Pupuk Indonesia: Proyek GAIA pertama dunia siap dibangun di Indonesia
12 November 2024 15:59 WIB
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi dalam Conference of the Parties (COP) UN Climate Change Conference ke-29 di Baku, Azerbaijan. ANTARA/HO-Humas Pupuk Indonesia
Jakarta (ANTARA) - PT Pupuk Indonesia (Persero) menyatakan siap membangun Proyek Green Ammonia Initiative from Aceh (GAIA), fasilitas hybrid green ammonia pertama di dunia, sebagai bagian dari upaya Indonesia mendukung transisi energi hijau global.
"Proyek GAIA bukan hanya upaya meningkatkan efisiensi penggunaan aset yang ada, namun juga inovasi kami dalam menciptakan solusi berkelanjutan yang berdampak positif bagi lingkungan, perekonomian, bahkan mendukung ketahanan pangan dan energi," kata Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Berpartisipasi sebagai anggota delegasi Indonesia di Conference of the Parties (COP) UN Climate Change Conference ke-29 di Baku, Azerbaijan, PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan posisi Indonesia dalam transisi energi hijau global melalui Proyek GAIA yang akan menjadi fasilitas hybrid green ammonia pertama di dunia.
Proyek ini memanfaatkan pabrik amonia milik anak perusahaan Pupuk Indonesia, yakni Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Aceh. Selain memproduksi amonia dari bahan baku gas alam, pabrik ini juga akan menghasilkan amonia hijau dari hidrogen yang dihasilkan lewat proses elektrolisis air.
Apabila amonia hijau ini dapat diproduksi secara konsisten, lanjut Rahmad, Indonesia berpotensi menjadikannya sebagai komoditas strategis yang memiliki nilai ekonomis tinggi seiring meningkatnya permintaan global.
"Selain tentunya mendukung pencapaian target Net Zero Emission Indonesia pada 2060," ujarnya.
Untuk merealisasikannya, Pupuk Indonesia bekerja sama dengan dua perusahaan asal Jepang, Toyo Engineering Corporation dan ITOCHU Corporation, dalam sebuah joint venture yang mendukung rantai nilai produksi dan distribusi amonia hijau.
Baca juga: Pupuk Indonesia: Stok pupuk 1,2 juta ton
Kerja sama ini tidak hanya mempercepat implementasi teknologi rendah karbon di Indonesia, tetapi juga mencerminkan komitmen Pupuk Indonesia untuk memerangi perubahan iklim melalui kolaborasi internasional.
"Dengan menggabungkan keahlian dari berbagai negara, proyek GAIA diharapkan dapat menjadi solusi energi bersih yang berdampak positif secara global dan memperkuat posisi Indonesia dalam peta transisi energi hijau dunia," tutur Rahmad.
Baca juga: Pupuk Indonesia tegaskan dukungan wujudkan swasembada pangan
Dalam ekosistem Proyek GAIA ini, listrik untuk menghasilkan hidrogen hijau berasal dari sumber energi terbarukan yang dipasok PLN, teknologi rancang bangun atau EPC dari Toyo, serta dukungan rantai pasok bahan bakar kapal (marine bunkering) dari ITOCHU.
Proyek GAIA juga ditujukan untuk mempercepat hilirisasi industri kimia di Indonesia, dengan pendekatan yang mendukung keberlanjutan melalui energi terbarukan.
Proyek ini akan menjadikan Indonesia sebagai pionir dalam memproduksi amonia hijau hybrid, yang tidak hanya bermanfaat untuk kebutuhan domestik, tetapi juga sebagai komoditas bernilai tinggi untuk ekspor.
Di masa depan, lanjut Rahmad, model bisnis ini dapat direplikasi di fasilitas-fasilitas produksi amonia lain di Indonesia, bahkan internasional, mendukung hilirisasi berkelanjutan dengan memanfaatkan energi hijau.
Proyek GAIA diprediksi dapat berkontribusi positif bagi perekonomian Indonesia. Selain mendatangkan investasi, proyek ini dipastikan juga dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi hijau. Terlebih lagi, secara jangka panjang Proyek GAIA dapat diperluas ke fasilitas produksi amonia lain di Indonesia bahkan mancanegara.
Perluasan model bisnis Proyek GAIA pada fasilitas produksi amonia Pupuk Indonesia Group ke depannya diharapkan dapat menjamin pasokan bahan baku pupuk ramah lingkungan.
"Hal ini esensial mengingat pupuk berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga mendukung pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri hingga regional," terangnya.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun, Lhokseumawe, yang menjadi lokasi Proyek GAIA, menyediakan infrastruktur yang mendukung investasi hijau dan mempercepat realisasi potensi ekonomi dari proyek ini.
Dengan keahlian dan pengalaman lebih dari 50 tahun dalam memproduksi, menyimpan, dan mendistribusikan amonia, Pupuk Indonesia berada pada posisi strategis untuk membawa Indonesia menjadi pemain utama amonia hijau di tingkat global.
Karena selain untuk pupuk dan pangan, pengembangan amonia hijau juga dapat mendukung sektor maritim global, yang diproyeksikan akan mengadopsi amonia hijau sebagai bahan bakar ramah lingkungan pada 2050.
“Melalui Project GAIA, Pupuk Indonesia berada di garis terdepan inovasi teknologi rendah karbon. Inisiatif ini tak hanya menjadi milestone bagi dekarbonisasi industri pupuk nasional, tetapi juga berpotensi menjadi model bagi negara lain yang ingin mengembangkan green ammonia,” kata Rahmad.
Baca juga: Pupuk Indonesia-PLN teken perjanjian studi pengembangan green ammonia
"Proyek GAIA bukan hanya upaya meningkatkan efisiensi penggunaan aset yang ada, namun juga inovasi kami dalam menciptakan solusi berkelanjutan yang berdampak positif bagi lingkungan, perekonomian, bahkan mendukung ketahanan pangan dan energi," kata Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Berpartisipasi sebagai anggota delegasi Indonesia di Conference of the Parties (COP) UN Climate Change Conference ke-29 di Baku, Azerbaijan, PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan posisi Indonesia dalam transisi energi hijau global melalui Proyek GAIA yang akan menjadi fasilitas hybrid green ammonia pertama di dunia.
Proyek ini memanfaatkan pabrik amonia milik anak perusahaan Pupuk Indonesia, yakni Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Aceh. Selain memproduksi amonia dari bahan baku gas alam, pabrik ini juga akan menghasilkan amonia hijau dari hidrogen yang dihasilkan lewat proses elektrolisis air.
Apabila amonia hijau ini dapat diproduksi secara konsisten, lanjut Rahmad, Indonesia berpotensi menjadikannya sebagai komoditas strategis yang memiliki nilai ekonomis tinggi seiring meningkatnya permintaan global.
"Selain tentunya mendukung pencapaian target Net Zero Emission Indonesia pada 2060," ujarnya.
Untuk merealisasikannya, Pupuk Indonesia bekerja sama dengan dua perusahaan asal Jepang, Toyo Engineering Corporation dan ITOCHU Corporation, dalam sebuah joint venture yang mendukung rantai nilai produksi dan distribusi amonia hijau.
Baca juga: Pupuk Indonesia: Stok pupuk 1,2 juta ton
Kerja sama ini tidak hanya mempercepat implementasi teknologi rendah karbon di Indonesia, tetapi juga mencerminkan komitmen Pupuk Indonesia untuk memerangi perubahan iklim melalui kolaborasi internasional.
"Dengan menggabungkan keahlian dari berbagai negara, proyek GAIA diharapkan dapat menjadi solusi energi bersih yang berdampak positif secara global dan memperkuat posisi Indonesia dalam peta transisi energi hijau dunia," tutur Rahmad.
Baca juga: Pupuk Indonesia tegaskan dukungan wujudkan swasembada pangan
Dalam ekosistem Proyek GAIA ini, listrik untuk menghasilkan hidrogen hijau berasal dari sumber energi terbarukan yang dipasok PLN, teknologi rancang bangun atau EPC dari Toyo, serta dukungan rantai pasok bahan bakar kapal (marine bunkering) dari ITOCHU.
Proyek GAIA juga ditujukan untuk mempercepat hilirisasi industri kimia di Indonesia, dengan pendekatan yang mendukung keberlanjutan melalui energi terbarukan.
Proyek ini akan menjadikan Indonesia sebagai pionir dalam memproduksi amonia hijau hybrid, yang tidak hanya bermanfaat untuk kebutuhan domestik, tetapi juga sebagai komoditas bernilai tinggi untuk ekspor.
Di masa depan, lanjut Rahmad, model bisnis ini dapat direplikasi di fasilitas-fasilitas produksi amonia lain di Indonesia, bahkan internasional, mendukung hilirisasi berkelanjutan dengan memanfaatkan energi hijau.
Proyek GAIA diprediksi dapat berkontribusi positif bagi perekonomian Indonesia. Selain mendatangkan investasi, proyek ini dipastikan juga dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi hijau. Terlebih lagi, secara jangka panjang Proyek GAIA dapat diperluas ke fasilitas produksi amonia lain di Indonesia bahkan mancanegara.
Perluasan model bisnis Proyek GAIA pada fasilitas produksi amonia Pupuk Indonesia Group ke depannya diharapkan dapat menjamin pasokan bahan baku pupuk ramah lingkungan.
"Hal ini esensial mengingat pupuk berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga mendukung pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri hingga regional," terangnya.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun, Lhokseumawe, yang menjadi lokasi Proyek GAIA, menyediakan infrastruktur yang mendukung investasi hijau dan mempercepat realisasi potensi ekonomi dari proyek ini.
Dengan keahlian dan pengalaman lebih dari 50 tahun dalam memproduksi, menyimpan, dan mendistribusikan amonia, Pupuk Indonesia berada pada posisi strategis untuk membawa Indonesia menjadi pemain utama amonia hijau di tingkat global.
Karena selain untuk pupuk dan pangan, pengembangan amonia hijau juga dapat mendukung sektor maritim global, yang diproyeksikan akan mengadopsi amonia hijau sebagai bahan bakar ramah lingkungan pada 2050.
“Melalui Project GAIA, Pupuk Indonesia berada di garis terdepan inovasi teknologi rendah karbon. Inisiatif ini tak hanya menjadi milestone bagi dekarbonisasi industri pupuk nasional, tetapi juga berpotensi menjadi model bagi negara lain yang ingin mengembangkan green ammonia,” kata Rahmad.
Baca juga: Pupuk Indonesia-PLN teken perjanjian studi pengembangan green ammonia
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: