei: 33 persen wisatawan Nusantara pilih Jepang sebagai destinasi favorit