Magelang (ANTARA) - Museum dan Cagar Budaya (MCB) Unit Warisan Dunia Borobudur menggelar pameran arsitektur vernakular dan potensi desa di Borobudur di kawasan Situs Brongsongan, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada 11–17 November 2024.

Kepala Bagian Umum MCB Unit Warisan Dunia Borobudur Brahmantara di Magelang, Senin, menyampaikan kegiatan ini upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan arsitektur vernakular dan potensi yang ada di 20 desa Kecamatan Borobudur.

Baca juga: Museum Tsunami hadirkan pameran bantuan kemanusiaan AS di Aceh

"Selain itu, juga tiga desa yang terdapat situs cagar budaya sekitar Borobudur kepada masyarakat," katanya.

Ia menyampaikan, kegiatan pameran ini diawali dengan kirab budaya dari 20 desa di Kecamatan Borobudur dan tiga desa yang terdapat situs cagar budaya.

Pameran kali ini mengusung tema cukup menarik, yaitu "Srawung omah ora wedi obah lestarikan budaya rangkul masa depan".

"Ini sebagai momentum yang luar biasa, merupakan komitmen kami untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya khususnya yang terkait dengan arsitektur vernakular dan tradisi yang masih hidup di dalamnya ini sebagai upaya melestarikan warisan budaya," katanya.

Baca juga: Pameran CIIE ke-7 diikuti 3.496 peserta dari 129 negara dan kawasan

Menurut dia, pameran ini juga menjadi ajang kolaborasi dari berbagai pihak, tentunya dalam tataran Borobudur dan kawasannya, masyarakat, pelaku pariwisata, komunitas, pelaku budaya dan semua pihak yang ikut dalam pengebangan dan pelestarian warisan budaya yang ada di kawasan Candi Borobudur.

Ia berharap kegiatan ini menjadi suatu momentum awal bagi semua untuk terus giat dan semangat dalam upaya melestarikan warisan budaya yang ada di kawasan Borobudur, khususnya hal yang terkait dengan arsitektur tradisional.

Dalam pameran ini terdapat sebuah bangunan limasan berukuran sekitar 6 meter x 6 meter sebagai representasi arsitektur di kawasan Borobudur.

Dalam satu bangunan limasan lengkap dengan model perabot lawasan dan dapur dengan masak tradisional yaitu "luweng".

Baca juga: Pameran AKI 2024, pentingnya generasi muda jaga warisan budaya