Analis yakin emas bisa tumbuh 7 persen meski terimbas kemenangan Trump
12 November 2024 16:59 WIB
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan memberikan pemaparan dalam media briefing, di Jakarta, Selasa (12/11/2024). ANTARA/Imamatul Silfia
Jakarta (ANTARA) - Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan meyakini harga emas bisa tumbuh hingga 5-7 persen pada tahun depan, meski kini terdampak oleh kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.
Dalam media briefing, di Jakarta, Selasa, Rizkia menjelaskan harga emas kini turun ke level 2.600 dolar AS per troy ounce. Secara umum, penurunan tersebut disebabkan kembalinya arus modal ke AS imbas sentimen pilpres.
Dengan terpilihnya Trump, pasar melihat adanya harapan perbaikan ekonomi domestik AS, sehingga banyak investor mulai mengurangi alokasi pada emas dan beralih ke pasar modal AS.
Namun, dia menilai masih ada banyak ketidakpastian yang timbul dari kemenangan Trump. Salah satunya terkait rencana peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik melalui kebijakan tarif yang lebih besar serta insentif pajak bagi perusahaan. Sementara ketergantungan AS terhadap impor, terutama dari China, masih cukup tinggi.
“Kalau AS memproduksi barang, memutuskan semua impor, justru sebenarnya ada persepsi bahwa kecenderungannya inflasi akan terus tinggi,” ujar dia.
Di sisi lain, harga emas secara historis menunjukkan pola yang cenderung stabil. Meski ada ketidakpastian global, baik dari sisi kemenangan Trump, tensi geopolitik, dan perlambatan ekonomi, emas masih akan menjadi pilihan untuk lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.
“Meski pertumbuhannya tidak tinggi, tapi setidaknya pertumbuhan di atas 5-7 persen masih mungkin terjadi,” kata Rizkia.
Dalam kesempatan terpisah, pengamat keuangan dan pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS berpotensi menurunkan harga emas.
Pasalnya, menurut dia, Trump kemungkinan bisa menekan tensi geopolitik dan perang di beberapa kawasan, yang selama ini menjadi salah satu yang mendorong kenaikan harga emas secara signifikan.
Budi juga menyoroti dampak perang dagang terhadap harga emas. Menurutnya, meskipun perang dagang dapat mendorong kenaikan harga emas dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang, eskalasi konflik dagang yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan harga emas.
Oleh karena itu, ia menyarankan masyarakat yang ingin berinvestasi emas untuk bersabar dan menunggu momen yang tepat, karena emas diprediksi akan kembali mengalami penurunan cukup dalam.
Sementara itu, harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia, Selasa, mengalami penurunan drastis sebesar Rp35.000, sehingga harga emas per gram kini menjadi Rp1.482.000.
Adapun harga jual kembali (buyback) emas batangan turut merosot menjadi Rp1.336.000 per gram.
Baca juga: Emas Antam Senin stabil di angka Rp1,517 juta per gram
Baca juga: Harga emas 12 November merosot Rp35.000 ke angka Rp1,482 juta per gram
Dalam media briefing, di Jakarta, Selasa, Rizkia menjelaskan harga emas kini turun ke level 2.600 dolar AS per troy ounce. Secara umum, penurunan tersebut disebabkan kembalinya arus modal ke AS imbas sentimen pilpres.
Dengan terpilihnya Trump, pasar melihat adanya harapan perbaikan ekonomi domestik AS, sehingga banyak investor mulai mengurangi alokasi pada emas dan beralih ke pasar modal AS.
Namun, dia menilai masih ada banyak ketidakpastian yang timbul dari kemenangan Trump. Salah satunya terkait rencana peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik melalui kebijakan tarif yang lebih besar serta insentif pajak bagi perusahaan. Sementara ketergantungan AS terhadap impor, terutama dari China, masih cukup tinggi.
“Kalau AS memproduksi barang, memutuskan semua impor, justru sebenarnya ada persepsi bahwa kecenderungannya inflasi akan terus tinggi,” ujar dia.
Di sisi lain, harga emas secara historis menunjukkan pola yang cenderung stabil. Meski ada ketidakpastian global, baik dari sisi kemenangan Trump, tensi geopolitik, dan perlambatan ekonomi, emas masih akan menjadi pilihan untuk lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.
“Meski pertumbuhannya tidak tinggi, tapi setidaknya pertumbuhan di atas 5-7 persen masih mungkin terjadi,” kata Rizkia.
Dalam kesempatan terpisah, pengamat keuangan dan pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS berpotensi menurunkan harga emas.
Pasalnya, menurut dia, Trump kemungkinan bisa menekan tensi geopolitik dan perang di beberapa kawasan, yang selama ini menjadi salah satu yang mendorong kenaikan harga emas secara signifikan.
Budi juga menyoroti dampak perang dagang terhadap harga emas. Menurutnya, meskipun perang dagang dapat mendorong kenaikan harga emas dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang, eskalasi konflik dagang yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan harga emas.
Oleh karena itu, ia menyarankan masyarakat yang ingin berinvestasi emas untuk bersabar dan menunggu momen yang tepat, karena emas diprediksi akan kembali mengalami penurunan cukup dalam.
Sementara itu, harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia, Selasa, mengalami penurunan drastis sebesar Rp35.000, sehingga harga emas per gram kini menjadi Rp1.482.000.
Adapun harga jual kembali (buyback) emas batangan turut merosot menjadi Rp1.336.000 per gram.
Baca juga: Emas Antam Senin stabil di angka Rp1,517 juta per gram
Baca juga: Harga emas 12 November merosot Rp35.000 ke angka Rp1,482 juta per gram
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: