Jakarta (ANTARA) - Sentra Handayani, Cipayung di bawah naungan Kementerian Sosial selama ini juga menampung empat orang anak dari eks (bekas) narapidana terorisme.

"Empat orang anak yang ditampung di sini merupakan anak dari pelaku eks napiter. Mereka berada di sini sejak Desember 2023," kata Kepala Sentra Handayani Cipayung, Masriani Mansyur di Cipayung, Jakarta Timur, Selasa.

Baca juga: Mensos berikan bantuan kepada delapan anak yang mengidap penyakit

Keempat anak itu merupakan anak pelaku eks napiter yang terlibat dalam kasus bom di Filipina dan kasus bom gereja di Solo.

"Walaupun mereka anak dari eks napiter, namun mereka wajib mendapatkan perlindungan dari negara," kata dia.

Sebelum di bawa ke Sentra Handayani, lanjut dia, keempat anak pelaku eks napiter itu telah menjalani rehabilitasi sosial di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 Anti-Teror Polri.

"Setelah itu, barulah kita memberikan layanan di Sentra Handayani, termasuk untuk pendidikannya. Untuk anak eks napiter yang sudah dewasa kita berikan modal usaha," kata wanita yang biasa disapa Cece itu.

Baca juga: Siska eks napiter penyerang Mako Brimob jalankan ikrar setia NKRI

Sementara untuk anak-anak yang masih di bawah umur dibekali pendidikan barista (meracik kopi), kesenian melukis, belajar mengelas, otomotif dan memasak.

Menurut dia, Sentra Handayani merupakan satu-satunya sentra Kemensos yang memberikan layanan bagi keluarga eks napiter.

Baca juga: Eks Napiter jadi agen demokrasi ajak masyarakat sukseskan Pemilu 2024

"Dari seluruh sentra Kemensos yang jumlahnya mencapai 31 sentra, hanya Sentra Handayani yang memberikan layanan bagi keluarga yang terlibat radikalisme," ucapnya.

Sementara itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyebutkan empat anak dari keluarga eks napiter yang berada Sentra Handayani dalam rangka pemulihan pascamenjalani rehabilitasi sosial di BNPT dan Densus 88.

"Setelah mereka menjalani rehabilitasi, mereka akan kembali lagi ke masyarakat. Selama ini pengawasan dilakukan oleh BNPT dan Densus 88," kata Gus Ipul.