Makassar (ANTARA) - Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia berkolaborasi bersama Pusat Studi Kebencanaan LPPM Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Swinburne University of Technology Australia menginisiasi program digital untuk penguatan informasi masyarakat pesisir secara partisipatif di Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Ada banyak tantangan di wilayah pesisir, salah satunya belum kuatnya informasi digital yang memberikan manfaat terhadap peningkatan ekonomi masyarakat serta pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan dan berkeadilan," kata Direktur Eksekutif YKL Indonesia Nirwan Dessibali, di Makassar, Senin.

Menurut dia, dengan adanya kolaborasi tersebut, maka harapannya program ini dapat menjadi pilot project yang dapat menjadi contoh di berbagai wilayah. Sebagai langkah awal, maka dilaksanakan pengumpulan data informasi di wilayah pesisir melalui wawancara masyarakat di pesisir serta pihak terkait lainnya.

Untuk pengumpulan data sementara dilakukan dengan responden nelayan, perempuan pesisir serta masyarakat umum di wilayah pesisir Pulau Barrang Caddi, di Kota Makassar, Galesong Kota, dan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.

"Informasi awal juga sudah didapatkan saat peluncuran dimana para pihak telah memberikan pandangannya dari dinas provinsi, kabupaten, kota, kepala desa, penyuluh dan lainnya yang akan ditindaklanjuti dengan wawancara mendalam," ujar Nirwan.

Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin Ilham Alimuddin yang juga terlibat dalam inisiasi program tersebut menyampaikan daerah pesisir dipilih sebagai lokasi pengembangan program, karena merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi.

"Harapannya ada satu aplikasi yang bermanfaat bagi banyak orang khususnya nelayan serta seluruh sektor. Bagaimana kita kuatkan masyarakat pesisir terkait dengan resiliensi atau ketahanan terhadap kebencanaan. Perubahan iklim, cuaca ekstrim khususnya wilayah pesisir yang rentan. Ini yang akan dijawab dengan penguatan informasi," katanya pula.

Ilham menambahkan seluruh informasi yang dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis untuk mengembangkan aplikasi yang mudah diterapkan dan berkelanjutan. Masyarakat dan para pihak akan dilibatkan secara partisipatif mulai dari pengumpulan data, lokakarya, hingga pelatihan cara penggunaan aplikasi.

Sebelumnya, kolaborasi program ini didukung Department of Foreign Affairs (DFAT)-Australia Indonesia Institute ini bertujuan untuk bersama-sama merancang dan mengembangkan platform digital bersama (digital commons) dengan panduan penciptaan dan pengelolaan melibatkan masyarakat pesisir dan pemangku kepentingan di Sulsel .

Inisiator program dari Swinburne University Dr Misita Anwar mengemukakan, program ini didesain menggunakan pendekatan commons. Seperti pengelolaannya yang demokratis, keterlibatan komunitas, aksesnya terbuka dan fokus pada edukasi dan pemberdayaan.

"Digital Shores ini nantinya akan hadir dalam bentuk aplikasi mobile yang menyediakan informasi dan fitur yang sesuai dengan kebutuhan komunitas pesisir," kata dosen Swinburne University asal Indonesia ini.

Digital Commons, kata dia menambahkan, akan menjadi sumber daya penting bagi komunitas pesisir. Program ini melibatkan masyarakat pesisir untuk bekerja bersama, berbagi, dan membuat keputusan terkait data dan informasi yang berhubungan dengan kondisi alam dan sosial serta memberikan akses informasi dan sumber daya yang relevan.
Baca juga: YKL Indonesia kembangkan lokasi rehabilitasi mangrove di Makassar
Baca juga: YKL Indonesia dan DKP Sulsel kuatkan konservasi guna selamatkan gurita