Serba-serbi Konferensi Iklim COP29 di Azerbaijan
11 November 2024 17:55 WIB
Sidang ke-29 Konferensi Para Pihak (COP29) untuk Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim dimulai pada Senin (11/11/2024) di Baku, dan sekitar 80 kepala negara serta pemerintahan akan ikut serta dalam pertemuan ini. ANTARA/foto-Anadolu/py
Jakarta (ANTARA) - Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa/Conference of the Parties (COP) ke-29 dimulai di Ibu Kota Azerbaijan, Baku, pada 11 November dan akan berlangsung hingga 22 November 2024.
Konferensi tahunan yang digelar oleh Konvensi PBB tersebut akan melibatkan 80 ribu delegasi dari berbagai negara yang akan duduk bersama dan membahas upaya-upaya penanganan terhadap tantangan perubahan iklim.
Melalui tema "In Solidarity For A Green World", COP29 akan mempertemukan para pemimpin dari berbagai pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat sipil untuk memajukan solusi konkret bagi permasalahan lingkungan dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Menyambut COP29 tahun ini, ada sejumlah informasi yang perlu diketahui tentang konferensi iklim tersebut. Berikut adalah beberapa informasi terkait yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Fokus
Dikutip dari World Economic Forum, Presiden COP29 Mukhtar Babayev dalam surat resminya kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam forum tersebut menyampaikan empat fokus utama COP29, yaitu terkait pendanaan, pasar karbon, pengembangan dana kerugian dan kerusakan, serta adaptasi yang sesuai rencana.
Dalam hal pendanaan, COP29 dianggap sebagai peluang untuk menyelaraskan kontribusi keuangan iklim dengan estimasi kebutuhan global.
Namun, meskipun terfokus pada penyaluran dana tersebut, hampir setiap elemen dasar dari Tujuan Kuantifikasi Kolektif Baru (New Collective Quantified Goal/NCQG) masih diperdebatkan, mulai dari target baru dan basis kontributor hingga cakupan keuangan yang terlibat.
Selain pendanaan, pasar karbon juga menjadi salah satu fokus COP29, di mana pasar karbon dalam beberapa tahun terakhir menjadi isu utama dalam kebijakan iklim internasional.
Di satu sisi, pasar karbon menunjukkan potensi sebagai cara bebas utang untuk penyaluran dana dari penghasil emisi besar ke proyek-proyek lingkungan.
Di sisi lain, kurangnya ketelitian sering kali tidak mendorong pengurangan emisi secara nyata, sebaliknya mendorong dana ke tempat-tempat yang tidak dibutuhkan atau tidak dapat diverifikasi dan memungkinkan greenwashing.
Fokus lainnya adalah terkait pengembangan dana kerugian dan kerusakan. Jumlah dana yang saat ini dijanjikan kepada Dana Kerugian dan Kerusakan yang masih terbentuk, yang dewannya akan diselenggarakan oleh Filipina, sangat kecil dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan kerugian dan kerusakan di seluruh dunia.
Sementara itu, fokus lain COP29 tahun ini adalah mendorong adaptasi yang sesuai rencana. Babayev menyebut adaptasi sering kali dibayangi oleh upaya mitigasi.
Namun, hal itu penting karena dampak iklim semakin memburuk. COP29 menjadi kesempatan penting untuk memprioritaskan adaptasi dan mengamankan sumber daya yang diperlukan.
2. Presidensi Azerbaijan
Sebagai Presiden COP29, Azerbaijan berkomitmen untuk mengembangkan potensi energi terbarukan, yang merupakan bagian penting dari rencana negara tersebut untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 40 persen pada 2050.
Negara tersebut bermaksud untuk meningkatkan kapasitas daya terbarukan hingga 30 persen pada 2030 dan mendiversifikasi sistem energi yang ada untuk menjadi pemimpin dalam energi hijau.
Azerbaijan juga berkomitmen untuk memimpin dengan memberi contoh dan akan memperbarui target nasionalnya dalam Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) yang selaras dengan upaya membatasi kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat Celsius.
3. Prioritas Indonesia
Pada COP29 tahun ini, Indonesia akan fokus pada tiga hal utama. Pertama adalah peningkatan kontribusi pada penurunan emisi yang telah ditetapkan secara nasional (NDC). Kedua adalah mengamankan pembiayaan iklim yang berkelanjutan, dan ketiga adalah membangun ketahanan di area yang rentan terhadap perubahan iklim.
Sementara itu, usai rapat persiapan COP29 di Jakarta, Selasa (5/11), Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan beberapa isu diplomasi akan dibawa dan dipaparkan oleh delegasi Indonesia sesuai dengan arahan Ketua Delegasi RI untuk COP29 Hashim S Djojohadikusumo.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia sudah menyampaikan capaian dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) kepada Sekretariat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan akan ditegaskan ulang dalam pidato Indonesia di konferensi tersebut.
Di saat bersamaan, dia memastikan bahwa isu pembiayaan iklim juga akan tetap diperjuangkan oleh Indonesia dalam COP29, terutama terkait pendanaan sebesar 83 miliar dolar AS (sekitar Rp1,2 kuadriliun) yang disepakati pada COP28 di Uni Emirat Arab pada 2023.
