Jakarta (ANTARA) - Bursa seni yang diprakarsai oleh kolektor seni Indonesia, ArtMoments berhasil mempromosikan seniman nusantara untuk berpameran di Saatchi Gallery dalam FOCUS Art Fair London 2024.
Selain mempromosikan seniman Indonesia, pameran bertajuk "ArtMoments Spot London" itu mengusung misi membangun hubungan budaya yang kuat antara Indonesia dan komunitas seni global.
"Melalui ArtMoments Spot London, ArtMoments terus berkomitmen mempromosikan seni Indonesia secara global, memberikan eksposur yang lebih besar bagi senimannya dan membuka peluang kolaborasi internasional," kata ujar Co-Founder & Fair Director of ArtMoments Sendy Widjaja dalam siaran pers pada Selasa.
Sendy menuturkan, partisipasi seniman Indonesia di London menjadi tonggak penting dalam memperkenalkan kekayaan seni dan budaya visual Indonesia ke audiens internasional, sekaligus memperkuat hubungan kreatif antara Indonesia dan Inggris.
Baca juga: Ilustrator Indonesia Emte gelar pameran tunggal di Jerman
"Acara ini juga menyajikan 'ArtMoments Spot London – Kegiatan Anak' yang didukung oleh Mobart Indonesia, bekerja sama dengan Saatchi Gallery Learning. Anak-anak berkreasi dengan mewarnai karya indah seniman Indonesia, R. E. Hartanto, yang membuat pengalaman ini menyenangkan dan menginspirasi,” ucap Sendy.
Sebagai bagian dari Program Inkubasi Seniman ArtMoments, acara itu menyoroti seniman-seniman Indonesia yang sedang berkembang maupun yang telah siap untuk diperkenalkan dalam kancah global.
Salah satu seniman yang tampil adalah Mira Hoeng, lulusan desain fesyen dan tekstil dari Lasalle College of the Arts Singapura. Mira telah berkarier di Singapura serta menjabat sebagai Assistant Product Development Manager di The Walt Disney Company South East Asia.
Melalui Program Inkubasi Seniman ArtMoments, karya Mira dipamerkan di The Columns Gallery pada art fair ArtMoments Jakarta 2024 pada Oktober 2024.
Baca juga: Indonesia-Yunani rayakan persahabatan melalui kolaborasi seniman
Berikut daftar seniman yang berpartisipasi dalam ArtMoments Spot London:
Arahmaiani
Arahmaiani dikenal atas komentar-komentarnya yang kuat terhadap isu sosial, politik, dan budaya, serta diakui di kancah internasional sejak tahun 1980-an.
Ia memiliki lebih dari 100 pameran solo dan kelompok di seluruh dunia, termasuk di antaranya Venice Biennale (2003), Gwangju Biennale (2002), dan Bienal de São Paulo (2002). Karyanya juga pernah dipajang di tempat bergengsi seperti Asia Society di New York dan Brooklyn Museum.
Toni Antonius
Toni Antonius menghadirkan karya-karya berani yang terinspirasi dari “Francis Bacon,” yang saat ini dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia. Karya-karyanya mengingatkan kita pada rumah jagal, menantang persepsi penonton tentang konsumerisme dan industri.
Oggz Goy
Seniman Indonesia Oggz Goy menampilkan karya-karya yang dipengaruhi oleh seniman Britania, Keith Haring. Karyanya memadukan pengaruh budaya yang mampu menciptakan seni menarik sekaligus menggugah pemikiran.
Aboudia
Selain seniman asal Indonesia, Aboudia asal New York juga menarik perhatian atas karya-karyanya yang emosional, terinspirasi oleh masa kecilnya yang penuh perjuangan di jalanan.
Dari kehidupan yang sulit hingga menjadi salah satu seniman kontemporer terkenal dunia, perjalanan Aboudia tercermin dalam gaya uniknya dan karya-karya “Nouche” yang kuat.
Pongbayong
Pongbayong adalah seniman yang sedang naik daun dari Manila. Ia memperkenalkan karya pentingnya, Twins, yang mengeksplorasi tema kemanusiaan dan identitas, kepada audiens Eropa.
Karolina Karlsson
Karolina adalah seniman autodidak asal Swedia-Amerika yang membawa narasi kuat tentang pemberdayaan perempuan dan kreativitas di tempat kerja. Karya-karyanya berfokus pada emansipasi perempuan dalam seni dan kehidupan masyarakat.
Baca juga: "Canvas of Dreams" digelar sebagai wadah eksplorasi seniman Indonesia
Baca juga: Seniman Indonesia, Hongaria gelar pameran lukisan bersama
ArtMoments promosikan seniman Indonesia untuk berpameran di London
12 November 2024 07:29 WIB
Para Pengunjung dalam pameran ArtMoments Spot London. (ANTARA/HO-ArtMoments)
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: