Jakarta (ANTARA) - Minat terhadap lelang Surat Utang Negara (SUN) pada 12 November 2024 mengalami peningkatan dibanding lelang terakhir, di mana Pemerintah menyerap dana sesuai target indikatif senilai Rp22 triliun.

Serapan itu lebih tinggi dari lelang SUN pada 29 Oktober 2024, yakni sebesar Rp18,85 triliun, di bawah target indikatif yang telah ditetapkan.

Keterangan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Jakarta, Selasa, menyatakan penawaran masuk pada lelang kali ini mencapai Rp37,39 triliun. Nilai ini lebih tinggi dari lelang sebelumnya yang menerima penawaran masuk Rp29,58 triliun.

Dari delapan seri SUN yang dilelang, Pemerintah hanya menyerap dana dari enam seri, di antaranya FR0104 (pembukaan kembali), FR0103 (pembukaan kembali), FR0098 (pembukaan kembali), FR0097 (pembukaan kembali), FR0102 (pembukaan kembali), dan FR0105 (pembukaan kembali).

Sementara untuk seri SPN12250213 (pembukaan kembali) dan SPN12251113 (penerbitan baru), Pemerintah memutuskan untuk tidak menyerap dana meski masing-masing menerima penawaran masuk Rp2 triliun dan Rp3,35 triliun.

Serapan tertinggi berasal dari seri FR0103 yang dimenangkan sebesar Rp10,2 triliun, dengan imbal hasil (yield) rata-rata tertimbang yang dimenangkan 6,92955 persen.

Jumlah penawaran masuk untuk seri yang jatuh tempo pada 15 Juli 2035 mencapai Rp11,46 triliun, dengan imbal hasil terendah yang masuk 6,85 persen dan imbal hasil tertinggi 7,05 persen.

Untuk seri FR0097, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp4,2 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,01222 persen.

Jumlah penawaran masuk untuk seri yang jatuh tempo pada 15 Juni 2043 mencapai Rp4,30 triliun, dengan imbal hasil terendah masuk 6,95 persen dan imbal hasil tertinggi 7,1 persen.

Untuk seri FR0104, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp3,5 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 6,63994 persen.

Jumlah penawaran masuk untuk seri yang jatuh tempo pada 15 Juli 2030 mencapai Rp8,61 triliun, dengan imbal hasil terendah masuk 6,6 persen dan imbal hasil tertinggi 6,8 persen.

Untuk seri FR0098, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp2,05 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 6,95925 persen.

Jumlah penawaran masuk untuk seri yang jatuh tempo pada 15 Juni 2038 mencapai Rp3,03 triliun, dengan imbal hasil terendah masuk 6,87 persen dan imbal hasil tertinggi 7,1 persen.

Untuk seri FR0102, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp1,95 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 6,99252 persen.

Jumlah penawaran masuk untuk seri yang jatuh tempo pada 15 Juli 2054 mencapai Rp2,22 triliun, dengan imbal hasil terendah masuk 6,95 persen dan imbal hasil tertinggi 7,1 persen.

Baca juga: Ekonom proyeksi pemerintah terbitkan obligasi Rp1.400 triliun di 2025

Baca juga: Pemerintah serap dana Rp18,85 triliun dari lelang delapan seri SUN


Untuk seri FR0105, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp100 miliar, dengan hasil rata-rata tertimbang 7,00513 persen.

Jumlah penawaran masuk untuk seri yang jatuh tempo pada 15 Juli 2064 mencapai Rp2,41 triliun, dengan imbal hasil terendah masuk 6,95 persen dan imbal hasil tertinggi 7,19 persen.

Lelang SUN dilakukan guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024.

Berdasarkan data terakhir Kemenkeu per 31 Oktober 2024, pembiayaan utang terealisasi sebesar Rp438,1 triliun, setara 67,6 persen dari target APBN.

Porsi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) terhadap pembiayaan utang yakni sebesar Rp394,9 triliun, setara 59,3 persen dari target. Sementara porsi dari pinjaman sebesar Rp43,2 triliun.

Di sisi lain, pembiayaan non-utang tercatat sebesar Rp53,2 triliun. Dengan demikian, realisasi pembiayaan anggaran hingga 31 Oktober 2024 sebesar Rp383 triliun, setara 73,3 persen dari target APBN.