Baca juga: 80 pemimpin negara kumpul di Azerbaijan, bahas perubahan iklim
Baca juga: RI pastikan jadi pemain penting pada COP-29 demi dunia lebih hijau
Konferensi tahunan yang digelar oleh Konvensi PBB tersebut akan melibatkan 80 ribu delegasi dari berbagai negara yang akan duduk bersama dan membahas upaya-upaya penanganan terhadap tantangan perubahan iklim.
Melalui tema "In Solidarity For A Green World", COP29 akan mempertemukan para pemimpin dari berbagai pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat sipil untuk memajukan solusi konkret bagi permasalahan lingkungan dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Menyambut COP29 tahun ini, ada sejumlah informasi yang perlu diketahui tentang konferensi iklim tersebut. Berikut adalah beberapa informasi terkait yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Fokus
Dikutip dari World Economic Forum, Presiden COP29 Mukhtar Babayev dalam surat resminya kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam forum tersebut menyampaikan empat fokus utama COP29, yaitu terkait pendanaan, pasar karbon, pengembangan dana kerugian dan kerusakan, serta adaptasi yang sesuai rencana.
Dalam hal pendanaan, COP29 dianggap sebagai peluang untuk menyelaraskan kontribusi keuangan iklim dengan estimasi kebutuhan global.
Namun, meskipun terfokus pada penyaluran dana tersebut, hampir setiap elemen dasar dari Tujuan Kuantifikasi Kolektif Baru (New Collective Quantified Goal/NCQG) masih diperdebatkan, mulai dari target baru dan basis kontributor hingga cakupan keuangan yang terlibat.
Selain pendanaan, pasar karbon juga menjadi salah satu fokus COP29, di mana pasar karbon dalam beberapa tahun terakhir menjadi isu utama dalam kebijakan iklim internasional.
Di satu sisi, pasar karbon menunjukkan potensi sebagai cara bebas utang untuk penyaluran dana dari penghasil emisi besar ke proyek-proyek lingkungan.
Di sisi lain, kurangnya ketelitian sering kali tidak mendorong pengurangan emisi secara nyata, sebaliknya mendorong dana ke tempat-tempat yang tidak dibutuhkan atau tidak dapat diverifikasi dan memungkinkan greenwashing.
Fokus lainnya adalah terkait pengembangan dana kerugian dan kerusakan. Jumlah dana yang saat ini dijanjikan kepada Dana Kerugian dan Kerusakan yang masih terbentuk, yang dewannya akan diselenggarakan oleh Filipina, sangat kecil dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan kerugian dan kerusakan di seluruh dunia.
Sementara itu, fokus lain COP29 tahun ini adalah mendorong adaptasi yang sesuai rencana. Babayev menyebut adaptasi sering kali dibayangi oleh upaya mitigasi.
Namun, hal itu penting karena dampak iklim semakin memburuk. COP29 menjadi kesempatan penting untuk memprioritaskan adaptasi dan mengamankan sumber daya yang diperlukan.
2. Presidensi Azerbaijan
Sebagai Presiden COP29, Azerbaijan berkomitmen untuk mengembangkan potensi energi terbarukan, yang merupakan bagian penting dari rencana negara tersebut untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 40 persen pada 2050.
Negara tersebut bermaksud untuk meningkatkan kapasitas daya terbarukan hingga 30 persen pada 2030 dan mendiversifikasi sistem energi yang ada untuk menjadi pemimpin dalam energi hijau.
Azerbaijan juga berkomitmen untuk memimpin dengan memberi contoh dan akan memperbarui target nasionalnya dalam Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) yang selaras dengan upaya membatasi kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat Celsius.
3. Prioritas Indonesia
Pada COP29 tahun ini, Indonesia akan fokus pada tiga hal utama. Pertama adalah peningkatan kontribusi pada penurunan emisi yang telah ditetapkan secara nasional (NDC). Kedua adalah mengamankan pembiayaan iklim yang berkelanjutan, dan ketiga adalah membangun ketahanan di area yang rentan terhadap perubahan iklim.
Sementara itu, usai rapat persiapan COP29 di Jakarta, Selasa (5/11), Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan beberapa isu diplomasi akan dibawa dan dipaparkan oleh delegasi Indonesia sesuai dengan arahan Ketua Delegasi RI untuk COP29 Hashim S Djojohadikusumo.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia sudah menyampaikan capaian dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) kepada Sekretariat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan akan ditegaskan ulang dalam pidato Indonesia di konferensi tersebut.
Di saat bersamaan, dia memastikan bahwa isu pembiayaan iklim juga akan tetap diperjuangkan oleh Indonesia dalam COP29, terutama terkait pendanaan sebesar 83 miliar dolar AS (sekitar Rp1,2 kuadriliun) yang disepakati pada COP28 di Uni Emirat Arab pada 2023.
Baca juga: 80 pemimpin negara kumpul di Azerbaijan, bahas perubahan iklim
Baca juga: RI pastikan jadi pemain penting pada COP-29 demi dunia lebih hijau
Pewarta: Katriana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: