Mataram (ANTARA News) - Ribuan warga di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat melaksanakan tradisi "maleman" setiap malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan yang dilaksanakan secara bergantian pada setiap lingkungan.

Pantauan Antara di Mataram, Sabtu malam, merupakan malam ganjil terakhir yakni malam tanggal 29 Ramadhan dimana warga di Lingkungan Perigi, Kelurahan Dasan Agung, Kota Mataram secara serentak melaksanakan kegiatan tradisi "malemam".

Tradisi maleman ini merupakan tradisi tahunan sekaligus merupakan peringatan Nuzul Quran dengan menyalakan "dilah jojor" atau sejenis obor kecil hasil kreasi masyarakat yang terbuat dari batang bambu, minyak, dan kapas.

Usai berbuka puasa, secara serentak warga menyalakan "dilah jojor" kemudian ditancapkan di sekeliling rumah masing-masing. Hal ini dihajatkan agar rumah beserta keluarga yang menempati bisa tetap mendapatkan kedamaian, ketenangan dunia akhirat.

Sebelum menyalakan "dilah jojor" pada tradisi "maleman" diawali dengan acara berbuka puasa bersama di Masjid. Sehingga pada sore harinya, para ibu-ibu dari pagi sudah menyiapkan berbagai lauk pauk dan jajanan yang akan di bawa ke Masjid untuk disantap pada saat berbuka puasa bersama.

Kegiatan berbuka bersama itu dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda di masing-masing lingkungan yang diwali dengan zikir dan doa.

Kegiatan berbuka puasa bersama itu merupakan salah satu ajang mempererat tali silaturahmi antara masyarakat. Karena dalam 30 hari berpuasa, warga bisa melaksanakan berbuka bersama pada satu Masjid dalam acara yang bernuansa kekeluargaan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Mataram, H Abdul Latif Najib mengatakan, tradisi menyalakan "dilah jojor" sudah menjadi tradisi turun temurun di Kota Mataram, terutama pada kelurahan atau lingkungan yang berpenduduk asli.

"Namun di tengah era moderenisasi saat ini menyalakan "dilah jojor" padasaat "maleman" kerap kali diganti dengan lampu lilin atau lampu templek," katanya.

Sehingga kesan tradisionalnya sedikit bergeser, oleh karena, pihaknya berharap agar tradisi "maleman" dengan menyalakan "dilah jojor" harus tetap dipertahankan, untuk melestarikan kekayaan budaya yang miliki warga Kota Mataram," katanya.

Karena itulah pihaknya telah melaksanakan festival "dilah jojor" antar lingkungan, dengan kriteria penilaian fokus pada jumlah "dilah jojor" yang dinyalakan, penataan dan partisipasi masyarakat.

"Pemenang akan kami berikan dana stimulan yang bisa dimanfaatkan untuk persiapan pawai takbiran pada malam Hari Raya Idul Fitri," katanya.

(KR-NKL/N005)